Benarkah Lingkungan Diabetogenik Mengancam Masa Depan Bangsa?

Benarkah Lingkungan Diabetogenik Mengancam Masa Depan Bangsa?

DEPOKPOS – Saat berbelanja ke supermarket, tanpa sadar hampir di setiap sudutnya kita dapat menemui makanan atau minuman yang mengandung gula berlebih. Berbagai jenis makanan dan minuman tersebut seolah-olah menjadi surga bagi penikmat makanan dan minuman manis.

Tanpa disadari, situasi itu sebenarnya menjadi salah satu indikasi lingkungan diabetogenik alias lingkungan yang mendukung pertumbuhan penyakit diabetes. Tak heran bila pertumbuhan penyakit diabetes di Indonesia sangat pesat. Bahkan mengancam kesehatan ibu hamil dan bayi dalam kandungannya.

Bacaan Lainnya

Lingkungan Diabetogenik di Indonesia

Dari survei yang dilakukan RISKESDAS tahun 2018, menunjukkan sebanyak 40,1% responden mengonsumsi makanan manis lebih dari 1 kali per hari dan 61,3% responden mengkonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari.

Padahal menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES), anjuran konsumsi gula adalah 10% dari total energi harian atau 50 gram perhari. Dimana setiap individu dibatasi konsumsi gulanya maksimal 50 gram atau setara dengan 4 sdm gula pasir dalam satu hari. Jika kita mengkonsumsi gula lebih dari 50 gram perhari, artinya kita telah mengkonsumsi gula secara berlebih.

Kadar gula dalam setiap makanan dan minuman berbeda-beda. Pada 100 gram coklat batangan dapat mengandung 37 gram gula, sedangkan minuman bersoda mengandung 39 gram gula. Bayangkan, konsumsi makanan dan minuman manis dengan kadar gula berlebih dalam sehari, secara terus menerus.

Kebiasaan itulah yang memungkinkan kita mengidap penyakit diabetes. Karena pola konsumsi tersebut dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah, kemudian menghambat kerja hormon insulin dan memicu diabetes.

Risiko Diabetes pada Perempuan

Pada dasarnya, penikmat makanan dan minuman manis tidak memandang gender. Penyebab seseorang mengkonsumsinya beragam. Ada individu yang mengkonsumsinya sebagai pereda stres. Ada juga individu yang mengkonsumsinya karena terbiasa. Namun, tahukah kamu bahwa perempuan lebih berisiko terkena diabetes daripada laki-laki?

Hal tersebut dikarenakan perempuan memiliki lebih banyak jaringan lemak di dalam tubuhnya. Kondisi tersebut lebih berbahaya ketika perempuan mengalami kehamilan. Karena kelebihan mengkonsumsi makanan dan minuman manis dalam masa kehamilan dapat memicu terjadinya penyakit diabetes gestasional.

Mengenal Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes muncul selama masa kehamilan dan biasanya menghilang setelah persalinan. Diabetes gestasional lebih berisiko pada ibu hamil dengan indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi atau kegemukan.

Kejadian diabetes gestasional dipicu karena pada masa kehamilan tubuh menghasilkan hormon estrogen, HPL (human placental lactogen), growth hormone, dan kortisol yang menyebabkan berkurangnya produksi hormon insulin sehingga tubuh kesulitan untuk mengatur kadar gula dalam darah.

Menurut FIGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics) tahun 2015 menyatakan bahwa dari semua jumlah kehamilan, sekitar 1-14% ibu hamil mengalami diabetes gestasional. Bila ibu hamil mengalami gejala seperti sering BAK, sering haus, mudah lapar, mudah lelah, berat badan turun, mata buram, mual, luka sulit sembuh, dan kesemutan. Segera lakukan pemeriksaan!

Dampak Berkepanjangan dari Diabetes Gestational

Diabetes gestasional berbahaya bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Bagi ibu hamil, diabetes gestasional akan menyebabkan komplikasi pada masa kehamilannya seperti preeklampsia (tekanan darah tinggi) dan polihidramnion (jumlah cairan ketuban yang berlebihan). Jika tidak segera ditangani, di masa yang akan datang, diabetes gestasional dapat berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 dan memicu kejadian penyakit lainnya seperti penyakit jantung dan masalah pembuluh darah.

Selain itu, untuk bayi yang sedang dikandung akan mengalami macrosomia (bayi besar) yang dapat mempersulit proses persalinan dan meningkatkan risiko cedera pada bayi dan juga ibunya. Setelah lahir, bayi berkemungkinan besar mengalami masalah gula darah rendah (hipoglikemia). Tidak hanya itu, masa depan bayi akan terancam karena dikemudian hari bayi tersebut berisiko mengalami obesitas dan diabetes.

Jangan Khawatir, Ikuti Cara Berikut

Pada umumnya, diabetes gestasional dapat dicegah dan diatasi dengan menerapkan gaya hidup sehat.

  • Penerapan gaya hidup sehat dapat dimulai dari memperbaiki pola makan. Konsumsi makan yang kaya serat dan nutrisi. Pilihlah karbohidrat kompleks seperti beras merah, gandum utuh, kentang, wortel, kacang-kacangan, dan apel. Kemudian kurangi makan minum manis.
  • Setelah pola makan menjadi seimbang, lakukan pengendalian berat badan dengan mengkonsultasikan target berat badan ideal pada ahli gizi.
  • Tingkatkan aktivitas fisik. Pilihlah aktivitas fisik sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing individu.
  • Konsultasikan pada dokter, aktivitas fisik yang dianjurkan. Sebagai referensi, berjalan kaki, berenang dan aerobik merupakan aktifitas fisik yang dapat membantu mengontrol kadar gula darah.
  • Selain aktivitas fisik, pengelolaan terhadap stres juga penting dilakukan. Karena Stres dapat mempengaruhi kadar gula darah. Temukanlah cara untuk mengelola stres. Beberapa kegiatan yang dapat dicoba adalah meditasi, relaksasi, dan bersenang-senang.
  • Jika sudah terdiagnosa diabetes gestasional. Penting bagi individu tersebut untuk mengkonsultasikan kepada dokter terkait perawatan yang efektif, kemudian mengikuti saran-saran yang diberikan.
  • Disarankan untuk terus berkomunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam pengobatan selama kehamilan untuk memantau perkembangan penyakit dan mendapatkan perawatan yang tepat.
  • Setelah proses persalinan selesai, diperlukan pemantauan lanjutan untuk memastikan bahwa diabetes gestasional tidak berlanjut menjadi diabetes melitus tipe 2.

Pencegahan terhadap penyakit diabetes gestasional pada perempuan dan ibu hamil dapat dapat dilakukan dengan mengikuti saran pada poin satu hingga empat. Jika ibu hamil terdiagnosa diabetes gestasional maka sangat disarankan untuk mengikuti semua saran yang tertulis diatas. Selain pencegahan dan pengendalian penyakit secara individu, diperlukan dukungan pemerintah untuk pengaturan bea cukai bagi makanan dan minuman manis yang menjadi faktor penyebab tingginya jumlah pengidap penyakit diabetes di Indonesia.

Syifa Kumala, Aisya Amalia Putri
Mahasiswa Universitas Indonesia.

Pos terkait