DEPOK – Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang tahun 2022 terdapat 42 kejadian bencana alam di Kota Depok, Jawa Barat, yang terdiri dari banjir (18 kejadian), longsor (12 kejadian), angin puting beliung (7 kejadian), kebakaran (3 kejadian), dan gempa bumi (2 kejadian). Hal ini memperlihatkan bahwa Kota Depok merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rentan terhadap bencana alam.
Kejadian bencana tersebut telah menyebabkan kerugian materi sebesar Rp12,5 miliar dan menimpa sekitar 15.000 jiwa. Berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) yang dirilis oleh BNPB pada tahun 2019, Kota Depok termasuk dalam kategori daerah dengan tingkat risiko bencana sedang dengan nilai IRBI sebesar 0,32. Nilai IRBI ini menunjukkan bahwa Kota Depok memiliki potensi bencana yang cukup tinggi dan memerlukan upaya penanggulangan yang lebih baik.
Berlatar belakang hal itu, tim Kepedulian Masyarakat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Depok menggelar kegiatan bertajuk “Workshop Program Edukasi Mitigasi Bencana Di Kawasan Masjid Kota Depok Jawa Barat”, di Gedung MUI Kota Depok pada hari Sabtu, 7 Oktober 2023.
Kevin Naufal Muhammad, ketua tim pengabdi yang merupakan mahasiswa Program Studi Geologi mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi kebencanaan bagi pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Kota Depok sehingga bisa menjadi garda terdepan dalam memberikan edukasi kebencanaan kepada jamaah dan warga sekitar. Sebanyak 58 peserta yang merupakan pengurus DKM Kota Depok mengikuti kegiatan yang mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia ini.
“Bencana alam yang terjadi di Kota Depok tidak hanya menimbulkan dampak fisik dan materil, tetapi juga dampak psikologis dan sosial bagi masyarakat yang terdampak. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya preventif dan mitigatif untuk mengurangi risiko bencana alam di Kota Depok,” ujar Kevin.
Kegiatan workshop terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama berupa kegiatan edukasi tentang kebencanaan yang disampaikan melalui diskusi interaktif oleh para akademisi dan praktisi. Dalam sesi ini, tim memberikan materi tentang kebencanaan secara ilmiah dan cara mitigasinya. Sementara itu, sesi kedua adalah evaluasi. Pada sesi ini, tim mengevaluasi tingkat pemahaman peserta terhadap materi kebencanaan yang telah disampaikan melalui kuesioner yang telah diisi oleh masing-masing peserta.
Dosen Geologi FMIPA UI, Urwatul Wusqa, M.T., hadir sebagai pembicara untuk memaparkan presentasi yang berjudul Bencana Alam dan Manusia. Menurutnya, Kota Depok menjadi wilayah yang cukup rentan terjadi bencana, terutama tanah longsor, banjir, dan angin puting beliung. Bencana banjir di wilayah Kota Depok memiliki persentase kejadian paling tinggi, yaitu sebesar 38 persen dengan total 12.383 korban dan 28 kerusakan berdasarkan data BNPB tahun 2007 – 2021.
Senada dengan Urwatul, pakar kebencanaan departemen Geografi FMIPA UI, Dr. Triarko Nurlambang mengungkapkan bahwa menurut buku IRBI tahun 2022, indeks risiko Kota Depok berada di kelas sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada potensi bencana yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu di Kota Depok. Menurutnya, peningkatan kapasitas masyarakat dapat mengurangi indeks risiko bencana. Selain itu, penting untuk melakukan sinergi antara pemerintah, elemen masyarkat, dan institusi pendidikan dalam upaya mengatasi masalah kebencanaan di Indonesia.
Dukungan penuh terhadap kegiatan pengabdian masyarakat ini turut disampaikan Dekan FMIPA UI, Prof. Dede Djuhana, Ph.D. “Sebagai sivitas akademika FMIPA UI, kami tentunya memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral kepada masyarakat, yakni menumbuhkembangkan kapasitas dan kualitas kehidupan masyarakat, salah satunya melalui kegiatan workshop ini,” kata Prof. Dede. Ia berharap program ini dilaksanakan secara berkelanjutan dan dilakukan di tempat-tempat lain, mengingat pentingnya literasi kebencanaan yang telah menjadi program nasional. Ketua DMI Kota Depok, Eko Waludi, M.Si., berterima kasih kepada tim pengabdi UI atas berjalannya kegiatan ini.
“Kita harus menerapkan fungsi masjid seperti di zaman Nabi dulu, yaitu masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah mahdhah saja, tetapi juga menjadi pusat kegiatan yang membawa kemaslahatan dan salah satunya adalah edukasi ke masyarakat tentang kebencanaan,” ujarnya.