Ingin coba mendaki gunung tanpa harus berkemah karena waktu liburan yang sempit? mungkin Kawah Ratu bisa menjadi alternatif yang tepat untuk anda kunjungi. Kawah Ratu merupakan sebuah kawah yang terbentuk oleh erupsi Gunung Salak ratusan tahun lalu. Banyak yang bilang Kawasan ini mistis karena seringnya terjadi kecelakaan. Terakhir, tragedi Pesawat Shukoi superjet 100 yang jatuh 8 tahun lalu. Namun, bagi saya pribadi itu kejadian bisa, tak lepas dari takdir Tuhan Yang Maha Kuasa. Seperti yang diketahui, Kawah ini berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Berada di ketinggian 1.437 mdpl dan berjarak sekitar 4,5 KM, Kawah ini bisa ditempuh sekitar 1,5 Jam jalan cepat atau 2 jam jalan santai, sangat cocok bagi anda yang baru tertarik untuk mendaki gunung.
Kawah ini memiliki 3 jalur resmi. Bagi anda yang berada di wilayah Bogor, anda bisa menggunakan jalur Pasir Rengit dan Gunung Bunder yang berada di Kecamatan Pamijahan. Sedangkan bagi anda yang berada di sekitar Sukabumi, anda bisa melewati jalur Perkemahan Cingkuang.
Beberapa bulan lalu, saya dan beberapa kawan berangkat ke Kawah Ratu via jalur Pasir Reungit. Karena sudah ada yang kesana sebelumnya, tak sulit bagi kami menemukan lokasi awal pendakian. Setelah membayar tiket 15 ribu rupiah per orang, kami mulai mendaki pukul 10.00 WIB siang.
Setengah jam pertama, kami melewati jembatan yang dibawahnya terdapat sungai dan sebuah curug kecil yang lumayan deras, setelah itu jalur dikelilingi pepohonan rindang yang sedikit lembap dengan trek bebatuan. udara sejuk pun mulai terasa.
1 jam berikutnya, setelah melewati trek tanah yang becek, rawa-rawa kecil dan beberapa kali melompati pohon yang tumbang. Tibalah kami di sebuah mata air. Kamipun memutuskan untuk istirahat sejenak, mengisi kembali botol yang sudah kosong dan melaksanakan sholat dzuhur. Ini merupakan pengalaman yang menarik bisa sholat di atas gunung, airnya pun lebih nikmat dari air kemasan sangat dingin dan segar.
Perjalanan pun berlanjut. Baru berselang beberapa menit, sudah tercium aroma belerang yang menyengat. Rupanya, setelah keluar dari hutan, kami melewati hamparan bebatuan dilapisi belerang yang eksotis dan unik, rasanya seperti anda berada di planet lain. Suara gemuruh semburan Kawahpun mulai terdengar. Benar saja, setelah melewati bebatuan tersebut, terlihat asap keluar yang menandakan kami sudah sampai di puncak Kawah Ratu. Rasa lelah kami terbayarkan melihat semburan Lumpur Panas dan Sungai Biru yang mengalir dibawahnya. Diatas sana, kamipun asyik berfoto ria, makan siang, dan sedikit rebahan.
Setelah perut kenyang dan mata puas melihat pesona Kawah Ratu, bergegaslah kami turun. Karena di atas tidak boleh lama-lama khawatir keracunan belerang. Alhamdulillah, tibalah kami dibawah dengan selamat. Itulah kisah kami di Kawah Ratu, Semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman yang ingin kesana, jangan lupa juga perhatikan kesehatan sebelum berkunjung. Thank you for reading and stay safe!. (Farhan Ar’Rayyan)