Hereditas dan Lingkungan dalam Proses Perkembangan

Hereditas dan Lingkungan dalam Proses Perkembangan

DEPOKPOS – Teori Empirisme pertama kali dicetuskan oleh Francis Bacon (1531-1626), yang di kemudian dikembangkan oleh beberapa tokoh seperti Thomas Hobbes, John Locke dan Berkeley. Nama asli aliran ini adalah The School of British Empiricism (Aliran Empirisme Inggris). John Locke berpendapat bahwa proses perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungan atau pendidikan yang diterima sejak kecil.

Manusia dapat dididik apa saja entah itu kearah yang lebih baik atau kearah yang buruk sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan. Dalam hal ini, alamlah yang membentuknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimism pedagogis.

Dalam teori ini, Faktor bawaan dari orang tua (faktor genetik) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak.

Menurut aliran ini, pendidik: sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman.

Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Kelemahan teori ini yaitu sebatas mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar atau bakat yang dimiliki oleh seorang anak diabaikan.

Padahal banyak anak yang berhasil karena menekuni bidang sesuai bakatnya walaupun lingkungan (sosial, alam, budaya) tidak mendukung.

BACA JUGA:  Rasisme Terhadap Kesehatan Mental Anak-Anak

Teori nativisme digagas oleh Schopenhauer dari Jerman (1788-1860), dan diantara penganutnya adalah prof Heymans dan juga J.J.Rousseau, seorang ahli pendidikan bangsa Perancis.

Menurut Rousseau pendidikan dan pembelajaran tidak ada hasilnya bahkan usaha-usaha pendidikan yang dilakukan manusia justru dapat merusak perkembangan anak secara wajar atau natural (Suwarno, 1992).

Selanjutnya ditambahkan bahwa pendidikan adalah persoalan laizzes faire, persoalan membiarkan atau membebaskan pertumbuhan anak secara kodrati. Pendidikan bersifat negatif karena hanya sekedar bertugas untuk mengamati dan menghindarkan masuknya pengaruh buruk terhadap perkembangan potensi jiwa anak yang secara kodrat adalah baik.

Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi perkembangan manusia dalam teori nativisme adalah sebagai berikut :

1. Faktor genetik : faktor gen dari kedua orang tua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri anak. contohnya jika kedua orangtua anak itu seorang yang pandai maka anaknya memiliki pembawaan sebagai seorang yang pandai pula.

2. Faktor kemampuan anak : faktor yang menjadikan seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.

3. Faktor pertumbuhan anak : faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minat di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia akan bersikap energik, aktif dan responsif terhadap kemampuan yang dimiliki. sebaliknya jika, pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenal bakal dan kemampuan yang dimiliki (Lubis, 2020).

BACA JUGA:  Upaya Mencegah Tuberculosis Paru dalam Keluarga

Adapun Kelebihan Teori Nativisme diantaranya adalah dapat menonjolkan bakat yang manusia miliki, mendorong perwujudan diri sebagai manusia berkompetensi, membantu manusia dalam penentuan dari sebuah pilihan, dan mendorong perkembangan potensi diri manusia.

Sedangkan kekurangan Teori Nativisme diantaranya adalah pandangan negatif dari teori ini adalah seolah-olah manusia memiliki sifat-sifat sulit diubah karena sifat-sifat turunan telah melekat padanya sejak lahir.

Istilah konvergensi berasal dari kata konvergen yang berarti bersifat menuju satu titik pertemuan. Oleh karena itu, perkembangan individu yang berupa bakat, keturunan maupun lingkungan, keduanya memainkan peranan penting, Sehingga itu perkembangan seseorang merupakan hasil perpaduan kerjasama antara faktor bakat (faktor genetik) dan faktor lingkungan(Suwarno, 1992).

Menurut kamus psikologi, yang dimaksud teori konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku.

Jadi menurut teori konvergensi ini, hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan. dan sebaliknya, rangsangan lingkungan tidak kan membina perkembangan tingkah laku baik tanpa didasari oleh faktor hereditas.

Teori Konvergensi merupakan perpaduan antara teori Empirisme dan teori Nativisme. Teori Konvergensi menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia tergantung pada dua faktor, yaitu : bakat atau pembawaan dari lingkungan.

Teori Konvergensi mengakui bahwa manusia lahir telah membawa bakat atau potensi-potensi dasar yang dapat dikembangkan. Teori konvergensi menganggap setiap manusia sepanjang hidupnya selalu berada dalam perkembangan. Dimana dalam perkembangan tersebut didasarkan atas tujuan pendidikan yaitu manusia penerus hingga akhir hidupnya. Berdasarkan proses perkembangannya manusia itu selalu ditentukan oleh perpaduan pengaruh dari faktor pembawaan (kemampuan dasar) dan faktor lingkungan sekitar, baik yang disengaja (seperti pendidikan) maupun yang tidak disengaja seperti pergaulan dan lingkungan alam, sesuai dengan pandangan konvergensi.

BACA JUGA:  Jenis-jenis , Manfaat dan Khasiat Jahe untuk Kesehatan

Perkembangan individu dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas (genetik) dan lingkungan. Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu.

Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.

Hereditas mencakup sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua, sementara faktor lingkungan meliputi segala hal yang mempengaruhi individu dari luar, seperti pendidikan, makanan, budaya, dan interaksi sosial. Berikut merupakan pengaruh dari kedua faktor tersebut terhadap perkembangan individu dalam aspek fisik, kognitif, emosional, dan sosial.

Najmi Nihayah
Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait