Israel Banyak Ngibul, Hamas Menangkan Simpati Dunia

Israel Banyak Ngibul, Hamas Menangkan Simpati Dunia

Israel telah kehilangan kredibilitasnya di dunia sebagai akibat dari banyaknya kebohongan dan tuduhan palsu

GAZA, PALESTINA – Zionis Israel telah kehilangan kredibilitasnya di dunia sebagai akibat dari banyaknya kebohongan dan tuduhan palsu, tanpa didukung bukti melawan gerakan Hamas, demikian opini yang ditulis Peneliti Senior non-residen di Center for Islam and Global Affairs (CIGA) dan juga di Afro-Middle East Center (AMEC) Dr Ramzy Baroud dan editor di PalestineChronicle.com Romana Rubeo di Middle East Monitor (MEMO) Selasa (15/11/2023).

Menurut mereka kridibilitas ‘Israel’ ini berbanding terbalik dengan kelompok faksi perlawanan dan pembebasan Palestina, termasuk Jurubicara Brigade Izzuddin Al-Qassam yang selalu memberikan kesaksian dan bukti nyata. Bahkan datang tanpa penyelidikan, bukti, atau sesuai konteks.

Bacaan Lainnya

“Tuduhan itu tidak masuk akal. Bahkan menurut standar propaganda ‘Israel’, memalsukan informasi tanpa memberikan konteks dan bukti, semakin berkontribusi terhadap memburuknya kredibilitas ‘Israel’ di media dan citra internasional di seluruh dunia,” tulis mereka.

Menurut keduanya, sehari sebelumnya, seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, dikutip oleh CNN, mengatakan, dalam kabel diplomatik, “kita mengalami kerugian besar dalam bidang pengiriman pesan”.

Diplomat tersebut mengacu pada reputasi Amerika di Timur Tengah – bahkan di seluruh dunia – yang kini terpuruk karena dukungan butanya Amerika terhadap Zionis ‘Israel’.

Hilangnya kredibilitas ini juga dapat dilihat di ‘Israel’ sendiri. Menurut berbagai jajak pendapat publik, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu tidak hanya kehilangan kredibilitasnya di mata masyarakat ‘Israel’, namun seluruh lembaga politik tampaknya juga kehilangan kepercayaan.

Bahkan lelucon umum di kalangan warga Palestina saat ini adalah bahwa para pemimpin Zionis sedang meniru para pemimpin Arab dalam Perang Arab-’Israel’, dimana dalam hal bahasa, mengunggah kemenangan palsu, dan kemajuan militer yang tidak berdasar.

Misalnya pada bulan Juni 1967, ketika ‘Israel’ dengan cepat memukul mundur militer Arab di semua lini dengan dukungan penuh AS-Barat, tentu saja pimpinan tentara Arab meyiarkan melalui radio bahwa mereka telah tiba di ‘gerbang Tel Aviv’.

BACA JUGA:  Mohammed Al-Bashir Pimpin Pemerintahan Transisi Suriah

Nasib tampaknya telah terbalik. Abu Ubaidah dan Abu Hamzah –masing-masing juru bicara militer Brigade Al-Qassam dan Brigade Al-Quds– memberikan laporan terperinci dan sangat cermat mengenai sifat pertempuran dan kerugian yang dialami pasukan militer ‘Israel’ dalam pernyataan rutin mereka yang sangat dinanti-nantikan.

Sebaliknya, militer penjajah berbicara tentang kemenangan yang akan terjadi, pembunuhan terhadap ‘teroris’ yang tidak disebutkan namanya, dan penghancuran terowongan yang tak dihitung jumlahnya, namun jarang memberikan bukti apa pun.

“Satu-satunya ‘bukti’ yang diberikan adalah adanya penargetan yang disengaja terhadap rumah sakit, sekolah, dan rumah warga sipil,” kata mereka berdua.

Sementara Abu Ubaida hampir selalu menyertakan bukti video-video dengan sanngat baik, yang mendokumentasikan penghancuran sistematis tank-tank Zionis, namun tidak ada dokumentasi semacam itu yang dapat mendukung klaim militer penjajah ‘Israel’.

Di Luar Medan Perang

Menurut Dr Ramzy Baroud dan Romana Rubeo, soal kredibilitas yang buruk ini tidak hanya terjadi di medan perang saja. Pengakuan terhadap narasi Palestina bahkan memaksa para pejabat AS, yang awalnya meragukan angka-angka jumlah kemagtian, akhirnya harus mengakui bahwa orang-orang Palestina telah mengatakan yang sebenarnya, dibandingkan laporan ‘Israel’.

Bahkan Barbara Leaf, asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Dekat, mengatakan kepada panel DPR AS pada tanggal 9 November bahwa jumlah korban tewas oleh ‘Israel’ dalam perang kemungkinan “lebih tinggi dari yang disebutkan.”

“Memang benar, setiap hari, ‘Israel’ kehilangan kredibilitas hingga pada titik di mana kebohongan awal ‘Israel’ mengenai apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober, pada akhirnya terbukti membawa bencana bagi citra dan kredibilitas ‘Israel’ secara keseluruhan di panggung internasional,” tulisnya.

Kebohongan Isral tidak mampu membendung dokumentasi kekejaman dan tekanan kebenaran yang datang dari warga Gaza dan Palestina, dokmentasi Brigade Izzuddin Al-Qassam dan kelompok perlawanan lain, meskipun ‘Israel’ mengeluarkan jutaan dola untuk merekrut jurnalis dan influencer (dalam kampanye hasbara yang belum pernah terjadi sebelumnya) yang diharapkan bisa menggambarkan orang-orang Palestina sebagai “manusia binatang” – sesuai dengan kata-kata Menteri Pertahanan Zionis Yoav Gallant.

BACA JUGA:  61 Tahun Berkuasa, Rezim Partai Baath di Suriah Akhirnya Runtuh

Bahkan narasi ‘Israel’ yang mengepung Kompleks Medis RS Shifa untuk membunuh “seorang teroris”, “pemenggalan kepala 40 anak-anak”, “aksi pemerkosaan gadis-gadis muda” pada hari dimulainya Operasi Taufan (Banjir) Al-Aqsha, semua tidak pernah terbukti.

Bahkan Presiden ‘Israel’ yang dianggap ‘moderat’, Isaac Herzog, membuat pernyataan menggelikan di BBC pada 12 November. Ketika ditanya tentang serangan udara ‘Israel’ di Gaza, Herzog mengklaim bahwa buku Mein Kampf, yang ditulis oleh Adolf Hitler pada tahun 1925, ditemukan “di ruang tamu anak-anak” di utara Gaza, menjadi bahan tertawaan warga dunia.

Sejak hari pertama perang, para dokter Palestina, pekerja pertahanan sipil, jurnalis, blogger, dan bahkan masyarakat biasa telah memfilmkan atau mencatat setiap kejahatan ‘Israel’ di mana pun di Jalur Gaza yang terkepung.

Dan, meskipun internet dan listrik di Gaza terus menerus dimatikan oleh militer ‘Israel’, warga Palestina tetap memantau setiap aspek genosida ‘Israel’ yang sedang berlangsung.

Semua tuduhan-tuduhan ‘Israel’ datang dalam kerangka upaya untuk menjatuhkan nama baik perlawanan Palestina dan pembebasan Masjidil Aqsha telah membuat Tel Aviv kehilangan kredibilitas internasionalnya.

Kebohongan serius yang dilakukan ‘Israel’ lain adalah usahanya secara berulang mengenai bendera Daesh (ISIS) yang diklaim dibawa para pejuang Hamas saat mereka memasuki ‘Israel’ selatan, tanggal 7 Oktober 2023, dianggap penulis seperti dongeng.

Sebab, faktanya Daesh (ISIS) adalah musuh bebuyutan Hamas dan bahwa gerakan Palestina telah melakukan segala daya untuk memberantas kemungkinan Daesh memperluas akarnya di Jalur Gaza yang terkepung, tampaknya tidak relevan dengan propaganda Zionis yang tidak terkendali.

Hasbara yang Keok

Menurut penulis, ada 4 alasan mengapa propaganda ‘Israel’ kali ini keok, meski telah memanfaatkan Hasbara dan media arus utama dunia untuk membenarkan pembantaianya pada wanita dan anak-anak. Hasbara (bahasa Ibrani)– adalah teknik diplomasi publik yang menghubungkan perang informasi dengan tujuan strategis membela ‘Israel’.

BACA JUGA:  Tentara Suriah Melarikan Diri ke Irak

Pertama, masyarakat Palestina telah cerdas dengan cara memanfaatkan internet dan media sosial untuk ‘menggagal’ propaganda palsu ‘Israel’. Bahkan dalam Operasi Taufan Al-Aqsha ini pertama kalinya, kampanye Palestina membanjiri kampanye propaganda terorganisir ‘Israel’ yang bahkan seringkali direkayasa atas dimanipulasi. (baca Analisis konten online pada platform media sosial populer dilakukan oleh platform pemasaran influencer ‘Israel’, Humanz)

Kedua, baik dari Palestina maupun media lain (di luar media arus utama yang didominasi Yahudi) telah menawarkan alternatif bagi mereka yang mencari versi berbeda dari apa yang terjadi di Gaza.

Seorang jurnalis lepas Palestina di Gaza, Motaz Azaiza, telah berhasil memperoleh lebih dari 14 juta pengikut di Instagram selama satu bulan karena laporannya dari lapangan.

Ketiga, ‘serangan mendadak’ 7 Oktober telah menghilangkan inisiatif di pihak ‘Israel’, menyebabkan tidak mampu melakukan kampanye media secara tepat. “Oleh karena itu, narasi media ‘Israel’ tampak tidak nyambung, serampangan, dan terkadang bahkan merugikan diri sendiri.”

Keempat, kebrutalan genosida ‘Israel’ di Gaza itu sendiri. Jika masyarakat menyandingkan kebohongan media ‘Israel’ dengan kejahatan mengerikan yang dilakukan Zionis di Gaza, maka masyarakat tidak akan menemukan logika yang masuk akal.

“Tidak ditemukan logika yang dapat secara meyakinkan bisa membenarkan pembunuhan massal, pengungsian, kelaparan dan genosida terhadap populasi yang tidak berdaya,” tulis dua analis ini.

Akibat kekalahan ini, tulis Dr Ramzy Baroud dan Romana Rubeo, propaganda ‘Israel’ –yang diklaim belum pernah pernah terkalahkan sebelumnya—akhirnya gagal melindungi ‘Israel’ bahkan menjadi boomerang kemarahan global dan melahirkan persepsi baru jahatnya ‘Israel’.

“Seluruh generasi, telah membangun persepsi tentang ‘Israel’ sebagai rezim genosida dan tidak ada kebohongan di masa depan, baik di film-film Hollywood atau penyebaran Majalah Maxim yang dapat mengurangi hal tersebut dengan cara apa pun,” tulisnya.*

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait