Dewasa ini dengan pesatnya teknologi yang semakin pesat membuat semua orang menjadi mudah bersosialisasi dengan oranglain. Kemudahan dalam ber-sosial media pun menajadi kebutuhan yang harus ada di kehidupan setiap orang dimanapun dan kapanpun, sehingga inila yang secara tidak langsung seseorang mengalami kecanduan.
Menurut (Lestari & Winingsih, 2020) “ Kecanduan media sosial merupakan gangguan psikologis di mana penggunanya menghabiskan banyak waktu untuk mengakses media sosail yang disebabkan oleh rasa ingin tahu yang tinggi, kurangnya kontrol diri, serta kurangnya kegiatan produktif di kehidupannya”.
Meski demikian, tidak sedikit pula yang ingin merubah kebiasanya bersosial medianya dengan mengontrol penggunaan social media atau biasa disebut Media social detox atau istirahat dari media social untuk menjaga kesehatan mental dan merubah kebiasan yang lebih baik.
Menurut Djajendra “Hidup adalah perubahan dan setiap hari itu berjalan seperti sebuah evolusi bukan seperti sebuah revolusi”.
Setiap perubahan dimulai dari dalam diri, kemudian membuatnya terlihat dan bermanfaat untuk membantu kehidupan sehari-hari. Karena diri kita adalah bagian dari perubahan yang harus diikuti dengan kesadaran diri dalam integritas pribadi yang kokoh dan konsisten. Focus pada sumber daya dan energi untuk meraih kebiasan hidup yang lebih baik dengan cara-cara yang sederhana.
Maka dari itu, dalam artikel ini saya penulis akan membahas tentang How to Stop Proscrastinating by Using the Two-Minute Rule bagian pembahasan buku Atomic Habits James Clear.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Ketika kita merubah kebiasaan baik dari hal kecil, makan akan sangat mudah untuk memulai perubahan besar. Maka dari itu cara yang paling efektif untuk melawan kecenderungan ini adalah menggunakan aturan dua menit, yang menyatakan “Jika kamu memulai kebiasaan baru, perlu waktu kurang dari dua menit untuk melakukannya”.
Dan akan tiba waktunya kita menemukan bahwa hampir semua kebiasaan dapat diturunkan ke dalam versi dua menit. Misalnya :
“Baca sebelum tidur setiap malam” menjadi “Baca satu halaman setiap malam”
“Workout 30 menit” menjadi “Mengeluarkan matras Workout”
Idenya adalah untuk membuat kebiasaan baru, diatur semudah mungkin untuk memulai. Dan ini adalah strategi yang kuat karena sekali kita memulai dengan melakukannya dengan benar, akan jauh lebih mudah untuk terus melakukannya. Sebuah kebiasaan baru tidak harus merasa seperti tantangan karena yang ingin kita capai adalah kebiasaan yang secara alami menuntun kita ke jalan yang lebih produktif.
Untuk mencapai kebiasaan baik itu, kita harus memetakan tujuan dalam skala dari “sangat mudah” menjadi “sangat sulit”. Tapi intinya untuk meningkakan kebiasaan itu, kita harus melakukan kebiasan0kebiasan kecil dengan konsisten. Buatlah aksi pertama tanpa berfikir dan buatlah strategi yang mudah dan sisanya akan mengikut. Waktu dua menit meupakan trik bagi beberapa orang dan kita pun harus memahami bahwa tujuan sebenarnya adalah untuk melakukan lebih dari hanya dua menit. Karena tidak ada yang benar-benar ingin membaca satu halaman atau melakukan hal dua menit, tapi akan melakukannya dengan waktu yang lebih.
Tapi apabila ditengah menerapkan waktu 2 menit terasa dipaksakan, coba lakukan kebiasaan selama dua menit setelah itu melkukan meditasi. Ini bukan strategi untuk memulai segalanya tapi kebiasaan baik yang hanya dapat bertahan minimal serratus dua puluh detik. Pada titik tertentu setelah kita menetapkan kebiasaan dan muncul setiap hari, maka kita akan dapat menggabungkan aturan dua menit dengan teknik yang disebut kebiasaan untuk mencapai tujuan utama.
Mulai dengan menguasai dua menit pertama dari versi terkecil dari perilaku. Kemudian, maju ke langkah menengah dan ulangi proses – Berfokus hanya pada dua menit pertama dan menguasai setiap tahap itu sebelum maju ke tingkat berikutnya. Dan akhirnya kita akan berakhir dengan kebiasaan yang awalnya hanya untuk membangun kebiasaan dua menit, menjadi lebih konsisten dengan waktu yang lebih lama.
Aturan dua menit menyatakan, “jika kita memulai kebiasaan baru, perlu waktu kurang dari dua menit untuk melakukannya.”. Semakin kita melakukan ritual awal dari sebuah proses, semakin besar kemungkinan kita dapat fokus untuk melakukan hal-hal besar. [Wulan Purnama]