Vape, Kawan atau Lawan?

Berbicara mengenai rokok elektrik atau vape, kita perlu mengetahui apa, sih, rokok elektrik atau vape itu? Pada nyatanya, rokok elektrik dan vape dua hal yang berbeda. Rokok elektrik adalah alatnya, sedangkan vape adalah perilaku penggunanya. Meskipun demikian, sekarang istilah vape lebih dikenal sebagai rokok elektrik itu sendiri.

Pada 17 September 2019 lalu, Aryo Andrianto, Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia pada siaran berita CNBC TV menyatakan bahwa kini sudah terdapat 1 juta atau 1%-2% penduduk Indonesia yang menggunakan rokok elektrik (CNBC, 2019). Pada 2 tahun sebelumnya, rokok elektrik bahkan mengalami kenaikan tren penggunaan di kalangan remaja. Di Indonesia, pada tahun 2017 terdapat 650 ribu pengguna aktif vape yang diantaranya didominasi oleh pengguna remaja (Kompas, 2019).

Bacaan Lainnya

Rokok elektrik di Indonesia mulai masuk dan dikenal pada tahun 2013 (CNN Indonesia, 2019). Walaupun sudah masuk dari tahun 2013, peraturan mengenai impor rokok elektrik baru dituangkan di dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 86 Tahun 2017 dan Cukai rokok elektrik sendiri baru diresmikan pada tahun 2018 lalu. (Kompas, 2018).

BACA JUGA:  4 Kegiatan Ngabuburit Bersama Anak Agar tak Bosan

Vape dipercaya sebagai cara alternatif bagi perokok yang ketergantungan untuk berhenti. Namun, tampaknya alasan penggunaan vape telah berubah menjadi gaya hidup baru di kalangan remaja (Ayers, et al., 2017). Pada kenyataannya tidak semua pengguna vape memiliki keinginan untuk berhenti merokok. Para pengguna percaya bahwa vape tidak berbahaya dibandingkan rokok konvensional. Selain itu, rokok elektrik memiliki rasa yang menarik dan lebih harum dibandingkan asap rokok konvensional. Ditambah dengan adanya teknologi membuat vape semakin mudah untuk digunakan. Kini muncul jenis vape yang menyerupai flashdrive komputer dan dapat diisi ulang lewat USB, dilansir dari VOA Indonesia.

Apa saja komposisi yang terdapat dalam rokok elektrik? Komponen utama dari rokok elektrik adalah glikol yang berperan membuat kepulan asap. Terdapat juga partikel ultrafine dan nanopartikel serta logam berat seperti kadmium, kromium, nikel, timah, aluminium, merkuri, dan arsenik. Rokok elektrik juga mengandung beberapa bahan karsinogen atau pemicu kanker seperti pada rokok konvensional. Bahan tersebut antara lain nitrosamine, senyawa karbonil, Volatile organic compounds (VOCs), hidrokarbon dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), serta fenol (CDC, 2019). Banyaknya kandungan bahan-bahan tersebut dalam cairan dan asap vape tergantung merk produk yang digunakan. (Pisinger, 2014).

BACA JUGA:  The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Musik Bert Bersama Aksan

Bagaimana dampak penggunaan vape terhadap kesehatan kita? CDC (2019) menuturkan dampak kesehatan dari vape antara lain dapat berupa nikotin yang membuat ketagihan, sangat beracun bagi perkembangan janin serta ibu yang sedang hamil, dan dapat membahayakan perkembangan otak. Aerosol pada rokok elektrik mengandung racun yang dapat membahayakan tubuh manusia dan dapat menimbulkan penyakit paru. Dampak kesehatan lainnya adalah kanker yang disebabkan zat-zat karsinogen (U.S. Department of Health and Human Services, n.d.). Selain itu, rokok elektrik dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan atas dan bawah serta peningkatan resistensi saluran napas dan peningkatan kolonisasi bakteri di saluran pernapasan (Nayir, et al., 2016). Dampak kesehatan yang langsung dirasakan pengguna rokok elektrik setelah konsumsi antara lain pusing dan dehidrasi (Ariyani, Ririyanti, & Nafikadini, 2018). Beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan vapor yang memiliki rasa (flavor) dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lebih tinggi (Pisinger, 2014). Selain dampak dari bahan kimia cairan rokok elektrik, baterai dari vape yang rusak dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan (CDC, 2019).

BACA JUGA:  Bagaimana Seharusnya Penanganan Persalinan Berjenjang Dilakukan?

Berdasarkan data dan fakta yang telah dijabarkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa e-cigarettes (rokok elektrik) atau vape yang sedang menjadi tren saat ini memiliki beberapa kesamaan dengan rokok konvensional yaitu kandungan bahan-bahan kimia berbahaya di dalamnya. Selain itu, dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh e-cigarettes atau vape juga hampir sama dengan rokok konvensional, seperti menyebabkan kanker paru-paru. Dengan demikian pendapat yang menyatakan e-cigarettes atau vape dapat menjadi terapi kecanduan rokok konvensional dirasa menjadi alternatif yang kurang tepat melihat dampak negatif yang ditimbulkan tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, baik vape maupun rokok konvensional sebaiknya kita jauhi dan tidak mencoba keduanya.

Disusun oleh Putri, Nadhea, Alifia, Hilda,Adilla
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui WhatsApp di 081281731818

Pos terkait