Main layangan di Tanah Merah hanya untuk kesenangan tersendiri, tidak dijadikan sebagai taruhan atau lainnya.
DEPOK – Sempat ramai menjadi perbincangan warga Depok beberapa waktu yang lalu, Tanah Merah yang berlokasi di Cipayung dijadikan tempat pembuangan sampah illegal, bahkan saat ini masih ada sampah yang berserakan di pinggir jalan Tanah Merah.
Diketahui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sudah bekerja sama dengan warga setempat dan Satpol PP untuk mentertibkan TPS illegal di Tanah Merah Cipayung Depok. Sabtu (21/10/2023)
“Sekarang sudah mendingan sampahnya karena warga sini udah mulai mentertibkan TPS illegal dan berkurangnya sampah yang berserakan di pinggir jalan’’ kata Putra penjual di Warung sekitar Tanah Merah.
Karena hal itu kini tidak terlalu banyak sampah di sekitar lahan kosong Tanah Merah menjadikannya ramai yang berkerumun dan berkumpul untuk beraktivitas.
Salah satunya adalah aktivitas bermain layangan, tidak hanya diminati anak – anak tetapi juga orang dewasa banyak yang ikut dan bernostalgia dengan menaikkan layangan mereka.
Aktivitas bermain ini rutin pada sore hari karena waktu yang cocok untuk layangan naik sesuai arah angin.
“Mulai rame warga main layangan tuh dari jam 3 sore hingga maghrib dan mereka bubar. Di Tanah Merah ini ga cuman main layangan aja, ada pula track motor cross biasanya rame di hari biasa dan kompetisi burung dara di hari minggu” ujar Wahyu salah satu warga yang bermain layangan.
Main layangan di Tanah Merah hanya untuk kesenangan tersendiri, tidak dijadikan sebagai taruhan atau lainnya.
Hal yang menariknya adalah jika layangan beradu dan putus dari senar talinya, anak – anak berebut untuk mengambil layangan tersebut.
Untuk harga layangan pun mulai dari Rp. 1.500 tergantung dari kualitasnya. Sebelum main layangan dan benang sudah dibawa dari rumah masing – masing, tetapi jika putus mereka beli layangan baru di warung sekitar Tanah Merah.
Seringnya digunakan untuk lahan bermain layangan, banyak sekali benang – benang kusut yang berserakan. Jadi harap untuk berhati – hati jika berada di Tanah Merah agar tidak tersangkut benang layangan.
Kartini Walimah
Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta