Berbeda dengan realita, masih banyak yang belum mau hijrah ke bank syariah, ada apa ya?
DEPOKPOS – Dewasa ini, Gen Z adalah raja di dunia digital; termasuk ekonomi. 75% Gen Z saat ini memiliki dan aktif menggunakan e-wallet untuk menabung, belanja, hingga investasi. Tapi sayangnya, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Populix pada tahun 2023 menyebutkan bahwa hanya 12% dari teman-teman Gen Z yang memiliki rekening di bank syariah. Apakah bank syariah belum “kekinian” menurut teman-teman Gen Z, atau ada yang belum paham konsep perbankan syariah itu sendiri?
Gen Z itu unik. Mereka bisa nongkrong membahas dunia keuangan sembari menyeruput americano di coffee shop langganan mereka. Mereka cepat, serba digital, dan kini sudah mulai banyak yang peduli dengan gaya hidup halal. Nyatanya, prinsip syariah itu sejalan dengan semangat teman-teman Gen Z: adil, transparan, no ribet-ribet.
Berbeda dengan realita, masih banyak yang belum mau hijrah ke bank syariah, ada apa ya? Artikel ini akan membantu teman-teman untuk memahami lebih dalam yang semestinya dilakukan oleh perbankan syariah agar lebih relatable dengan teman-teman Gen Z.
Gen Z Tidak Cuma Mau Halal, Tapi Cepat dan Personal
Gen Z adalah generasi yang lahir di era digital native atau era yang serba digital. Mereka terbiasa dengan hal-hal yang praktis, cepat, dan mudah diakses. Termasuk urusan finansial. Bagi Gen Z, membuka rekening baru di sebuah bank bukan hanya sekedar menaruh uang, tapi juga pengalaman.
Mereka ingin melakukan transaksi atau investasi itu dengan simpel, hanya dengan aplikasi tanpa harus mendatangi ATM atau kantor cabang. Sebanyak 68% Gen Z memilih fintech karena prosesnya yang anti ribet ketimbang bank umum.
Gen Z peduli dengan hal-hal yang berbau keberlanjutan. Mulai dari keuangan bebas riba hingga financial freedom. Mayoritas Gen Z lebih percaya dengan review yang diunggah di media sosial ketimbang iklan-iklan yang terpampang di baliho ataupun TV. Mereka menuntut autentik dan juga lebih relate dengan kehidupan mereka.
Bank Syariah Masih Terlihat Kuno Bagi Gen Z
Aplikasi Kurang User Friendly
Gen Z sudah terbiasa dengan antarmuka aplikasi yang responsif dan juga aesthetic. Namun, bank syariah kebanyakan di Indonesia masih terkesan ‘jadul’ bagi sebagian besar Gen Z yang membuat mereka bingung dengan tampilan, loading yang lambat hingga proses pembukaan rekening yang memakan waktu cukup banyak. Padahal di bank digital lain daftar rekening baru memerlukan waktu hanya sampai 5 menit.
Komunikasi Perusahaan yang Kurang Relate Dengan Gen Z
Istilah syariah seperti mudharabah, wadiah, dan yang lainnya kurang familiar dan sulit dimengerti di telinga Gen Z yang sebenarnya adalah hal paling penting secara hukum fikih. Bank syariah semestinya memberikan pendekatan yang to the point, menggunakan visual, dan relate dengan keseharian Gen Z.
Inovasi Produk Yang Minim
Produk-produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah terkadang terasa kaku dan kurang kreatif. Sementara produk yang ditawarkan oleh bank yang lain sudah memiliki jenis tabungan yang diikutsertakan dengan nama-nama yang asik seperti:
- Nabung beli HP
- Dompet Jajan Anabul
- Investasi Crypto ‘to the moon’
Saat ini, perbankan syariah semestinya melakukan inovasi yang lebih ‘kekinian’ demi menarik hati teman-teman Gen Z tanpa harus menghilangkan prinsip syariah.
Saatnya Bank Syariah Jadi ‘Kece’ di Kalangan Gen Z
Gen Z butuh alasan yang konkret ketika diberi pilihan hijrah ke bank syariah. Mereka tidak hanya ingin memilih karena “sesuai syariah” saja, namun mereka ingin bank syariah lebih adaptif, kreatif, dan relevan sehingga mampu menarik minat teman-teman Gen Z.
Buat Gen Z, iklan yang berseliweran di TV atau baliho itu sudah lewat zamannya. Kini, mereka lebih percaya dengan konten yang lebih relate dengan mereka yang biasa mereka temukan di FYP TikTok ataupun Reels Instagram.
Beberapa cara yang bisa bank syariah lakukan adalah dengan berkolaborasi dengan influencer yang berbasis syariah dan juga menciptakan konten singkat namun mengena serta relate dengan teman-teman Gen Z.
Kuncinya adalah: menjual “syariah” tidak semestinya terasa kaku, namun bisa dikemas dengan kreatif dan sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh teman-teman Gen Z. Mereka tidak hanya melihat bank syariah sebagai cara menabung yang halal, namun juga harus memiliki kesan cepat, kreatif, dan sesuai dengan masa kini.
Gen Z tidak hanya butuh yang syariah, tapi juga harus terasa personal dan cepat. Bank yang memenangkan kompetisi adalah mereka yang mengerti kebutuhan, tidak terasa kaku, dan membentuk cara mereka mengambil keputusan finansial.
Kalau bank syariah tidak segera bertindak, apakah Gen Z akan memilih fintech konvensional yang lebih baik dan lebih responsif?
Sekarang waktunya bukan cuma hanya “yang penting digital”, tetapi seharusnya melakukan perubahan masif secara digital yang mengerti Gen Z. Ini bukan hanya soal canggih, namun juga soal pendekatan yang lebih personal serta memiliki empati bagi para penggunanya.
Hamizan Suheil Ibnu Hadi
Mahasiswa Universitas Tazkia