Oleh : Murodi al-Batawi
Pernahkah kita melihat, mengunjungi atau minimal mendengar, instilah Pesantren Lansia.? Sebuah lembaga pendidikan Islam yang dikhususkan buat para Manula, Manusia Lanjut Usia. Jika sudah pernah mendengar, berarti kita termasuk orang yang cukup gaul dan peduli dengan kondisi masyarakat kita, terutama masyarakat muslim lanjut usia.
Jika belum, kemungkinan hanya sekadar celotehan para ahli pendidikan dan masyarakat umum saat mereka sedang berkumpul. Kenapa…? Karena, memang, model pesantren seperti ini belum belum ada. Dan hanya baru sekadar gagasan saja. Karena, mungkin, secara ekonomis, tidak menguntungkan. Mungkin juga karena belum dicoba. Jadi, masyarakat masih wait and see.
Pertanyaannya, siapa sebenarnya penggagas keinginan mendirikan Pondok Pesantren Lansia ini..? Tidak ada yang tahu pasti, siapa sebenarnya orang yang punya ide seperti ini.
Dari hasil bincang dengan Dr. KH. Cholil Nafis,MA, dari MUI pusat dan Prof.Dr.KH.Ahmad Tjahaya Nugraha,
Pembina dan Pemilik Pondok Pesantren Roudhatun Nawawi, Lebak Agung, Garut, Jawa Barat, mereka mengatakan bahwa gagasan pendirian Pondok Pesantren Lansia, merupakan ide dari banyak ulama. Tapi yang telah merealisasikan gagasan tersebut, baru Prof.Ahmad Tjahaya Nugraha, di daerah Lebak Agung, Garut, Jawa Barat.
Sementara Dr.KH.Cholil Nafis, baru mempersiapkan lahan di Depok untuk pembangunan Pondok Pesantren Lansia.
Kurikulum dan Pengasuh
Karena hanya baru usekadar gagasan, maka yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah pembuatan kurikulum dan para pengasuhnya. Karena pesantren ini dikhususkan bagi para lansia, maka dalam pembuatan kurikulum sangat berbeda dengan kurulikulum pondok pesantren pada umumnya. Tidak mungkin mereka akan menggunakan kurikulum pesantren yang ada, baik di Kementerian Agama atau mengadopsi kurikulum pondok pesantren lain untuk diterapkan pada Pesantren Lansia.
Begitu juga terkait para pengasuh pesantren Lansia, harus berbeda dengan para pengasuh pesantren biasa. Mereka harus terdidik dan memiliki pengetahuan dan keterampilan, terutama ilmu agama yang mumpuni dan ilmu psikologi, agar mereka memiliki kepedulian dan empati kepada para santrinya, karena para santrinya juga khusus, diperlakukan secara khusus juga.
Pesantren Lansia dan Panti Jompo
Persamaan antara Pesantren Lansia dengan Panti Jompo, sama-sama menampung para Lansia. Bedanya, jika di Panti Jompo, tidak ada pengajaran dan pembimbingan ilmu agama dan praktik keagamaan, maka di peesantren Lansia harus ada bimbingan ibadah, pengajian dan praktik ibadah. Mereka harus mengikuti shalat jama’ah setiap waktu, berdzikir dan berdo’a. Mereka terus dibimbing agar imannya semakin kuat dan ilmunya bertambah, sehingga ketika saat ajsl menjemput, mereka sudah siap menetima kedatangan malaikat maut.
Jadi, menurut saya, ide pembangunan Pondok Pesantren Lansia, merupakan ide genial yang sangat smart, karena bisa memberikan pelajaran agama dan bimbingan ruhani bagi para lansia. Semoga terealisir.[Odie].
Pamulang, 27 Oktober 2024
Murodi al-Batawi