DEPOKPOS – Program Pendidikan Vokasi (PPV) Universitas Indonesia (UI) yang menekankan proses pembelajaran aplikatif, mengadakan kegiatan lokakarya pengabdian masyarakat (pengmas) yang bertajuk “Film Horror sebagai Pop Culture Indonesia”. Tiga sineas dari MAGMA Entertainment, yakni produser, Linda Gozali; sutradara, Charles Ghozali; dan sutradara kreatif, Daniel Irawan, hadir untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka pada lokakarya tersebut. Ketiganya berkolaborasi dalam karya film Qodrat yang dirilis pada 2022, dan mencatat jumlah penonton yang menembus 1,7 juta orang.
Berdasarkan data filmindonesia.or.id (2022), tercatat sebanyak sembilan dari 15 film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak merupakan film bergenre horor. Penonton lokal ternyata memiliki animo yang besar terhadap film horror. Dengan mengacu pada fakta tersebut, program studi (prodi) Produksi Media, PPV UI berupaya mengajak generasi Z dan milenial mengenal proses di belakang layar pembuatan film horror melalui kegiatan lokakarya pengmas tersebu.
Dalam pemaparannya Daniel menyampaikan, pop culture berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan akan dinikmati seterusnya oleh berbagai kalangan. “Berbeda dari tren yang hanya berlaku pada kurun waktu sepuluh tahun atau per dekade tertentu, pop culture memberikan imbas yang tinggi bagi lingkungan. Salah satu contohnya adalah film horor yang mulai digandrungi kembali oleh masyarakat Indonesia.”
Produser Magma Entertainment membahas tentang kaitan antara animo masyarakat Indonesia dengan film horor dan kepercayaan mistis atau supranatural. Linda menekankan pentingnya memiliki data sebelum membuat karya apa pun, terutama film. Tahap berikutnya dari ide dan data yang sudah terkumpul dengan baik adalah pengembangan. Tahap pengembangan mencakup ide cerita, target audiens, serta perencanaan medium yang akan digunakan untuk mendistribusikan cerita.
Charles menekankan, setiap informasi pada tahap pengembangan harus dibuat dan dipresentasikan melalui pitch deck. Kepada peserta lokakarya yang berjumlah 60 siswa disertai guru SMA/SMK se-Jabodetabek, para sineas meminta dibuat pitch deck mengenai ide film atau media yang menceritakan tentang narasi cerita horor atau magis.