JAKARTA – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mencoba kembali mencoba “menjatuhkan” calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD dengan pertanyaan jebakan tentang inflasi hijau (greenflation) dalam sesi tanya jawab debat cawapres yang digelar di Jakarta, Minggu (21/1).
“Bagaimana cara mengatasi greenflation?” tanya Gibran ke Mahfud.
Pertanyaan tersebut sejatinya sempat dijawab Mahfud dengan menjelaskan soal inflasi hijau, ekonomi sirkuler. Tapi jawaban Mahfud itu kemudian direspons Gibran dengan bahasa tubuh yang mengolok-olok Mahfud sambil menjelaskan kaitan greenflation dengan gerakan rompi kuning yang terjadi di Prancis beberapa tahun lalu.
“Greenflation itu, kita kasih contoh yang simple saja. Demo rompi kuning di Prancis. Bahaya sekali. Sudah memakan korban. Ini yang harus diantisipasi. Jangan sampai terjadi di Indonesia. Belajar dari negara maju,” jelas Gibran ke Mahfud.
Ledekan Gibran itu pun dibalas Mahfud dengan mengatakan bahwa penjelasan Gibran ngawur.
“Gila ini, ngarang-ngarang tidak karuan, mengaitkan sesuatu yang tidak akademis,” kata Mahfud kepada Gibran.
Karena itu, Mahfud kemudian memilih untuk menyerahkan sesi tanya jawab itu kepada moderator debat karena menganggap pertanyaan Gibran tidak jelas dan tidak layak dijawab.
“Mengarang tidak karuan, mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada akademisnya, tanya-tanya kayak gitu recehan. itu tidak layak dijawab menurut saya, tidak layak dijawab pertanyaan seperti ini. Jadi saya kembalikan ke moderator, tida ada gunanya menjawab,” kata Mahfud.
Apa sebenarnya greenflation?
Greenflation merupakan singkatan dari dua kata yakni green (hijau) dan inflation (inflasi).
Berdasarkan Blog Kamus Cambridge, greenflation diartikan sebagai “kenaikan harga akibat peralihan ke ekonomi hijau”.
Mengutip Ekonom Iklim dari Columbia Business School Gernot Warner yang menukil pernyataan Direktur Executive European Central Bank Isabel Schnabel pada The New York Times, greenflation merujuk pada kenaikan harga dan krisis tenaga kerja yang terjadi seiring dengan transisi ramah lingkungan.
Kenaikan harga terjadi lantaran perusahaan mengeluarkan anggaran lebih untuk melakukan transisi energi mengingat biaya penggunaan energi hijau dianggap masih lebih mahal dibandingkan fosil.
Lalu apa pula gerakan rompi kuning?
Gerakan rompi kuning mencuat di Prancis pada Oktober 2018 sebelum akhirnya pecah menjadi aksi unjuk rasa pada 17 November 2018.
Sejak itu, banyak yang melanjutkan aksi blokade massa yang menyebabkan kemacetan dan kelangkaan bahan bakar menjelang musim libur. Peserta terus menggelar aksi protes setiap Sabtu hingga kini.
Demonstrasi itu dipicu oleh sistem pajak yang memberatkan yang tidak sepadan dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Pajak bahan bakar tersebut merupakan strategi Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk membiayai pengembangan energi bersih.
Peserta mengenakan rompi berwarna kuning terang yang biasa digunakan sebagai bagian dari prosedur keselamatan sopir-sopir Prancis. Hal itu mencerminkan kesetiakawanan terhadap kelas pekerja dan rakyat jelata.
Dalam aksi tersebut, peserta demo menuntut kenaikan upah minimum, peningkatan kualitas hidup, hingga transparansi pemerintah.
Sumber: CNN