Fenomena Masih Maraknya Perdukunan di Daerah

Oleh: Mardhiyatun Nurul Ulfi

Kemajuan peradaban manusia, sering kali diukur dengan kemajuan teknologi dan semakin lepasnya masyarakat dari praktik-praktik berbau tahayul. Namun lain halnya, dizaman sekarang ini praktik perudukunan justru marak bak cendawan di musim penghujan.

Praktik perdukuknan memiliki akar dalam sejarah. Perdukunan memang sudah dikenal lama oleh masyarakat kita. Dan ilmu ini pun turun-temurun saling diwarisi, hingga saat ini dukun masih mendapatkan tempat bukan saja disisi masyarakat tradsional, tetapi juga ditengah lingkungan modern.

Hakikat dukun yang tidak bisa dilepaskan dari keterikatan dengan jin (setan). Sedangkan meminta bantuan kepada jin termasuk syirik yang paling besar terhadap Allah SWT. Meminta bantuan kepada jin dalam beberapa perkara tidaklah akan bisa terjadi kecuali dengan taqarrub(mendekatkan diri) kepada jin tersebut dengan sesuatu yang termasuk peribdatan.

Ilustrasi. (Istimewa)

Jika kita telusuri lebih jauh, maka tak dapat dipungkiri bahwa tegaknya bendera kekufuran melalui sihir dan perdukunan jelas mengancam dan merusak akidah umat.

Ironisnya ini terjadi dimasayarakat yang mengaku religius dan agamis. Dan bila kita amati kehidupan ditengah masyarakat maka kita sering mendapati penyakit TBC, yaitu Tahayul dengan hal-hal mistik, Bid’ah dan Khurafat. Itulah sederet fenomena keganjilan dalam permasalahan aqidah yang ada ditengah masyarakat muslimin dimana kita berada didalam nya. Seorang muslim yang jujur ketika ditanya tentang hukum perdukunan, tentu saja akan menjawab bahwa itu adalah hal yang terlarang dan merupakan perbuatan syirik kepada Allah SWT. Yang dimana spekulasi mereka berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Dukun atau yang sering disebut dengan “orang pinter” adalah suatu profesi yang tidak asing kedengarannya di telinga masyarakat pada umumnya. Walaupun nama atau istilahnya berbeda antar satu daerah dengan daerah yang lainnya, Dukun adalah profesi yang sangat populer. Keterlibatan mereka dalam kehidupan masyarakat selama ini sangat kuat.

Tidak dipungkiri,meski saat ini kita hidup dalam era digital, tetapi pada sebagian masyarakat masih ada saja yang memeprcayai bahwa dukun adalah sosok yang bisa dimintai jasa untuk kepentingan tertentu. Diketahui bahwa dukun merupakan orang yang memiliki kemampuan tertentu untuk membantu seseorang. Dukun yang dimaksud dalam pengamatan atau observasi saya adalah paranormal yang membantu masyarakat dalam masalah jodoh, pelaris bagi pedagang,kekuasaan politik, dan disukai atau dihormati orang lain. Hal tersebut masih sering saya jumpai di daerah tempat tinggal saya.

BACA JUGA:  Lenong Betawi: Tradisi Refleksi Identitas Komunitas Masyarakat Betawi

Fenomena kesyirikan dan pelanggaran tauhid banyak terjadi di masyarakat kita, karena kurangnya pengetahuan mereka tentang masalah tahuid dan keimanan, serta hal-hal yang bisa mendangkalkan bahkan merusak akidah atau keyakinan seorang muslim.

Kenyaataan pahit yang dialami umat islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan masalah-masalah keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi pemahaman dan pengamalan islam . Apalagi sekarang ini penyebaran dakwah islam diberbagai belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan manhaj generasi pertama yang telah mampu melahirkan generasi terbaik.

Di zaman yang serba modern masih banyak yang menggunakan dukun sebagai alternatif untuk memeperkaya diri. Menyaksikan hal tersebut, praktek sihir yang sudah merejalela dan transparan khususnya yang berada di setiap daerah, membuat bulu kuduk merinding. Bagaimana mungkin sebuah dosa besar berlangsung sangat transparan dan tidak ada tindakan apapun dari segelinitir orang yang bisa dikatakan lebih paham akan kesesatan yang terjadi.

Kepercayaan masyarakat terkait perdukunan memang mengakar cukup kuat dan menjadi sebuah mitos tersendiri. Nilai spiritual atau mistis sebenarnya selalu ada dalam setiap diri manusia menjadi kebutuhan yang mendasar untuk menyelesaikan masalah kehidupan. Manusia dalam mengahdapi berbagai permasalahan memilih jalan keluar yang rasional, ada pula yang irrasional. Bahkan yang rasional tentu dilakukan berkaitan dengan melalui cara berfikir logis. Namun fakta sosial menyatakan bahwa masyarakat banyak mencari hal-hal mistis. Salah satunya mereka mencari jalan keluar permaslahan hiudpnya melalui penanyaan atau paranormal. Agama seringkali menjadi salah satu jalan keluar dari berbagai persoalan tersebut. Walau begitu, tak sedikit pula yang bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri. Fenomena sebuah fakta sosial yang nyata terjadi dimasayarakat. Sebagai contoh, dari mulai pemilihan kepala desa, pencalonan anggota dewan, bupati, gubernur dan presiden tak bisa dilepaskan dari hal tersebut.

BACA JUGA:  Majlis Ta’lim dan Jejaring Keilmuan Masyarakat Betawi

Saya berusaha mempelajari fakta sosial tersebut, adapun pembahasan tidak memasuki wilayah benar arau tidaknya prilaku kepercayaan terhadap paranormal tersebut. Akan tetapi hanya mencoba melalui kajian sosiologis dari adanya kenyataan yang terjadi sebagai sebuah gambaran nyata fenomena tersebut. Sebagaimana kenyataan terjadi didaerah kelahiran saya sendiri yang masih ada atau bisa katakan banyak yang masih percaya kepada dukun dan menggunakan jasa dukun untuk membantu berbagai deret masalah kehidupan.

Istilah dukun biasa disebut paranormal atau sebaliknya masyarakat menyebut paranormal itu dukun tapi pada kenyataan dilapangan, dukun atau paranormal tidak mau dianggap dukun hanya saja sang dukun menganggap dirinya sama saja dengan masyarakat sekitar, hanya saja yang membedakan bahwa sang dukun punya kelebihan indra ke enam sehingga bisa menerawang dan dianggap memiliki kekuatan supranatural.

Dari pengamatan awal didapatkan bebrapa tujuan masyarakat menggunakan jasa dukun. Memperoleh hubungan harmonis dan damai, termasuk soal jodoh, pelaris dagangan bagi pedagang dan mengatur cuaca bagi petani dan masyarakat yang mempunyai hajatan seperti mantu (perkawinan), sunatan (khitanan), bahkan untuk mendapatkan kedudukan politik mereka masih memanfaatkan media perdukunan.

Dari hasil pra survei tersebut dapat dipahami bahwa masyarakat memanfaatkan jasa dukun memiliki beberapa tujuan. Pada praktek perdukunan tersebut, masyarakat memiliki kepercayaan bahwa tujuannya dapat terwujud. Yang berarti masyarakat tidak memiliki aqidah yang kuat, miris memang.

Selama ini memang ada kelompok masyarakat yang merasa sangat terbantu bahkan diuntungkan dengan adanya praktik perdukunan, namun banyak juga yang merasa sangat dirugikan bahkan kecewa dengan adanya praktik ini. Sebagai bukti yang pernah saya alami sendiri bahwa dunia perdukunan tersebut masih dianut oleh masyarakat didaerah saya yang kebetulan daerah pariwisata, dimana adanya persaingan usaha yang tidak sehat dengan cara seseorang meminta jimat pelaris kepada dukun atau yang biasa mereka sebut orang pintar agar diberi kelancaran dalam usaha dagang mereka. Dimana ada salah satu pengunjung yang datang ketempat saya berjualan tetapi mereka tidak melihat apa yang saya jual. Secara logika, hal tersebut tidak masuk akal. Karena apa? Hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh dukun yang sudah jelas bersekutu dengan syaitan. Maka dari itu, walaupun saya yang awalnya tidak mempercayai adanya praktik perdukunan tersebut. Tetapi nyatanya saya pernah menjadi korban keegoisan seseorang yang menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi.

BACA JUGA:  Tantangan Kecerdasan Emosional pada Era Digital bagi Pendidikan Anak

Secara umum status paranormal dan dukun dalam kacamata masyarakat awam dipandang sebagai sebuath status sosial yang terhormat dan bergengsi. Hal tersebut terlihat dari maraknya kalangan pejabat, pengusaha kecil, konglomerat, pedagang asongan, petani, nelayan, politius hingga PSK, untuk emlancarkan usahanya datang ramai-ramai ke paranormal, duku atau kyai karomah.

Berdasarkan hal yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab masyarakat mempercayai duku, yaitu mereka tidak berpegang teguh kepada aqidah yang benar, kurang nya kesabaran dalam menerima ujian kemiskinan, dan banyak diantara masyarakat yang ingin keluar dari masalah dengan cara yang instan tanpa memikirkan resiko dan dosa yang diemban. Berdasarkan pernyataan diatas daoat dioahami bahwa kepercayaan terhadap dukun dapat disebabkan oleh beberapa faktor diatas memberikan gambaran yang menjadi landasan pengamatanan saya mengenai dunia perdukunan.

Kenyataannya keberadaan dukun secara fungsional masih tetap dibutuhkan sehingga masyarakat tetap memiliki kepercayaan terhadapnya. Maraknya perdukunan disebabkan oleh lemahnya Aqidah atau imam mereka dan kurang nya pemahaman agama. Hal tersebut merupakan faktor utama bagi seseorang untuk mencari alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan hidup. Meminta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat merupakan solusi yang sebenarnya lebih tepat untuk menyelesaikan masalah.