Hati-hati Anak Menjadi Agresif Karena Smartphone

Tidak dapat dipungkiri bahwa smartphone saat ini menjadi hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Hampir semua kalangan menggunakan telepon genggam dengan fitur canggih ini. Hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa 66,3% penduduk di Indonesia telah memiliki smartphone. Angka tersebut menunjukkan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia telah menggunakan smartphone dan penyumbang terbanyak berasal dari kategori anak-anak dan remaja.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Rosa Delima, Nevi Kurnia Arianti, dan Bramasti Pramudyawardani, sebanyak 94% orang tua menyatakan bahwa anak mereka menggunakan smartphone untuk bermain games. Selain itu, anak-anak juga menggunakan smartphone untuk menonton video di youtube. Orang tua cenderung memberikan izin karena biasanya si anak merengek meminta smartphone. Anak bahkan menjadi agresif, seperti tantrum, berteriak-teriak, dan menangis jika tidak diberikan smartphone.

Anak-anak menjadi agresif karena meniru tayangan dalam video games. Beberapa tayangan pada video games mengandung unsur pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, dan kekerasan. Teori modelling menyatakan bahwa tayangan kekerasan yang terdapat di dalam video games dapat menjadi perilaku model bahan cognitive form anak. Model perilaku cognitive form nantinya akan menjadi bahan referensi di alam bawah sadar anak. Tayangan tersebut akan disimpan oleh anak dalam cognitive form-nya sehingga sewaktu-waktu dapat muncul dalam bentuk perilaku agresif anak.

BACA JUGA:  Tata Kelola: Komparasi Audit Konvensional dan Syariah

Perilaku agresif pada anak juga dapat disebabkan oleh hormon dopamine. Saat bermain smartphone, otak akan menghasilkan hormon dopamine, jika hormon ini diproduksi secara berlebihan maka akan mengganggu kematangan fungsi otak bagian depan anak. Kelebihan hormon dopamine dapat menyebabkan anak menjadi mudah gelisah, mudah senang, bersemangat, hiperaktif, insomnia, dan mudah stress. Sehingga anak akan sulit mengontrol emosi dan cenderung menjadi agresif.

BACA JUGA:  Tata Kelola: Komparasi Audit Konvensional dan Syariah

Untuk mencegah dampak negatif dari smartphone, American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan orang tua untuk membatasi waktu bermain smartphone dan konten yang ditonton oleh anak. AAP menyarankan untuk menghindarkan smartphone dari anak usia di bawah 18 bulan dan membatasi penggunaan satu jam per-hari untuk anak usia 2-5 tahun. Pembatasan ini tetap harus diikuti dengan pengawasan dari orang tua. Orang tua perlu mengawasi konten dan aplikasi apa saja yang telah diakses oleh anak. Selain itu orang tua juga dapat menggunakan aplikasi khusus anak seperti Youtube Kids. Aplikasi Youtube Kids merupakan aplikasi youtube yang dikhususkan untuk anak-anak dengan konten-konten yang ramah untuk mereka.

BACA JUGA:  Tata Kelola: Komparasi Audit Konvensional dan Syariah

Disusun oleh Lisa Maisyurah, Atikah Dwi Kustianingsih

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui WhatsApp di 081281731818

Pos terkait