
Sebab guru terbaik bagi seorang anak bukanlah gurunya di sekolah, melainkan seorang ibu.
Tidak mengherankan bila seseorang memiliki sebuah sosok yang dia pandang dan kagumi. Tidak membingungkan juga bila sosok itu akhirnya mampu membuatnya melakukan hal-hal besar di dalam hidup. Tidak aneh pula jika sosok tersebut adalah orang terdekat yang sudah dikenalnya semenjak dia belum mengenal siapapun di dunia ini.
Untuk beberapa orang, bisa jadi sosok tersebut adalah seorang ayah. Sementara untuk beberapa orang lainnya, mungkin saja sosok itu adalah seorang ibu. Tak jarang, banyak juga yang menganggap sosok itu adalah keluarga yang sangat dekat dengan mereka.
Namun, bagi seorang anak perempuan, penginspirasi nomor satu dalam hidup mereka biasanya adalah Ratu mereka. Ratu yang kemudian mereka panggil sebagai ‘ibu’. Memang tidak semua anak perempuan beranggapan demikian, tetapi paling tidak, ada beberapa di antara mereka yang menganggap bahwa sosok Sang Ibu memiliki pengaruh yang besar di dalam hidupnya.
Maka bukan hal yang aneh bila kemudian seorang anak perempuan menjadikan ibunya sebagai seorang panutan. Sebab sejak kecil, semua ilmu yang mereka pelajari, pelajaran yang mereka terima, nilai hidup yang mereka teladani – semua itu didapatkan pertama kali dari Sang Ibu, bukan dari guru. Karena guru terbaik bagi seorang anak perempuan bukanlah gurunya di sekolah, melainkan ibunya.
Saat usia anak perempuan memasuki fase remaja, pelajaran hidup yang dia dapat dari ibunya bukan lagi tentang budi pekerti dan tatakrama, melainkan tentang perlindungan diri juga. Ibu sering memberitahu kalau anak perempuannya harus bisa menjaga diri, dia menasihati anak perempuannya supaya berani berkata tidak kepada hal-hal yang dapat merusak diri, dia juga berpesan kepada anak perempuannya agar memilih-milih teman untuk kebaikan diri. Memang siapa orang yang mau menasihati serinci itu selain ibu?
Menjelang dewasa pun, masih banyak pesan yang disampaikan seorang ibu kepada anak perempuannya. Pesan-pesan yang mungkin akan dijadikan sebuah pegangan oleh anak itu hingga akhirnya dia tumbuh dan memiliki keturunan sendiri.
Mungkin seorang ibu tidak selalu memanjakan dan menuruti semua keinginan anak perempuannya, seperti yang sering dilakukan seorang ayah. Namun, segala kalimat dan perkataan dari ibu akan berdampak besar untuk anak perempuannya. Sebab, guru pertama mereka di dunia adalah ibunya.
Seperti yang dialami oleh seorang gadis yang kini sedang melanjutkan studi di perguruan tinggi yang terletak di Kota Belimbing ini. Dia memiliki sebuah pedoman hidup yang berasal dari ibunya. Sebuah kalimat yang pernah dia dengar dan dia jadikan sebagai kunci untuk mencapai tujuan-tujuan di dalam hidupnya.
“Selama masih gratis, boleh-boleh aja kok kamu bermimpi.”
Kalimat tersebut diucapkan dengan nada ringan oleh sosok yang telah dia kagumi sejak kecil, Ibunya. Dalam ingatan gadis tersebut, masih tergambar jelas bagaimana senyum menghiasi wajahnya ketika Ibunya mengucapkan kalimat majikal itu. Sebuah kalimat yang akhirnya mengantarkannya pada impian-impian yang ingin dia gapai saat ini.
Untuk semua ibu di Indonesia, kalian memang bukan penopang hidup utama dalan keluarga. Namun, ingatlah selalu jika kalian adalah pendidik pertama untuk generasi penerus bangsa, terutama untuk anak-anak perempuan. Perilaku yang sudah kalian ajarkan, serta nasihat yang telah kalian ucapkan kepada anak perempuan kalian, bisa jadi merupakan sumber semangat utama mereka dalam hidup. Kalianlah guru terbaik di dalam hidup mereka. (Tanayastri Dini Isna Khairunnisa/PNJ)