
Sarapan merupakan salah satu “ritual” wajib kita dalam mengawali hari. Meskipun terkesan sepele, para ahli bersepakat sarapan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan seseorang.
Tidak hanya berkontribusi terhadap kesehatan fisik, sarapan juga menjadi faktor penting untuk pengembangan psikologis dan pembentukan karakter. Kendati demikian, kebiasaan sarapan masih sangat kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat Indonesia.
Profesor ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor Ali Khomsah menjelaskan, sarapan dengan nutrisi seimbang seharusnya berkontribusi sekitar 15%– 30% dari total kebutuhan energi setiap harinya. “Sayangnya, sekitar 44,6% anak-anak di Indonesia justru masih mengonsumsi sarapan yang kurang berkualitas yang asupan energinya kurang dari 15% dari total kebutuhan,” ujarnya seperti dikutip bisnis.com. Lantas, apa yang disebut dengan sarapan berkualitas?
Ali menuturkan sarapan sehat harus memenuhi variasi kebutuhan gizi mulai dari karbohidrat, protein dari lauk, serta buah dan sayur. Faktanya, tidak sedikit orangtua yang hanya memberikan karbohidrat dan lauk tanpa asupan serat dari buah dan sayur untuk menu sarapan anakanaknya. Asupan makanan saat sarapan juga seharusnya lebih lengkap dibandingkan dengan makan siang dan makan malam.
Ali menuturkan sarapan penting sebagai bekal menjalani hari. “Bahkan ada anjuran sarapan seperti raja, makan siang seperti pangeran, dan makan malam seperti pengemis,” tuturnya. Dengan kata lain, sarapan harus memenuhi konsep empat sehat lima sempurna.
Sejumlah penelitian juga menunjukkan dampak buruk ketika meninggalkan sarapan. Hal itu antara lain menurunkan daya konsentrasi, peningkatan indeks massa tubuh, penurunan kesehatan dan stamina anak, serta menggagalkan penanaman kebiasaan gizi seimbang.
Salah satu alasan orang malas sarapan adalah ketiadaan waktu. Padahal, jika dibiasakan sarapan bisa membantu menjalankan disiplin. Idealnya, sarapan dilakukan sekitar 2 jam setelah bangun dari tidur. Alasan lain yang sering muncul adalah rasa kantuk yang biasa menyerang setelah sarapan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ali menjelaskan, rasa kantuk ini biasanya muncul jika saat sarapan terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat hingga kekenyangan.
Karbohidrat yang dikonsumsi memerlukan banyak oksigen untuk mengolahnya. Dengan demikian, jika karbohidrat yang dikonsumsi terlalu banyak maka dibutuhkan lebih banyak oksigen. Akibatnya, pasokan oksigen ke otak menjadi berkurang sehingga menyebabkan kantuk.
Selain sarapan, kita biasanya melakukan dua kali makan besar lainnya yaitu makan siang dan makan malam. Nah, di antara ketiga waktu makan tersebut penting juga untuk menyelipkan waktu camilan. “Mengandalkan makan besar saja untuk memenuhi kebutuhan energi tidak cukup,” ujarnya.
Kendati demikian, penting diperhatikan camilan apa saja yang sebaiknya dikonsumsi. Ali merekomendasikan untuk mengonsumsi camilan dari kacangkacangan yang memilki banyak serat. Selain itu, konsumsi buah-buahan di antara waktu makan juga sangat disarankan.