Semua Orang Bisa Berbisnis

Iustrasi.

Persentase jumlah pengusaha di indonesia baru mencapai 1.65 persen dari jumlah penduduk Indonesia keseluruhan. Persentase tersebut tentu cukup memprihatinkan mengingatnegara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, atau Thailand masing-masing memiliki persentase jumlah pengusaha yang lebih baik sebanyak 7 persen, 5 persen dan 3 persen. Perlu disadari bahwa pengusaha dalam negeri memiliki peranan yang sangat penting dalam menggerakan roda kehidupan suatu negara, utamanya ekonomi.Maka dengan jumlah pengusaha yang masih sangat sedikit, kiranya indonesia perlu untukberbenah dan melakukan upaya yang lebih, demi meningkatkan salah satu faktor penting pengembangan tersebut.

Dilema yang timbul di kalangan masyarakat ketika dihadapkan dengan bisnis adalah keengganan mereka untuk bertatapan dengan resiko dalam mencapai sebuah kesuksesan. Ketidakyakinan yang dimiliki masyarakat ini bukan tanpa alasan, disatu sisi memang banyak masyarakat yang lebih memilih jalan ‘aman’menjadi pekerja di perusahaan orang dengan penghasilan yang sudah jelas setiap bulannya, sehingga mereka tinggal kerja dan kemudian dapat uang bulanan, ketimbang jadi pebisnis yang belum tentu untung atau ruginya.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA:  Model Kompetensi untuk Auditor Syariah di Perbankan Syariah

Namun disisi lain, perlu diketahui bahwa mayoritas masyarakat Indonesia usia kerja saat ini merupakan kalangan buta huruf dan gaptek, yang menyulitkan mereka untuk mendapat informasi dan pengetahuan terkait dunia usaha yang menjadi fasilitas penting dalam bisnis masa kini.Sehingga wajar saja kalau tidak ada keyakinan untuk melakoni bisnis, ‘senjata’ untuk bisnis saja mereka tak punya.Dalam hal ini pemerintah perlu untuk memasifkan edukasi serta penyebaran informasi kepada masyarakat, sehingga kalangan tersebut tidak lagi tertinggal.

Di periode ini, orang-orang yang melek akan teknologi dan cepatnya laju informasi sebagian besar berasal dari kalangan generasi pemuda, serta generasi-generasi setelahnya. Merekalah orang-orang yang mempunyai akses informasi, serta pengetahuan yang bisa menjadi bekal dalam menempuh dunia bisnis. Namun yang menjadi kendala bagi kalangan ini adalah kurangnya kesadaran mereka akan keutamaan bisnis. Sehingga meskipun mereka mempunyai ‘senjata’, mereka enggan untuk memanfaatkannya.

Selama ini basis keuangan dalam negeri masih belum kuat dan sebagian besar masih dikuasai asing sehingga kegiatan pasar saham di tanah air masih jauh di bawah negara lainnya. Dan sekarang ini justru di dominasi oleh asing sebesar 65 persen di pasar modal. Yang artinya perusahaan besar di indonesia pun yang go public masih sebagian besar dimiliki dari luar ( asing ). Masalah utama itu kurangnya partisipasi publik dalam negeri serta kurang pahamnya masyarakat akan pasar modal sehingga negara asing masih menjajah indonesia hingga saat ini.

BACA JUGA:  Amnesia Budaya sebagai Gejala Krisis dalam Kebudayaan Indonesia Masa Kini

Bisnis merupakan suatu kegiatan yang di lakukan individu atau kelompok untuk menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat luas dengan tujuan mencari keuntungan atau pendapatan yang lebih. Artinya bisnis ini sangat penting dan sentral sekali baik di dunia bahkan di seluruh penjuru dunia sekalipun mengakui bahwa hal ini adalah benar.

Salah satu dari rezeki itu ialah dengan bernisnis. Dengan bernisnis kita dapat memperoleh penghargaan , dengan bernisnis kita berkesempatan untuk menjadi bos bagi diri sendiri, dengan bernisnis kita dapat menggaji diri sendiri dan dengan berbisnis kita akan mendapatkan masa depan yang sangat cerah . banyak sekali bukan , ya itulah kekuatan berbisnis .

BACA JUGA:  Model Kompetensi untuk Auditor Syariah di Perbankan Syariah

Bahkan rasulullah saw bersabda “ bahwa 9 dari 10 pintu rezeki ada di perdagangan” . jadi rezeki yang dimaksud oleh hadist ini adalah rezeki dalam bentuk harta. Karna itulah orang orang terkaya di dunia di dominasi para pengusaha bahkan orang orang yang memiliki penghasilan hingga milyaran rupiah per bulan adalah para pengusaha bisnis. Beda dengan yang profesinya hanya sebagai karyawan yang berprofesional sekalipun gajinya tidak mencapai angka 4 digit perbulan. Ini membuktikan bahwa pengusaha lebih untuk ketimbang dengan karyawan yang bahkan sudah profesional di bidangnya.

Maka dari itu tentunya lah kita sebagai calon generasi masa depan harus punya penghasilan sendiri walaupun cuman menjualkan pulsa tapi lebih tinggi pangkatnya dari karyawan di suatu perusahaan karna orang yang menjualkan pulsa itu posisinya sebagai bos bukan karyawan. (Syaiful Fadjri/STEI SEBI)

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui WhatsApp di 081281731818

Pos terkait