
Pendidikan adalah salah satu modal untuk memajukan bangsa. Dengan pendidikan yang baik maka akan menghasilkan pula SDM yang baik. Yang mana SDM ini sangat dibutuhkan bangsa untuk menjawab berbagai persoalan bangsa. Namun tak bisa dipungkiri bahwa kondisi pendidikan Indonesia saat ini masih belum bisa dikatakan baik. Masih banyak hal yang harus diperbaiki. Permasalahan pendidikan di Indonesia ini sangatlah kompleks, mulai dari sistem hingga teknis.. Permasalahan – permasalahan inilah yang harus diperbaiki agar misi pendidikan ini dapat tercapai.
Belum meratanya fasilitas pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu hal penting demi kelancaran proses pendidikan. Namun saat ini kondisi fasilitas pendidikan di Indonesia masih belum memadai . Terutama di daerah pedalaman Indonesia. Jangankan alat peraga mengajar, bahkan ruang kelaspun terkadang tidak ada, berdasarkan databoks.katadata.co.id 70% ruang kelas di Indonesia mengalami kerusakan. Anies Baswedan, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan juga mengatakan 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar minimal layanan pendidikan. Bahkan di daerah pelosok Indonesia juga punya kendala berupa tidak tersedianya seolah lanjutan, seperti di pulau Bukulimau, Belitung Timur,yang tidak memiliki sekolah lanjutan setelah SD
Masih tingginya angka putus sekolah
Menurut UNICEF tahun 2016 ada sebanyak 2,5 juta anak Indonesia yang tidak bisa melanjutkan sekolah. Penyebab putus sekolah inipun beragam, tidak hanya karena faktor biaya namun ada juga karena faktor ingin melanjutkan ke pendidikan nonformal seperti kursus. Namun putus sekolah karena faktor ekonomi tetaplah memiliki persentase yang cukup besar, yaitu 47,3%.
Sistem sekolah di Indonesia yang kebanyakan menggunakan sistem “sekolah robot”
Maksud dari sekolah robot disini adalah para guru menggunakan sistem klasikal dalam proses belajar belajar mengajar. Sistem klasikal ini adalah dimana murid harus duduk dan mendengarkan sang guru mengajar. Bahkan sistem ini sudah mulai diterapkan sejak bangku TK. Terkadang para guru memarahi anak didiknya yang tidak bisa diam saat jam pelajaran. Padahal usia TK ini adalah usia bermain. Dengan metode klasikal ini bisa membunuh kecerdasan anak. Karena sejatinya kecerdasan anak bukanlah hanya sekedar diukur dari kemampuan berhitungnya saja, menulisnya saja ataupun hanya dari kemampuan membacanya. Banyak para orang tua yang merasa sangat khawatir jika anaknya tidak bisa matematika, padahal bisa jadi sang anak memiliki potensi lebih dalam bidang lain. Dampak dari sistem “sekolah robot” ini akan menghasilkan manusia yang pasif, bahkan menghambat ide cemerlang dari sang anak didik.
Rendahnya daya literasi
Daya literasi dalam proses pendidikan sangatlah penting, terutama dalam jenjang menengah ke atas. Karena untuk jenjang tersebut sudahlah menambah wawasan dari banyak literatur agar bisa semakin kritis. Namun fenomena zaman sekarang, jika sang guru member tugas membuat makalah misalnya, banyak siswa kita yang lebih memilih copy-paste tanpa membacanya terlebih dahulu. Bahkan fenomena ini juga banyak ditemui di kalangan mahasiswa yang akan membuat skripsi. Maka dampaknya adalah kurang kompetennya output yang dihasilkan.
Sistem pendidikan yang belum sesuai zaman
Saat ini adalah era digital, era dimana peran teknologi sangatlah dibutuhkan. Namun sekarang masih banyak guru di Indonesia yang masih kurang melek terhadap teknologi, sehingga terkadang para guru kewalahan menghadapi muridnya. Ketidaksesuaian ini juga ditemukan dalam buku teks pengajaran. Buku teks di luar negri sekarang lebih aplikatif dibanding di Indonesia. Misal dalam membahas tentang pesawat, di Indonesia buku teksnya masih membahas tentang apa itu pesawat, sementara di luar negri buku teksnya sudah membahas tentang bagaimana cara membuat pesawat.
Tidak ada kerja sama antara guru dengan orang tua
Yang harus kita ingat adalah tanggung jawab pendidikan bukanlah milik guru saja, tapi juga milik orang tua. Karena pendidikan yang sukses bukan pendidikan yang hanya dilakukan di sekolah saja tapi juga dilakukan di rumah, agar pengetahuan yang di dapat anak sempurna. Namun banyak kasus terjadi orang tua melimpahkan tanggung jawab ini sepenuhnya kepada guru. Missal ketika sang anak melakukan kesalahan sang orang tua menyalahkan sang guru, padahal seharusnya hal ini menjadi evaluasi bersama antara guru dengan orang tua. Bahkan pernah ada kasus orang tua melaporkan sang guru hanya karena sang guru member hukuman atas kesalahan sang anak, hal ini berarti mengindikasikan tidak adanya kerja sama yang baik antara guru dan orang tua.
Oleh: Dzakia Mutawadi’a
Referensi :
cnnindonesia.com
Chatib, Munif ., dan Alamsyah Said. 2012. Sekolah Anak Anak Juara. Bandung : PT Mizan Pustaka
www.kompasiana.com/elnihandayani/masalah-pendidikan-di-indonesia-dan-solusinya
https://news.okezone.com/empat-masalah-utama-pendidikan-indonesia