Korelasi antara stunting dengan kesehatan gigi dan mulut telah banyak didokumentasikan dalam berbagai literatur. Kondisi malnutrisi pada anak memiliki keterkaitan dengan hipofungsi kelenjar saliva yang meningkatkan risiko karies gigi (gigi berlubang). Adanya permasalahan gigi dan mulut itu menyebabkan asupan gizi anak terganggu karena kesulitan mengunyah.
Atas dasar permasalahan itu, Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) melakukan pengabdian masyarakat (pengmas) di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pengmas dilaksanakan di dua tempat, yaitu Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Tanjung Elang dan SDN Pulau Panggang 02 Pagi. Ketua pengusul kegiatan itu adalah Dr. Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih., drg. SpKG(K)., yang juga merupakan Ketua Program Studi (Prodi) Profesi Kedokteran Gigi FKG UI, yang disertai Wakil Ketua Pengusul drg. Melissa Adiatman, Ph.D.; Ketua Pelaksana drg. Dimas Raihan Aditya; dan 23 dokter gigi lulusan baru dan dokter gigi muda lainnya.
Tim tersebut melakukan penyuluhan mengenai hubungan kesehatan gigi dan mulut dengan stunting yang dihadiri 14 anggota Kader PKK atau Tim Dapur Sehat dan 11 orang tua dari anak yang telah terdeteksi stunting. Penyuluhan RPTRA Tanjung Elang ini, dilanjutkan dengan tanya jawab agar para peserta dapat memahami lebih lanjut terkait topik penyuluhan. Beberapa di antara mereka, ada pula yang berkonsultasi terkait masalah kesehatan gigi dan mulut yang sedang dialami.
Di waktu yang bersamaan, kegiatan pengmas ini juga dilaksanakan di SDN 02 Pulau Panggang Pagi yang diikuti oleh 207 siswa dari kelas 1 hingga 6SD. Kegiatan diawali dengan penyuluhan, Sikat Gigi Bersama (SIGIBER) di masing-masing kelas, dan diakhiri dengan pemeriksaan serta pengobatan gigi anak. Selama penyuluhan, siswa dijelaskan terkait pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi mulut serta diajarkan bagaimana teknik menyikat gigi yang baik dan benar.
Untuk meningkatkan partisipasi siswa, Tim Pengmas FKG UI membuat lagu tentang menyikat gigi yang menarik bagi siswa SD agar mereka mudah menghafalkan teknik menyikat gigi dan dapat diterapkan dalam kesehariannya. Kemudian, agar program ini berkelanjutan, wali kelas turut diberi pelatihan sehingga nantinya wali kelas tersebut dapat memandu para siswanya.
Untuk membantu visualisasi cara menyikat gigi, kegiatan ini juga difasilitasi dengan model edukasi gigi beserta sikat giginya. Selain itu, pada kegiatan SIGIBER siswa mendapatkan bingkisan berupa sikat gigi, pasta gigi, serta alat tulis.
Selanjutnya, siswa diarahkan ke ruang pemeriksaan dan pengobatan. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter gigi lulusan baru dan dokter gigi muda. Sesuai dengan indikasinya, pengobatan yang diberikan berupa pengaplikasian Silver Diamine Fluoride (SDF) pada anak-anak dengan gigi yang berlubang, Fluoride Varnish pada anak-anak yang giginya tidak berlubang, serta pencabutan gigi pada anak-anak dengan gigi sulung yang persistensi (tidak kunjung tanggal walaupun gigi tetapnya sudah tumbuh).
Pengaplikasian SDF ini bertujuan untuk menghentikan progresi/perkembangan gigi yang berlubang agar tidak menjadi semakin besar atau semakin dalam. Sedangkan, fluoride varnish diaplikasikan untuk memperkuat ketahanan gigi terhadap asam sehingga tidak rentan berlubang. Kegiatan pemeriksaan dan pengobatan ini disupervisi langsung oleh Dr. Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih. drg, Sp.KG(K) dan drg. Melissa Adiatman, Ph.D. Selama dilakukan pemeriksaan maupun pengobatan, wali kelas ikut mendampingi siswanya.
Selain para siswa, pendistribusian pasta dan sikat gigi juga diberikan kepada masyarakat setempat. Tim Pengmas FKG UI mengendarai odong-odong setempat untuk berkeliling pulau dan membagikan 300 pasta dan sikat gigi ke seluruh penduduk yang ditemui di sepanjang perjalanan.
“Dengan diadakannya kegiatan pengmas ini, masyarakat Pulau Pramuka dapat menyadari dan memahami pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta dampaknya dalam mencegah terjadinya stunting. Kegiatan ini menunjukkan komitmen Prodi Profesi Kedokteran Gigi FKG UI dalam upaya kesehatan gigi dan mulut baik dari segi promotif, preventif, maupun kuratif. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk terus mengembangkan program pengmas yang berkesinambungan serta memberikan dampak positif bagi masyarakat luas,” ujar Dr. Dewa Ayu.