Film “Kabut Berduri” Menyibak Kabut Kelam hutan Kalimantan

Film “Kabut Berduri” Menyibak Kabut Kelam hutan Kalimantan

DEPOKPOS – Netflix telah merilis film Indonesia yang berjudul Kabut Berduri. Film ini di bintangi oleh Putri Marino. Kabut Berduri digadang-gadang menjadi film Indonesia dengan kisah misteri yang ada di hutan Kalimantan.

Kabut Berduri dibintangu Putri Marino sebagai Senja. Demi peranya, isti Chiccco Jerikho itu memangkas rambutnya menjadi super pendek.

Selain Putri Marino, Lukman Sardi turut membintangi film ini sebagai Panca. Sedangkan Karakter Thomas dipercayakan kepada actor Yoga Pratama.

Jajaran pemeran lainya termasuk Yudi Ahmad Tajudin, ledil Dzuhrie Alaudin, Yusuf Mahardika, Kiki Narendra, Sita Nursanti, hingga Siti Fauziah.

Selain nama-nama besar sebagai pemeran utama, Kabut Berduri juga menggandeng Nicholas Saputra untuk tampil special. Kemunculan sang aktor dibocorkan melalui trailer.

Dalam trailer, tampak Nicholas Saputra tampil sebagai anggota TNI yang gagah. Pemirsa pun penasaran karakter seperti apa yang diperankan oleh actor popular.

Kalau kamu termasuk salah satunya, jangan lewatkan film Kabut Berduri yang saat ini sudah bias disaksikan di Netflix.

Film Kabut Berduri yang disutradarai oleh Edwin, terinspirasi dari penelitian antropolog Dave Lumenta mengenai kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia. Dalam film ini, penonton diajak menyelami tema pembunuhan misterius yang mengungkap konflik antara manusia dan alam, serta isu sosial seperti pembalakan liar dan perdagangan manusia. Proses syuting dilakukan di hutan Kalimantan, menghadapi tantangan cuaca dan medan yang sulit, sekaligus menampilkan budaya lokal, termasuk penggunaan bahasa daerah dan kostum adat Dayak. Film ini tidak hanya berfungsi sebagai thriller, tetapi juga sebagai media untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan tantangan yang dihadapi masyarakat perbatasan.

Film Kabut Berduri secara mendalam menggambarkan cara berpikir dan ideologis Suku Dayak melalui elemen mistis dan kearifan lokal yang kuat. Karakter Ambong, yang merupakan hantu komunis, mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap roh pelindung yang menjaga mereka dari ancaman jahat, sekaligus menyoroti konflik sejarah dengan organisasi PARAKU. Dialog-dialog dalam film ini mengungkapkan kekecewaan masyarakat adat terhadap aparat hukum yang sering kali mengabaikan keadilan, menciptakan ketidakpuasan yang mendalam. Selain itu, film ini memperlihatkan praktik budaya seperti ngayau, yang menunjukkan hubungan kompleks antara tradisi dan realitas sosial saat ini. Dengan latar belakang hutan Kalimantan yang asri, film ini juga menyoroti isu-isu kontemporer seperti eksploitasi tanah adat dan perdagangan manusia, menciptakan narasi yang relevan dengan perjuangan masyarakat adat. Unsur mistis Ambong tidak hanya berfungsi sebagai elemen horor, tetapi juga sebagai simbol harapan dan perlindungan bagi masyarakat Dayak dalam menghadapi tantangan modernisasi dan kekerasan.

Film Kabut Berduri menampilkan penggunaan bahasa daerah Kalimantan sebagai elemen penting yang menambah keaslian dan kedalaman budaya. Selain bahasa Indonesia, film ini mengintegrasikan bahasa lokal yang jarang terlihat di layar lebar, memberikan nuansa otentik pada dialog dan interaksi antar karakter. Para pemain dilatih untuk memahami dan menggunakan bahasa daerah, menciptakan pengalaman yang lebih mendalam bagi penonton. Penggunaan bahasa daerah ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai cara untuk memperkenalkan budaya dan tradisi masyarakat Dayak, termasuk praktik tato yang memiliki makna spiritual. Dengan demikian, film ini tidak hanya menyajikan cerita thriller, tetapi juga berfungsi sebagai jendela untuk memahami kekayaan budaya Kalimantan.

Film Kabut Berduri secara efektif menggabungkan elemen mistis yang kuat dengan konteks budaya masyarakat Dayak di Kalimantan. Karakter Ambong, yang dianggap sebagai hantu komunis, berfungsi ganda sebagai pelindung dan ancaman bagi masyarakat lokal. Keberadaan Ambong mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan supranatural yang melindungi mereka dari niat jahat, serta menyoroti ketegangan antara hukum negara dan tradisi lokal. Unsur mistis ini memperkaya narasi film, menciptakan atmosfer mencekam, dan menambah kompleksitas pada konflik yang dihadapi karakter utama, Sanja. Dia berjuang untuk memahami dan menjembatani dua sistem: hukum formal dan kepercayaan lokal yang mendalam. Dengan demikian, film ini tidak hanya menawarkan thriller kriminal, tetapi juga menggugah pemikiran tentang identitas budaya dan keadilan sosial di Indonesia.

Film Kabut Berduri merepresentasikan perspektif budaya terkait komunisme melalui karakter Ambong, yang dianggap sebagai hantu komunis dan simbol kompleksitas sejarah Kalimantan. Ambong, anggota organisasi PARAKU, menjadi representasi ketakutan dan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan supranatural yang melindungi mereka dari niat jahat. Film ini menyoroti interaksi trauma masa lalu dengan kehidupan masyarakat Dayak saat ini, menciptakan narasi yang menggabungkan elemen mistis dan realitas sosial. Oleh karena itu, Kabut Berduri tidak hanya menyajikan thriller kriminal, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan dampak ideologi politik terhadap identitas budaya dan keadilan sosial di Indonesia.

Film Kabut Berduri menawarkan perspektif budaya yang mendalam terkait kriminalitas, menggambarkan ketegangan antara hukum negara dan kepercayaan lokal. Karakter utama, Sanja, seorang detektif dari kota besar, menghadapi tantangan dalam menyelidiki kasus pembunuhan berantai di pedalaman Kalimantan, di mana masyarakat masih terikat pada tradisi dan mitos, seperti sosok Ambong yang dianggap sebagai pelindung dan ancaman.

Film ini menyoroti interaksi trauma sejarah dan kepercayaan masyarakat dengan sistem hukum formal, menciptakan konflik yang kompleks. Trauma masa lalu yang dialami masyarakat Dayak, seperti pengaruh komunisme dan praktik-praktik kolonial, tetap melekat dalam kehidupan mereka. Kepercayaan terhadap ‘Ambong’ sebuah entitas mistis yang melindungi atau menghukum dan membagi opini publik, dengan beberapa orang percaya bahwa ‘Ambong’ adalah simbol kekuatan supranatural yang melawan niat jahat, sementara yang lain skeptis terhadap legitimasi penegak hukum.

Penonton diajak untuk merenungkan dampak ideologi dan praktik hukum terhadap kehidupan masyarakat adat. Ketidakpercayaan terhadap penegak hukum dapat memicu tindakan main hakim sendiri, seperti yang terlihat dalam perilaku warga lokal yang enggan bekerjasama dengan Ipda Sanja. Konflik ini bukan hanya soal hukum, tapi juga tentang kepercayaan dan legitimasi setempat.

Dengan demikian, Kabut Berduri tidak hanya sekadar thriller kriminal, tetapi juga komentar sosial yang menggugah kesadaran akan realitas budaya dan hukum di Indonesia. Melalui cerita yang kompleks dan atmosfer mencekam, film ini menampilkan betapa pentingnya memahami dan mengintegrasikan tradisi lokal dengan norma-norma hukum modern. Film ini layak untuk ditonton dan dipikirkan lebih dalam, karena ia tidak hanya menawarkan misteri pembunuhan berantai, tetapi juga sebuah refleksi filosofis tentang identitas budaya dan kebebasan berkeyakinan di kalangan masyarakat adat di Indonesia.

Zakiya Malika,
Mahasiswa Program Studi D3 Komunikasi Terapan di Universitas Sebelas Maret

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait