Tantangan dan Implikasi Ruang Digital

Tantangan  dan Implikasi Ruang Digital

DEPOKPOS – Canggihnya teknologi digital masa kini yang semakin maju telah membuat perubahan yang sangat besar pada dunia, orang-orang dapat dengan mudah mengakses suatu informasi dan menggunakan fitur teknologi digital dengan bebas .

Ruang digital membawa berbagai perubahan yang baik, namun dalam waktu yang bersamaan juga membawa dampak negatif yang banyak. Salah satunya berita bocornya data pribadi yang sedang marak dikalangan masyarakat. Berita tersebut hanya salah satu berita dari sekian banyaknya berita tentang bagaimana ruang digital membuat privasi orang seolah-olah hilang.

Akan tetapi di era digital ini siap tidak siap hal tersebut menjadi suatu konsekuensi yang harus dihadapi oleh berbagai kalangan, maka agar penggunaannya bisa bermanfaat mau tidak mau harus bisa menguasai dan mengendalikan teknologi digital dengan baik dan benar.

Tantangan Masa Kini

Privasi dan Keamanan Data

Salah satu permasalahan yang muncul yaitu ancaman terhadap privasi dan keamanan data para pengguna, dan kini pemangku kepentingan baik itu pengguna internet, perusahaan, bahkan pemerintah memiliki kekhawatiran terkait privasi dan keamanan data. Serangan siber dan pelangaran privasi menjadi ancaman serius, Dimana dalam beberapa tahun terakhir data menunjukkan bahwa, kasus pelanggaran data meningkat secara signifikan . Hal ini menimbulkan keraguan dalam kepercayaan publik terhadap ruang digital. Data yang telah dikumpulkan oleh perusahaan dapat disalahgunakan, dan hal ini menjadi tantangan dalam membangun lingkungan digital yang aman dan dapat dipercaya.

BACA JUGA:  AI, Sahabat atau Ancaman? Perspektif Mahasiswa di Era Teknologi

Tahun Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mempublikasikan laporan tahunan monitoring keamanan siber. dalam laporan tersebut dapat terlihat bahwa lebih dari 1,6 miliar atau tepatnya adalah 1.637.973.022 serangan siber yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2021.

Manipulasi Informasi dan Hoaks

Banyaknya Informasi yang terkumpul di ruang digital sering kali sulit untuk dikelola dengan efektif. Hal ini menjadikan suatu organisasi atau individu, sering kali kesulitan dalam menyaring informasi yang relevan dan akurat, dan bisa membuat seseorang mengambil keputusan yang tidak tepat dan menyebarkan informasi palsu. Platform media sosial dan mesin pencarian dalam kasus ini memiliki pengaruh besar dalam menyajikan sebuah informasi kepada para pengguna.

Saat ini fenomena manipulasi informasi dan penyebaran hoaks semakin meresahkan. Menurut survey mastel (2019) dari 1.116 responden yang menerima hoax lebih dari satu kali perhari sebanyak 14,7%, lalu 34,6% menerima hoax setiap hari, dan 23,5% menerima hoax seminggu sekali, lalu sebanyak 18,2% menerima hoax sebulan sekali. Hoax ini tidak hanya tersebar melalui media online, namun juga media arus utama juga terkontaminasi dan kadang juga menerbitkan berita hoax

BACA JUGA:  Pentingnya Peran Orang Tua Dorong Kemandirian Finansial Anak Sejak Dini

Ketidaksetaraan Akses Digital

Ketidaksetaraan akses digital juga menjadi perhatian yang serius. Di tengah kecanggihan teknologi digital, masih terdapat sejumlah orang yang tidak memiliki akses digital yang memadai. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan dalam peluang ekonomi, pendidikan, dan informasi. Dimana data menunjukkan bahwa setidaknya masih ada 70 juta penduduk Indonesia yang kesulitan mendapat akses digital. Dimana area di luar pulau Jawa menjadi wilayah terbanyak yang belum terjangkau . Maka dari itu, pemangku kepentingan perlu untuk bekerja sama dalam mengatasi ketidaksetaraan akses ini.

Solusi

Penguatan Perlindungan Privasi dan Keamanan Data

Hal pertama yang diperlukan yaitu upaya bersama baik itu dari pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat untuk memperkuat perlindungan privasi dan keamanan data. Yaitu dengan pembentukan regulasi yang ketat dan penegakan hukum yang efektif dapat menjadi langkah awal dalam melindungi data. Selain itu, implementasi end-to-end, pembaruan perangkat lunak berkala,dan melakukan pelatihan pada karyawan tentang praktik keamanan digital dapat menjadi langkah yang bisa dilakukan.

BACA JUGA:  “Agak Laen”: Bahasa, Budaya, dan Identitas Batak dalam Ruang Komedi Populer

Peningkatan literasi digital

Program literasi digital dan kritis terhadap sebuah informasi harus diperluas disemua tingkat pendidikan, menyertakan pemahaman tentang bagaimana cara mengenali hoaks, memverifikasi informasi, dan mengelola privasi online. Selain itu, berbagai platform media sosial perlu meningkatkan upaya dalam menyaring dan menganalisis data yang relevan dan akurat untuk menghindari penyebaran informasi palsu dengan metode yang lebih canggih.

Mengatasi Ketidaksetaraan Akses

Untuk mengatasi hal ini, peran aktif pemerintah sangat diperlukan, untuk melakukan investasi dalam infrastruktur teknologi dan program-program pendidikan digital untuk memberikan akses internet yang terjangkau. Perusahaan juga dapat berperan dengan menyediakan layanan digital yang mudah untuk diakses oleh berbagai lapisan masyarakat.

Anggi Repangga Hakim
STEI SEBI

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait