Oleh: Siti Komala Sari, Mahasiswi Akademik Da’wah Indonesia Depok
Guru merupakan sosok yang sangat berjasa dalam mencerdaskan generasi penerus. Untuk mengenang jasanya, maka setiap 25 November diperingati sebagai Hari Nasional Guru. Ini mengingatkan kita khususnya kepada penuntut ilmu betapa pentingnya memuliakan seorang guru. Karena menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang begitu mulia, baik guru PNS maupun honor.
Di samping itu, ketika menyampaikan suatu ilmu yang bermanfaat dan ilmu tersebut diamalkan oleh penuntut ilmu maka pahala akan mengalir apalagi ilmu tersebut disampaikan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Namun, sekarang banyak sekali para penuntut ilmu yang menyepelekan guru bahkan berani menganiaya. Ketika seorang murid ditegur sama gurunya, ada sebagian dari mereka melakukan tindakan semena-mena, bahkan bisa melaporkan kepada pihak yang berwajib bahkan sampai membunuhnya. Seperti yang menimpa Theresia Afrinsia Darna (53), seorang guru SMA asal Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), ia menjadi korban penganiayaan muridnya sendiri saat sedang mengajar. Sang murid yang berinisial RJD menurut sang guru termasuk nakal dan kerap membuat onar dan berulah dalam kelas.
Fakta di atas bukti penganiayaan terhadap guru yang seharusnya dihormati tetapi malah dianiaya. Jika begini keadaannya, bagaimana negara ini ingin menciptakan generasi yang dapat membangkitkan dan membantu negara untuk lebih maju dan sejahtera, jika para pelajar saja berani melakukan penganiayaan terhadap guru.
Padahal, dijelaskan di dalam kitab Washoya lil-Abna’I, Syeikh Muhammad Syakir berkata: “Wahai anakku hormatilah dan berlaku baiklah kepada ustadz (guru), karena mereka adalah orang tua keduamu ketika belajar.”
Perkataan Syeikh Muhammad Syakir membuktikan bahwa pentingnya penuntut ilmu untuk memuliakan para pengajar mereka, bukan menyepelekan, mengejeknya, menganiayanya atau malah membunuhnya. Yang harus dilakukan para penuntut ilmu, apalagi ingin sukses salah satunya dengan menghormati dan menghargai guru, tidak berbicara sebelum diizinkan, tidak bertanya sesuatu yang sudah diketahui, dan berusaha menjalin hubungan baik dengan guru. Termasuk juga dengan menghormati anaknya, keluarga dan para kerabat guru. Seorang penuntut ilmu harus memiliki adab terhadap guru atau akhlak yang baik, karena ilmu susah didapat jika tidak mempunyai adab terhadap guru.
Salah satu pesan Imam Syafi’i adalah supaya berhasil dalam menuntut ilmu dengan cara kedekatan dengan ustadz (guru). Mencari ridha dan kebaikannya dengan mendekati guru, menyayangi guru sebagaimana anak menyayangi orang tuanya. Mencintai ilmu Pasti mencintai yang mengajarkan ilmu tersebut.
Kesuksesan penuntut ilmu terletak pada bagaimana sikap dan adab penuntut ilmu kepada sang guru. Imam Burhanuddin az zarnuji berkata: “Orang-orang yang hadir di majelis Ilmu itu banyak, namun mengapa yang keluar (berhasil) hanya sedikit. Hal itu, karena kebanyakan mereka tidak mengerjakan adab penuntut ilmu.”
Oleh karenanya, guru sangatlah berarti bagi kita semua. Marilah sama-sama memuliakan, mengharmati guru kita. Hargailah mereka karena di tangannyalah akan muncul generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya.[]