Pencegahan Keguguran pada Wanita Hamil

Ilustrasi. (istimewa)
Ilustrasi. (istimewa)

Setiap wanita, pasti akan menjadi seorang Ibu dari anak-anaknya. Selama proses menjadi seorang Ibu, tentu wanita akan mengalami saat mengandung. Namun, saat mengandung, wanita dihadapkan pada berbagai rintangan yang tak mudah, bahkan tak jarang sampai harus berkorban, salah satunya ketika terjadi keguguran.

Di Indonesia, kasus-kasus keguguran banyak macamnya dan jumlahnya juga cukup banyak. Salah satu kasus keguguran terjadi pada saudara saya yang usia kandungannya baru berusia dua bulan. Ia akhirnya harus merelakan meski berat hati.

“Untuk keguguran, paling utama disebabkan oleh adanya bakteri toksoplasma. Tokso tidak hanya berasal dari kucing yang kurang dirawat, namun unggas juga. Selain itu, bisa juga dari lingkungannya, penyakit anemia, kurang asupan gizi seimbang, pernah punya riwayat keguguran, dan masih banyak yang lain,” ujar Sri Rahayu Isnaini, Bidan di Brawijaya Women and Children Hospital.

Kasus keguguran sendiri berbeda-beda dan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu ancaman keguguran (Abortus Immines), keguguran pasti (Abortus Insipient), keguguran lengkap (Abortus Complete), keguguran tidak lengkap (Abortus Incomplete), dan ketinggalan keguguran.

Pencegahan

Menurut Bidan Sri Rahayu Isnaini, keguguran pada wanita hamil sebenarnya dapat dicegah, salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat. Pola hidup sehat dapat berupa mengonsumsi makanan gizi seimbang, minum susu, mengonsumsi vitamin penambah darah dan kalsium, mengurangi makanan asam (mangga, kedondong, nanas), mengonsumsi jus jeruk atau vitamin C, berhenti merokok dan minum alkohol, serta tidak mengonsumsi minuman dalam kemasan karena mengandung kadar gula yang cukup tinggi.

Selain itu, wanita hamil tidak boleh bekerja terlalu lelah, namun juga tidak diperbolehkan duduk terlalu lama. Jika duduk terlalu lama, dikhawatirkan kakinya akan membengkak karena wanita hamil di usia 32 minggu ke atas terjadi peningkatan cairan darah sehingga ditakutkan kalau terlalu lama banyak tekanan, seperti duduk terlalu lama, rahimnya semakin lama semakin besar sehingga terjadi penekanan hingga akhirnya cairannya tidak rata dan tidak ke seluruh tubuh.

Tak hanya itu, wanita hamil juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin, yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali juga pada trimester kedua (4-6 bulan mau ke-7 bulan), dan minimal dua kali pemeriksaan pada saat mendekati persalinan atau trimester ketiga. Namun, alangkah lebih baiknya lagi, jika dilakukan pemeriksaan rutin setiap sebulan sekali.

Bagi seluruh wanita yang nantinya akan mengandung atau saat ini sedang mengandung, pastinya mengharapkan anaknya dapat tubuh sehat dan normal. Jadi, bukankah seharusnya Anda mengetahui pencegahan ini sebelum terlambat?

Fitriana Monica Sari

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *