Oleh: Annisah Ghina Naila, Mahasiswi STEI SEBI
Mengenal kata muslimah tak ubahnya mengenal Islam itu sendiri.
Mengapa islam? Karena dalam jiwa muslimah-lah melahirkan peradaban yang akan menentukan kehidupan,muslimah yang berdaya banyak karya katanya, muslimah yang selalu dinaung-naungkan bahkan selalu dirindukan kehadiran setiap insan, bukan sekedar yang pandai berkata tapi juga banyak karya yang memberi makna. Langkah perjalanan seorang muslimah ketika berhijrah memang banyak rintangan, bahkan dibenci menjadi suatu keharusan. Kalau ga dibenci belum muslimah namanya , pengharapan agar seorang muslimah bisa tangguh menghadapi tantangan zaman.
Mengangkat tema muslimah saya sendiri bingung dalam penjabarannya, menjadi muslimah saja belum tapi mesti diupayakan keberadaannya.
Sebut saja Siti Khodijah, seorang muslimah yang kaya raya termasuk bagian wanita yang memperjuangkan islam di awal-awal kesulitan, bahkan dalam sebuah langkah perjalanan ia rela jatuh miskin dan menyerahkan seluruh hartanya semata-mata meraih ridho allah ta’ala.
Langkah perjalanan yang membuat seseorang jatuh miskin demi agama yang tak bisa dibalas akal hanya bisa di rasakan bagi seseorang yang memiliki keimanan.
Mengangkat kisah muslimah sendiri ini cukup menarik, tak sekedar mengenali diri kita sendiri tapi juga yang berpengaruh, bahkan menjadi acuan orang banyak dalam melakukan sebuah amalan.
Sebut saja Ibu Marni, seorang ibu yang sudah ditinggal mati kedua orangtuanya serta suaminya, usianya yang sudah senja namun kebaikannya sudah terdengar dimana-mana. Kebaikan yang Ibu Marni lakukan tidak dilibatkan dalam bentuk jabatan,namun kedekatannya kepada tuhan bahkan mengamalkan sebuah amalan dari seorang guru menyebabkan Ibu Marni diberi keberkahan bahkan sebelum Ibu Marni menginginkan sesuatu yang diinginkan nya.
“Ghina,saya amalannya puasa…puasa aja,tapi niatnya agar allah cinta,bukan sebaliknya,mencari jabatan ataupun yang serupa “
Saya terdiam mendengar pesan Ibu tersebut,karena sempat saya pernah puasa daud namun saya meninggalkan karena tidak kunjung mendapatkan keinginan.
Tertampar mendengar pesan Ibu tersebut, namun saya kembali lakukan sebuah evaluasi dalam hati
“Kenapa sering jawaban tak terduga dijawab dari orang yang tak disangka-sangka”
Kembali ke tema pembahasan,bahwa muslimah bukan sekedar yang baik untuk dirinya sendiri tapi juga dirasakan oleh orang sekitarnya.
Sering sekali seseorang berkata “Aduh,,,vwanita ga usahlah tinggi-tinggi mimpinya…wanita kan baliknya ke dapur juga, wanita itu uda cuci piring aja ga usah ke luar negri segala”
Memang hakikat wanita dibelakang posisinya, karena Allah sendiri berkata dalam surat An-nisa ayat 34
“Laki-laki itu pemimpinnya wanita dengan apa yang telah lebihkan satu dari yang lainnya”
Namun tetap perlu digarisbawahi bahwa seorang laki-laki yang baik di belakangnya wanita yang baik juga, itu bahkan ditegaskan dalam al-qur’an dalam surat An-nur ayat 26
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji,vdan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji (juga), sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik,dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik juga.”
Dalam kaidah ushul fiqh, jika ada dua dalil bersamaan dalam satu qur’an menunjukan bahwa keduanya merupakan dalil yang bisa dipakai bahkan menguatkan satu dengan yang lainnya. Dapat disimpulkan bahwa sudah semestinya sebagai seorang wanita mesti menjaga dirinya sebagaimana layaknya,tak sekedar menjaga diri sendiri maknanya namun menjaga martabat islam tentunya karena ia cikal bakal rahim peradaban kedepannya.
Menjaga identitas bagi seorang wanita muslimah mesti diupayakan, tak sekedar yang mendatangkan kebaikan bahkan berfikir kreatif dan inovatif dalam setiap tantangan kehidupan agar tidak mudah di tipu atau di bohongi . Namun, perlu digarisbawahi disini, seorang muslimah sudah menjadikan dirinya bermental baja, agar tak memikirkan kata-kata yang menjatuhkannya, dan fokus pada tujuan-tujuannya saja.
Pernah ga sih seorang muslimah dimanfaatkan, sejatinya tidak ada kebaikan yang dimanfaatkan.
Mengapa? Karena dalam setiap proses kehidupan selalu ada tuhan yang melihat setiap kebaikan bahkan membalas kebaikan tersebut dengan cara terbaik yang kita tak pernah duga, mungkin saja dalam kebahagiaan yang kita rasakan itu yang menjadi balasan dimana kebahagiaan tak bisa dibeli, datangnya orang-orang baik yang membuat kita menjadi belajar lagi bahwa sejatinya kita amalnya masi belum apa-apa,atau bahkan ketika melakukan suatu amalan kita dimudahkan saja meski kita tak pernah tau sebelumnya. Bentuk kebaikan yang kita tidak pernah duga itu kita bisa melihat secara nyata bukan ketika melakukan kebaikan, namun ketika kita merasakan kesulitan berikutnya.
Bermimpi mempunyai rumah mewah, suami kaya bahkan bisa keliling dunia setiap tahunnya memang tidak apa semestinya, karena Khadijah dan Rasulullah pun merupakan dua orang yang kaya raya, orang kaya yang bagaimana?
Orang kaya yang senantiasa membelanjakan hartanya untuk jalan Allah ta’ala, memberi keberkahan dan menjadikan hidupnya milik allah saja dengan prinsip serta keyakinan bahwa hidupnya hanya milik allah saja yang maha mencipta.Sadar bahwa harta yang dimiliki bukan milik kita membuatnya mendahulukan kepentingan oranglain sebelum dirinya, mengharapkan ridho allah saja karena sadar bahwa kebaikan itu akan disimpan di disisi Allah sebagai sebuah pahala yang berlipat ganda.
Sebut namanya Ummu Sulaim, wanita ketiga yang akan menjadi pembahasan saya pada penulisan ini, wanita yang melahirkan seorang ulama hadits(Anas bin Malik R.A) dimana ketika datang seseorang yang melamarnya dengan banyak harta ia menolak dan hanya meminta sang suami untuk datang dalam keadaan beriman. Bisa dibayangkan ketika ia menerimanya ia akan menjadi kaya raya terpandang namun ditinggalkan untuk sebuah tujuan yaitu ridho tuhan semesta alam.
Maryam bin Imran kisah muslimah keempat, melahirkan ketika tidak ada siapapun yang menyentuhnya namun karena ia yang pantas mendapatkan ujian tersebut akhirnya ialah yang allah jadikan kenaikan derajat bahkan mengangkat kisahnya dalam al-qur’an, bukan nabi bukan juga rasul. Mengagumkan bukan. Disanalah Nabi Isa A.S menjadi mula mukjizat wanita pertama dalam islam.
Selain itu kisah Asiyah, seorang wanita yang melahirkan seorang anak laki-laki dimana ketika itu seorang anak kali-laki dibunuh karena takut akan berkuasa dan berdampak pada kerajaan. Menghanyutkan anaknya ke sungai menjadi pilihan yang mesti dipaksakan karena tak ada lagi pilihan lain sehingga memang keimanan yang kuat dari diri seorang wanita muslimah menyerahkan sang anak kepada tuhan pemilik sungai yang menuntun sang bayi ke tempat yang lebih aman tentunya. Siapa sangka ternyata sang bayi malah didatangkan kepada sang tuan yang sangat takut akan kehadiran seorang bayi laki-laki yang akan menghancurkan kerajaan.Namun karena tuhan yang berkehendak dalam proses pergerakan air semuanya bisa saja terjadi.
‘Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?’ Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan,” (QS Thaa-Haa: 36-40).
Dalam Surat Thoha sendiri Allah menegaskan bahwa ketika tak ada lagi yang berkuasa, hanya Allah sajalah yang akan berkuasa dalam memberikan arahan dengan caranya sehingga kita sebagai manusia sudah semestinya menjadikan Allah sebagai pegangan dalam setiap langkah perjalanan.
Dikutip dalam Al-qur’an surat Al-an’am ayat 82 yang artinya:
”Seseorang yang telah beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan dengan kezholiman, mereka itulah yang mendapatkan rasa aman dan mereka itulah yang mendapat petunjuk”
Ayat ini menjadi sebuah penutup yang untuk kita agar mengevaluasinya menjadi seorang yang lebih baik lagi kedepannya, menjadi kuat dalam setiap perubahan bahkan tantangan. Muslimah yang bukan sekedar berbicara,bukan sekedar mencari ketenaran di hadapan manusia, menjadi salah seorang perancang peradaban yang memberi kan kebermanfatan juga tercatat dihadapan tuhan sebagai seorang yang berarti bahkan bermimpi untuk bangsa, agama dan juga negri ini.
Mari kita bersama melakukan kebaikan yang terencana karena dalam sebuah proses perjalanan, kebaikan yang terstruktur akan selalu lebih baik daripada kebaikan yang sendiri, kebaikan yang di rencanakan bahkan dilaksanakan keberadaannya akan selalu dirindukan bahkan dicemburui oleh bidadari syurga. Menjadi baik aja ga cukup, yuk membaikkan. Melakukan perubahan dalam setiap kesalahan atau membangun keyakinan untuk apa kita hidup agar dalam setiap proses perjalanan kita senantiasa sadar bahwa kehidupan kita sebentar dan akan kembali untuk dipertanggungjawabkan menjadi pembahasan nanti di hari akhir dan kembali pada tempat terbaik nantinya.
Wallahu a’lam bishshowab