Masyarakat kita memandang anak yang gemuk memiliki tubuh yang sehat dan hal tersebut merupakan bentuk keberhasilan sang Ibu dalam memberi makan anaknya. Nyatanya, di balik itu anak gemuk dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit di masa yang akan datang, seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan lain-lain, terlebih jika masalah kegemukan atau obesitas ini tidak ditangani lebih lanjut.
Obesitas terjadi saat asupan makan anak berlebih dan tidak seimbang dengan tingkat aktivitasnya sehingga terjadi penumpukan lemak. Namun. Tahukan Ibu bahwa obesitas pada anak bukan hanya disebabkan oleh asupan makan yang berlebih? Kurang tidur pada anak juga menjadi salah satu penyebab obesitas yang mungkin belum disadari.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, anak usia 3 – 6 tahun membutuhkan waktu istirahat tidur 11 – 13 jam perharinya (termasuk tidur siang), sedangkan anak usia sekolah (6 – 12 tahun) membutuhkan waktu tidur 10 jam perharinya. Anak yang kurang tidur umumnya menjadi lebih lemas di siang harinya, sehingga terjadi penurunan performa sekolah anak. Selain itu, aktivitas dan kegiatan pada anak sekolah akan meningkat, dan salah satu konsekuensinya adalah bahwa durasi tidur setiap kelompok umur telah berkurang.
Pentingnya tidur pada anak
Waktu istirahat merupakan hal yang penting bagi semua orang terutama anak-anak. Hal itu bermanfaat bagi fisik dan psikis mereka. Anak yang tidur cukup akan merasa lebih “fresh” dalam menjalani hari-harinya. Selain itu, perkembangan otak dan kekebalan tubuh anak juga dapat meningkat karena metabolisme tubuh akan lebih aktif ketika tubuh sedang beristirahat, yang nantinya akan berdampak pada kemampuan kognitif anak.
Salah satu penelitian di Jerman oleh Könen, Dirk & Schmiedek menunjukkan bahwa otak membutuhkan waktu tidur tertentu untuk mampu memproses informasi yang didapatkan untuk diubah menjadi ingatan sehingga waktu tidur yang baik berhubungan dengan belajar dengan efektif pada anak.
Anak dengan waktu tidur cukup memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami obesitas daripada anak yang waktu tidurnya kurang dari 12 jam. Menurut penelitian oleb Marfuah, et al anak yang tidur kurang dari 9 jam/hari memiliki risiko obesitas 2,12 kali lebih besar dibandingkan anak yang tidur lebih dari 10 jam/hari.
Bagaimana kurang tidur dapat menyebabkan obesitas?
Durasi tidur yang kurang pada anak dapat mengubah keseimbangan antara asupan makanan dan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik yang dilakukan anak. Kurang tidur pada anak akan menyebabkan anak merasa kelelahan dan mengantuk yang berlebihan di siang hari. Kelelahan ini berkontribusi pada berkurangnya aktivitas fisik di siang hari.
Selain itu, kurangnya waktu tidur pada usia anak menyebabkan perubahan metabolisme hormon, salah satunya hormon leptin yang merupakan hormon yang berperan menyebabkan rasa kenyang pada tubuh (Sun et al, 2018), Seperti yang ditemukan pada penelitian di Inggris oleh Wardle et al, perubahan metabolisme hormon leptin tersebut akan menyebabkan seseorang lebih sulit untuk merasakan kenyang sehingga perubahan ini juga berpengaruh pada pola makan anak dengan asupan semakin meningkat dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik karena anak merasa lelah. Perubahan hormon yang terjadi akibat kurang tidur pada anak juga dapat mempengaruhi anak dalam pemilihan makan, pola makan yang berlebihan, serta anak menjadi sulit merasa kenyang.
Solusi untuk Ibu
Jadi, apa yang harus ibu lakukan?
- Pantau berat badan anak secara rutin
- Membuat jadwal tidur teratur untuk anak
- Membuat jadwal waktu tidur dan waktu bangun untuk anak
- Membuat suasana kamar anak yang tenang, gelap, dan santai, serta tidak terlalu panas ataupun dingin
- Memastikan anak tidak melakukan aktivitas lain menjelang waktu tidur
- Hindari makan besar sebelum waktu tidur
Disusun oleh: Muthia Siti Nurjilan, Nadhifa Zahira Isfania, Nadya Ashilla Zahrantiara, Shaina Nabila, Viena Anindita Rahman (Mahasiswa S1 Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia)