Tren KPR Syariah Meningkat di Tengah Penurunan Harga dan Kenaikan Suplai Properti

JAKARTA – Industri perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun ke tahun. Data industri perbankan menunjukkan bahwa dalam kurun 2014-2018, perbankan syariah mampu mencatat Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15%, lebih tinggi dari industri perbankan nasional yang mencatat CAGR sebesar 10%.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah (SPS) Mei 2020 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juli 2020, pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) untuk pemilikan rumah tinggal dan apartemen telah mencapai Rp 86,774 triliun. Nilai ini merupakan pertumbuhan sebesar 16,39 persen secara tahunan (year-on-year) dari sebelumnya Rp 74,557 triliun.

Marine Novita, Country Manager Rumah.com melalui siaran pers yang diterima DepokPos menyatakan bahwa perkembangan positif perbankan syariah di Indonesia juga sejalan dengan semakin besarnya minat masyarakat untuk memiliki rumah dengan memanfaatkan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah, dimana pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan KPR Konvensional yang tumbuh single digit.

“Tren positif KPR Syariah ini juga tercermin dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020 dimana terjadi kenaikan preferensi konsumen untuk memilih KPR Syariah menjadi 35 persen responden pada Semester 2/2020 dari sebelumnya 29 persen responden pada Semester 1/2020 naik. Sebaliknya peminat KPR Konvensional mengalami penurunan dari 37 persen responden pada Semester 1/2020 turun menjadi 29 persen responden pada Semester 2/2020,” jelas Marine.

Rumah.com Consumer Sentiment Study ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerjasama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1007 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2020. Survei ini dilakukan oleh Rumah.com sebagai portal properti terdepan di Indonesia untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di tanah air.

Data perbankan juga menunjukkan adanya tren positif KPR Syariah. Bank Mandiri Syariah mencatat pembiayaan KPR Syariah pada posisi Juni 2020 tumbuh sebesar 11,8 persen (year-on-year). Sementara BNI Syariah pada Q2 2020 mencatatkan pertumbuhan pembiayaan KPR Syariah sebesar Rp. 13,81 triliun atau tumbuh 11,10 persen secara tahunan.

BACA JUGA:  Pesona Sanur Ciseeng: Kesempatan Emas untuk Memiliki Rumah Tanpa DP dan Biaya Tambahan

Sedangkan UUS BTN mencatat pertumbuhan pembiayaan KPR di segmen non-subsidi sebesar 12,46 persen secara tahunan menjadi Rp. 8,1 triliun per Juli 2020 dan segmen subsidi sebesar 7,3 persen (year-on-year) menjadi Rp. 12,32 triliun per Juli 2020.

KPR Syariah menjadi preferensi responden Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020 dengan alasan utama adalah karena adanya kepastian besaran cicilan bulanan (fixed rate) yang dinyatakan oleh 74 persen responden. Ini juga merupakan kenaikan dari sebelumnya 69 persen responden pada Semester 1/2020. Sementara mereka yang memilih KPR Syariah dengan pertimbangan keyakinan agama sebesar 70 persen responden dengan kenaikan sebesar 1 persen dari semester sebelumnya.

Jika didasarkan pada besaran penghasilan, mereka yang berpenghasilan rendah mayoritas lebih memilih pembiayaan dengan KPR Syariah atau sekitar 40 persen responden dibandingkan yang memilih KPR Konvensional yaitu sekitar 25 persen responden. Sementara kelompok berpenghasilan sedang dan tinggi cenderung untuk memilih KPR Konvensional yaitu masing-masing 37 persen dan 34 persen responden dibandingkan yang memilih KPR Syariah dengan persentase masing-masing kelompok adalah 31 persen responden dan 28 persen responden.

Berdasarkan Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020, pembiayaan dengan KPR Syariah cenderung lebih diminati oleh generasi muda dimana 37 persen responden yang berusia 22-29 tahun dan 36 persen responden yang berusia 30-39 tahun menyukai KPR Syariah dibandingkan KPR Konvensional.

Marine mengatakan bahwa selama 3 tahun terakhir ini para responden survei Rumah.com Consumer Sentiment Study mulai secara spesifik menyatakan produk pembiayaan KPR yang diminatinya khususnya KPR Syariah. Kondisi ini didorong oleh kebutuhan konsumen akan kepastian besaran cicilan bulanan (fixed rate) sehingga menjadi alasan utama mengapa memilih KPR Syariah. Alasan lain tentunya karena ada fenomena sentimen keagamaan atau ‘hijrah’ yang cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

KPR Syariah berlaku dengan besaran cicilan bulanan yang tetap karena akad kredit didasarkan atas harga rumah di masa depan. Dalam konsep syariah, harga dan cicilan sudah ditentukan sejak awal perjanjian sehingga besaran cicilan bersifat tetap sampai lunas. Ini berbeda dengan KPR Konvensional dimana penetapan bunga bersifat mengambang (floating) tergantung kondisi pasar sehingga nasabah KPR Syariah tidak dipusingkan jika ada kenaikan bunga perbankan.

BACA JUGA:  Inovasi Pengusaha Kerupuk “Surya Alam” Bawa Sukses di Ponorogo

Marine menambahkan bahwa di tengah penurunan indeks harga dan kenaikan suplai properti yang saat ini sedang terjadi, konsumen bisa memanfaatkan momentum baik ini untuk melakukan transaksi pembelian rumah dengan menggunakan fasilitas KPR Syariah. Apalagi bagi mereka yang memiliki preferensi terhadap besaran cicilan yang tetap maupun karena pertimbangan keyakinan agama.

“Saat ini pasar properti sedang mengalami penurunan indeks harga dan kenaikan suplai sehingga berada berada pada kondisi buyer’s market. Oleh karenanya penyedia suplai properti melakukan koreksi harga untuk menjaga daya tarik properti dimana konsumen akan dimanjakan dengan suku bunga rendah, pilihan properti yang lebih banyak, dan daya tawar yang lebih tinggi,” jelasnya.

Rumah.com Indonesia Property Market Index Q2 2020 menunjukkan kenaikan suplai properti hampir di semua wilayah Indonesia yang menjadi indikasi adanya optimisme dari penyedia suplai properti. Pengembang dan penyedia suplai properti lebih optimistis dengan situasi pada Q2 2020. Setelah pada kuartal sebelumnya menahan diri untuk meluncurkan unit-unit baru, pada kuartal ini penyedia suplai properti sudah mulai menghadirkan suplai-suplai baru. Ini terlihat dari peningkatan suplai properti pada Q2 2020 ini.

Marine menjelaskan Rumah.com Indonesia Property Market Index – Suplai Q2 2020 berada pada angka 131,6 atau naik sebesar 21% (quarter-on-quarter) dan 46% (year-on-year). Sementara Rumah.com Indonesia Property Market Index – Harga Q2 2020 mencatat indeks harga berada pada angka 110,6 atau turun 1,7% dari kuartal sebelumnya. Secara tahunan, indeks masih menunjukkan kenaikan sebesar 2,3%.

Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) ini memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

Pandemi yang mulai merebak di akhir Q1 2020 membuat pengembang melakukan penyesuaian dengan menahan suplai. Ini membuat tren suplai yang biasanya meningkat pada setiap kuartal ganjil (Q1 dan Q3) justru mengalami penurunan pada kuartal Q1 2020. Namun, tanda-tanda kepercayaan pengembang terhadap situasi pasar mulai terlihat sepanjang Q2 2020, di mana suplai properti nasional meningkat.

BACA JUGA:  Pentingnya Literasi Keuangan Digital untuk Generasi Muda

Marine menjelaskan proses adaptasi kebiasaan baru berjalan cukup lancar. Sejumlah pengembang tetap mampu mencatatkan keuntungan, beberapa bahkan tak ragu melakukan peluncuran proyek-proyek hunian baru. Ini pula yang membuat tren suplai properti meningkat pada kuartal kedua ini.

“Dari sisi harga, penyedia suplai hunian (penjual dan pengembang) masih melakukan penyesuaian. Penyedia suplai hunian saat ini memilih mengejar kuantitas jualan ketimbang keuntungan. Karena itu pula, sepanjang kuartal kedua masih menjadi buyer’s market, seperti kuartal sebelumnya,” tambahnya.

Kuartal keempat 2020 mendatang akan menjadi periode akselerasi pasar properti nasional. Setelah beradapatasi dengan baik pada situasi pandemi di kuartal kedua, sentimen pasar properti di kuartal ketiga akan semakin optimistis. Pulihnya pasokan hunian, baik rumah tapak maupun apartemen, menunjukkan optimisme tersebut. Selanjutnya, pada kuartal keempat, pengembang akan berani untuk mulai melakukan koreksi harga.

Marine mengungkapkan di tengah penurunan harga dan peningkatkan suplai hunian, sebelum memutuskan mengambil langkah membeli rumah, para pencari rumah sebaiknya mempelajari dulu skema pembiayaan pemilikan rumah dengan seksama di Rumah.com. Simulasi KPR, daftar suku bunga KPR terendah, dan panduan mengenai pembiayaan pemilikan rumah baik itu skema syariah dan konvensional bisa didapatkan informasinya dengan mencari di Google dengan kata kunci yang relevan ditambah ‘Rumah.com’.

“Pengembang masih akan terus melakukan berbagai penyesuaian, baik target penjualan maupun penyediaan suplai. Pada Q4 2020, situasi diprediksi akan semakin stabil. Kondisi pasar masih akan tetap menjadi buyer’s market, namun kali ini penyedia suplai akan mempertahankan atau bahkan berani melakukan penaikan harga. Pada akhirnya, kebijakan pemerintah untuk dapat terus menjaga stabilitas ekonomi akan menjadi faktor penting dalam menjaga optimisme pasar properti nasional,” pungkas Marine. []

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait