Oleh: Fatmah Ramadhani Ginting, S.K.M., Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok.
Berbagai cara dilakukan masyarakat Indonesia demi mengantongi tiket konser salah satu band rock asal Inggris, Coldplay. Konser sendiri masih akan digelar November nanti di Stadion Utama GBK, Jakarta.*
Tak tanggung-tanggung, harga tiket dibandrol mulai delapan ratus ribu hingga sebelas juta rupiah. Tercatat ada 1,5 juta orang mengikuti ‘war’ atau pertarungan membeli tiket pada Rabu, 17 Mei kemarin. Padahal, tiket yang disediakan promotor hanya 70 ribu tiket. Gila!
Beberapa cara yang ditempuh mulai dari berburu atau war tiket, menjual emas untuk membeli tiket, menyewa jastip pembelian tiket, hingga melakukan pinjaman online di perusahaan tempat bekerja atau pada aplikasi-aplikasi pinjol.
Bagi mereka yang berhasil mendapat tiket dipastikan senang bukan kepalang, walau banyak juga yang menjualnya kembali dengan harga lebih mahal dari aslinya. Seperti dipantau detikcom, Rabu (17/5) kemarin, akun chika** menawarkan tiket dengan harga antara Rp 7.455.000-Rp 13.755.000 di Shopee. Kemudian, ada juga akun dzikri** yang menawarkan tiket dengan harga Rp 5.000.000 untuk posisi CAT 3. Lalu ada akun cv.pison** yang menawarkan tiket untuk posisi festival free standing dengan harga Rp 6.499.000.
Kita patut bertanya mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa demi hal yang sifatnya hiburan semata, orang-orang rela berburu dan merogoh kocek lebih dalam, bahkan meminjam uang dengan sistem bunga demi sesuatu yang sifatnya bukan kebutuhan mendasar dalam hidup?
Padahal di balik keriuhan pertarungan tiket Coldplay, kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta ironis banyaknya anak di Indonesia menderita stunting akibat kurang gizi. Baik penyelenggara maupun penonton konser seakan mati empati untuk sekadar merasakan kesulitan hidup orang lain. Enjoy saja menghabiskan uang untuk menonton konser, tanpa malu bersenang-senang melihat artis pujaan. Tiket yang harganya selangit itu tidak lebih menunjukkan betapa tingginya kesenjangan sosial di negeri ini.