Persahabatan yang Tak Tergantikan

Ilustrasi. (Dok. brainyquote)

Ada pepatah yang mengatakan jika ada sebuah pertemuan pasti akan ada perpisahan, dimana sebuah kebahagiaan pasti ada kesedihan. Entah itu teman, saudara maupun orang yang terkasih. Dimana segala sesuatu yang kekanakan berubah menjadi sebuah kedewasaan, yang dulu pernah berpisah dan dipertemukan kembali.

Dari sinilah sebuah rasa persahabatan dimulai. Namanya Bayu Octami, dia adalah salah satu murid Sekolah Dasar dan kami mulai berteman sejak kelas 5. Aku memang suka berteman dengan laki-laki dibanding perempuan sewaktu kecil karena sikapku yang agak tomboy. Namun, aku tetap suka juga berteman dengan anak perempuan. Sebenarnya selain Bayu, aku juga mempunya dua teman dekat lainnya. Kami berempat selalu bermain bersama, belajar bersama, dan juga mendapat nilai yang rata-ratanya bagus semua.

Aku sangat bahagia saat bermain dengan mereka, mereka adalah sahabat sesungguhnya dan yang pertama bagiku. Banyak kenangan yang bersama kami lewati yang sampai sekarang sulit dilupakan, aku yang saat itu berumur 12 tahun tidak mengerti apa arti dari sebuah perpisahan, yang aku tahu hanya tertawa dan bermain. Sampai akhirnya kami berpisah saat memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP).Sampai akhirnya kami berpisah saat memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Semenjak memasuki SMP, awalnya aku baik-baik saja membaur dengan yang lain. Namun, setelah beberapa minggu aku mulai merindukan sahabatku. Aku tidak tahu bagaimana kabar mereka karena tidak ada ponsel atau alat komunikasi lain yang bisa kugunakan, hal itumembuatku sangat sedih. Bagiku teman-teman SMP hanyalah teman biasa, bukan sahabat seperti mereka. Oleh karena itu setiap kenaikan dan pindah kelas, mereka meninggalkanku dan mencari teman baru, membuatku lebih merindukan sahabat-sahabatku yang dulu.

Saat di Sekolah Menengah Atas (SMA) pun seperti itu. Pernah suatu ketika aku berpikir benar-benar menemukan sosok sahabat sejati, namun hal itu hanyalah keinginanku semata. Mereka yang kubilang sahabat juga pergi, mereka yang bilang akan selalu ada di saat susah maupun senang nyatanya tidak ada saat aku aku terpuruk. Semenjak itu, aku lebih senang sendiri. Melakukan hal yang kusuka sendiri dan banyak kegiatan yang kulakukan diluar rumah. Aku hanya menganggap semuan orang kenalan saja, karena aku tidak ingin terlalu percaya kepada mereka. Hal itu membuatku menjadi pribadi yang sangat cuek.

Pada suatu hari saat aku sedang sibuk-sibuknya mencari universitas untuk berkuliah, tiba-tiba aku menadapatkan sebuah pemberitahuan melalui salah satu akun media sosial, dimana di dalam sebuah grup media sosial itu terdapat semua angkatan SD ku termasuk 3 sahabatku dulu. Reunian diusulkan oleh salah satu temanku yang saat itu aku sendiri tidak dapat menghadiri reunian tersebut karena acara keluarga, reunian pertama itu akhirnya berlalu tanpa kehadiranku. Beberapa bulan berlalu reunion kedua pun diusulkan kembali, pada reunian kedua aku hadir dan menjadi moment pertama kali aku bertemu dengan sahabatku yaitu Safira dan Bayu sedangkan pada reunian kedua sahabatku Aldo tidak hadir karena dia sedang berada diluar kota. Sifatku yang sudah lama tidak bertemu dengan teman-teman SD ku dan sahabat-sahabatku menjadikan timbul rasa canggung, tapi bisa aku sembunyikan dan berbincang seperti biasa.

Aku, Bayu dan teman-teman yang berada di Jakarta suka berkumpul dan berbincang jika ada waktu luang. Mulai sejak itu aku dan Bayu mulai dekat kembali. Kami bercerita banyak hal yang terja di dalam keseharian masing-masing, mulai dari bertanya kabar sampai bercerita tentang perjalanan hidup saat tidak bertemu.

Mulai dari situlah aku tahu banyak tentang sahabatku ini. Dia yang merantau sendiri ke Jakarta, bekerja sambil kuliah dengan cara mengambil kelas karyawan sampai keadaan keluarganya yang berada di Padang. Saat itu pandanganku berubah terhadap Bayu yang aku kenal dulu sebagai seorang anak yang ceria dan jahil menjadi lebih dewasa, solid, bertanggung jawab, dan lebih peduli.

Bayu yang sekarang dengan sifatnya itu mulai membuat timbul rasa kagum dan bangga dariku dengan kehidupannya yang mandiri. Dari situ aku mulai merasakan arti persahabatan sesungguhnya, dia mulai banyak bercerita tentang keluh kesahnya dari orang-orang yang tidak suka padanya di tempat kerja sampai kisah cinta yang tidak direstui karena status keluarganya. Dengan sifat terbukanya terhadapku, membuatku menjadi lebih peduli terhadap Bayu dan selalu mendengarkan semua keluh kesahnya serta selalu menyemangatinya untuk sabar dalam menghadapi semua itu. Aku yang mempunyai sifat tertutup terhadap orang perlahan-lahan mulai terbuka dan terbiasa bercerita juga padanya, dia bahkan menjadi pelindung dan orang yang ada saat aku butuhkan serta menjadi sahabat terbaikku sampai saat ini.

Dari kisah hidup yang aku jalani di atas, aku mendapatkan banyak pelajaran dari salah satu sahabat terbaikku ini, bagaimana cara menghadapi hidup dengan orang-orang yang tidak suka dengan kita, serta bagaimana cara menjadi sahabat yang baik. Banyak orang diluar sana yang bisa dijadikan teman, tapi hanya sedikit orang yang bisa dijadikan seorang sahabat. Sahabat sesungguhnya dapat menerima kita apa adanya, dapat menutupi kekuarangan kita dengan kelebihannya serta sebaliknya. Mendapatkan seribu teman di dunia ini sangatlah mudah tapi mencari satu sahabat sangatlah sulit. [Ella Imroatun Nurfaizah/PNJ]