Usia tidak menjadi halangan untuk terus bekerja, meskipun tubuh sudah tidak sekuat saat masih muda tapi api semangat untuk bekerja tidak pernah padam untuk mendapatkan nafkah untuk orang tercinta. Meskipun, barang yang ia jual setiap harinya tidak pernah habis dan ia tidak pernah menyerah untuk menunggu pelanggan yang datang. Ini dialami oleh Anwar, seorang pria yang berusia senja yang lahir pada tahun 1941 berprofesi sebagai pengedar koran di depan Stasiun Depok Baru.
Kobaran api semangat untuk berkerjapun meluap didalam hatinya. Anwar tidak mau merepotkan anak-anaknya, sehingga ia mengambil keputusan untuk mengedarkan koran. Setiap hari dari pukul 06.00-18.00 WIB pria tua ini menjual koran dari berbagai media. Meskipun koran yang ia jual tidak habis “Kalo koran gabisa habis, ga mungkin sampe habis terjual. Tapi ada, misalnya surat kabar itu sisa dua, yang ini sisa dua, yang ini sisa tiga. Pasti ada yang tersisa. Ya saya bawa sekitar 150 koran, campur yah,” katanya sambil tersenyum.
Awalnya Anwar berprofesi sebagai wartawan di Koran Post Film, grup Post Kota. Namun karena faktor usia yang tidak akan selalu tetap muda, akhirnya ia pensiun. Diumur yang sudah tak muda lagi, pria berambut putih ini tidak memiliki pilihan lain lagi selain menjual koran.
Pendapatan yang ia dapatkan setiap harinyapun terkadang tidak menentu, namun menurutnya setiap harinya uang yang ia dapatkan sudah tercukupi. Karena kini Anwar hanya ditemani oleh istrinya. Ke empat anaknya telah menikah dan ia telah memiliki cucu.
Berprofesi sebagai pengedar koran di usia senja saat ini tidaklah mudah, apa lagi ketika hujan turun. Pria berambut putih ini harus meneduh, dan masuk keatas tangga Stasiun Depok Baru. Belum lagi jika ada petugas yang mengusirnya untuk turun kebawah. Ia hanya membalas dengan senyuman dan berkata “Kan hujan, nanti juga kalo hujan reda saya turun lagi.”
Sebagai pengedar koran tentu dibutuhkan kesabaran, disaat matahari menyengat kulit hanya bisa tetap menahan panas dan menunggu pelanggan datang untuk membeli. Pria berkulit cokelat ini sempat diusir oleh pihak stasiun lantaran dianggap mengganggu kenyamanan dan ketertiban orang yang akan memasuki stasiun.
Hingga akhirnya penerbit, agen koran, dan pengedar koranpun meminta izin untuk berjualan di depan stasiun. Setelah mendapat izin akhirnya koran yang ia jualpun tidak boleh dibuka atau dilebarkan lantaran akan menghalangi orang yang akan pergi ke stasiun. Akhirnya ia melipat koranya, ditata dengan media yang sama, sehingga jika ada pelanggan yang membeli ia sudah mengetahui tempatnya.
Anwar selalu ramah terhadap pelanggannya, ia selalu melontarkan senyuman kepada pembeli yang membeli korannya. Asalkan koran yang terjual sudah memenuhi kebutuhannya, pria berumur senja ini memutuskan untuk pulang meskipun masih banyak barang yang tersisa.
Stamina tubuh yang mulai menurun, rambut yang sudah memutih, Kulit yang mulai keriput, menandakan bahwa kini usianya sudah senja. Namun usahanya patut di acungkan jempol. Di usianya yang sudah tua ini ia tetap semangat bekerja demi menafkahi istrinya yang tidak mau terus bergantung kepada anaknya. Ia akan terus bekerja hingga tubuhnya sudah tidak sanggup untuk berjalan lagi. (Salma Nafisa Aulia/PNJ)