Profil Ahmed al-Sharaa, Presiden Transisi Suriah yang Pernah Masuk Daftar Teroris AS

Profil Ahmed al-Sharaa, Presiden Transisi Suriah yang Pernah Masuk Daftar Teroris AS

Semangat perjuangan mulai muncul di dalam diri Ahmed al-Sharaa saat Intifada Kedua Palestina pada tahun 2000

SURIAH – Administrasi operasi militer Suriah pada Rabu (29/1) mengumumkan penunjukan Ahmad Al-Sharaa sebagai presiden transisi, sekaligus mencabut Konstitusi 2012 serta membubarkan parlemen, tentara, dan lembaga keamanan rezim sebelumnya.

Bacaan Lainnya

Langkah bersejarah tersebut diambil setelah rezim Partai Baath runtuh pada Desember lalu.

Selain itu, seluruh faksi militer serta badan politik dan sipil revolusioner akan dibubarkan dan diintegrasikan ke dalam institusi negara, menurut pernyataan resmi yang menandai “Kemenangan Revolusi,” sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi SANA.

Ahmed al-Sharaa, Orang Suriah yang Lahir di Saudi

Ahmed Hussein al-Sharaa atau biasa dikenal juga dengan nama Abu Mohammad al-Julani merupakan pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

Mengutip Al Jazeera, al-Sharaa lahir di Riyadh, Arab Saudi, tahun 1982. Tempat kelahirannya itu dulunya adalah lokasi ayahnya bekerja sebagai insinyur perminyakan.

Keluarganya kemudian kembali ke Suriah pada 1989. Bersama al-Sharaa, mereka menetap di dekat Damaskus.

Menurut pengakuan sejumlah temannya di sekolah dulu, al-Sharaa sebenarnya tampak seperti anak laki-laki biasa yang rajin belajar.

Selama masa mudanya, ia juga digambarkan sebagai sosok pendiam dan pemalu, serta tertutup secara sosial.

Awal Perjuangan Ahmed al-Sharaa: Intifada Palestina

Semangat perjuangan mulai muncul di dalam diri Ahmed al-Sharaa saat Intifada Kedua Palestina pada tahun 2000. Waktu itu, al-Sharaa yang masih berusia antara 17 atau 18 tahun sudah tergerak hatinya untuk membela orang yang ditindas oleh penjajah Israel.

Beberapa waktu berlalu, al-Sharaa pindah pada tahun 2003 ke Irak. Di sini, ia bergabung dengan al-Qaeda yang kala itu menjadi bagian dari perlawanan terhadap invasi Amerika Serikat (AS).

Al-Sharaa sempat ditangkap oleh pasukan AS di Irak dan ditahan selama lima tahun. Setelah bebas, ia kemudian ditugaskan untuk mendirikan cabang al-Qaeda di Suriah, Front al-Nusra, yang waktu itu sedang memperluas pengaruhnya di wilayah yang dikuasai oposisi, khususnya Idlib.

Pecah Kongsi dengan al-Baghdadi

 

Pada awalnya, al-Sharaa biasa berkoordinasi langsung dengan Abu Bakr al-Baghdadi. Namun, tiba-tiba al-Baghdadi mengumumkan kelompoknya memutuskan hubungan dengan al-Qaeda dan akan memperluas wilayah ke Suriah, termasuk dengan cara menggabungkan Front al-Nusra ke dalam kelompok baru yang disebut ISIL.

Menariknya, al-Sharaa menolak pembelotan ini dan mempertahankan kesetiaannya kepada al-Qaeda.

Dalam wawancara pada tahun 2014, ia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Suriah harus diperintah berdasarkan interpretasi kelompoknya tentang “hukum Islam” dan kaum minoritas di negara tersebut tidak akan diakomodasi.

Namun, seiring waktu pandangan al-Sharaa juga ikut berubah. Ia kemudian mulai menjauhkan diri dari proyek al-Qaeda yang bertujuan mendirikan “kekhalifahan global” di semua negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Membentuk Hayat Tahrir al-Sham

 

Sebagai gantinya, al-Sharaa bersama para anak buahnya yang setia memulai misi baru. Di Suriah, ia kemudian mengumumkan penggabungan sejumlah kelompok oposisi dengan nama Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

Tujuan HTS yang dinyatakan waktu itu adalah untuk membebaskan Suriah dari pemerintahan otokratis Assad.

Selain itu, kelompok ini ingin mengusir milisi Iran dari negara tersebut dan mendirikan pemerintahan baru sesuai dengan interpretasi mereka sendiri tentang “hukum Islam”.

Sebagai pendiri HTS, al-Sharaa telah berusaha memisahkan diri dari pihak lain dan hanya berfokus pada pembentukan “republik Islam” di Suriah.

Mengalahkan Rezim Bashar al-Assad

Sejak 2016, ia telah memposisikan dirinya dan kelompok sebagai penjaga yang kredibel bagi Suriah jika sudah terbebas dari rezim al-Assad.

Secara perlahan, HTS menghimpun kekuatan dari provinsi Idlib. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka melancarkan serangan yang mengejutkan rezim Assad di Damaskus di akhir tahun 2024.

Tak butuh waktu lama, Assad akhirnya melarikan diri ke luar negeri. Sebagai gantinya, al-Sharaa yang menjadi pemimpin HTS pun secara tidak langsung menjadi pemimpin de facto Suriah sekarang.

Pernah Masuk Daftar Teroris Amerika Serikat

Profil Ahmed al-Sharaa, Presiden Transisi Suriah yang Pernah Masuk Daftar Teroris AS

Tambahan informasi, sebelumnya al-Sharaa juga masuk deretan buronan Amerika Serikat dalam daftar ” Teroris Global yang Ditunjuk Khusus ” pada bulan Mei 2013 dengan hadiah sebesar USD10 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.

Namun, status tersebut dicabut pada awal Desember 2024 setelah al-Sharaa bertemu dengan delegasi AS untuk berunding mengenai kondisi di Suriah.

Demikianlah ulasan mengenai profil Ahmed al-Sharaa, Presiden Transisi Suriah yang dulunya menjadi komandan di salah satu cabang Al Qaeda.

BACA JUGA:  Bus Terbakar, 6 Jamaah Umrah Indonesia Tewas, 14 Luka-luka

Pos terkait