Tetaplah Seperti Ini Sahabatku

Ilustrasi. (Istimewa)

Lebih baik memiliki sedikit teman tapi berkualitas, daripada memiliki banyak teman namun menjerumuskan. Ya, itulah kata-kata yang selalu kuingat. Terkadang sosok teman yang kita miliki menjadi penentu arah bagi diri kita sendiri, akankah membawa diri ini kearah yang baik atau malah sebaliknya.

Bagiku dia lebih dari sekedar teman, bahkan lebih dari sahabat. Dia adalah Nabila Putri. Kami lahir di bulan yang sama yaitu pada bulan April, sehingga April menjadi salah satu bulan kesukaan kami dari 12 bulan yang ada. Persahabatan ini dimulai sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama tepatnya saat kelas tujuh.

Di tahun 2018 artinya persahabatan ini sudah terjalin 8 tahun lamanya. Kenangan yang kita lalui sudah tak terhitung jumlahnya. Tawa,tangis sampai amarah diantara kita sudah berkali-kali terluap. Mungkin kita sudah lupa bagaimana awal kita berkenalan saat itu, namun kenangan yang pernah kita lalui masih jelas dalam benak ini bahkan tak jarang kita mentertawakan kembali apa yang pernah kita lalui bersama.

Untukku ia adalah sosok teman yang hebat. Ia bisa menjadi guru,kakak bahkan ibu untuk diriku. Tak jarang ia ikut khawatir ketika aku sakit, aku masih mengingat saat diriku sakit karena haid hari pertama yang kualami sampai muntah-muntah di sekolah. Dengan paniknya ia mencarikan obat sampai izin keluar sekolah dan segera menelpon mamaku untuk memintaku dijemput karena aku jatuh sakit.

Seperti guru, Ia juga memberiku semangat untuk mengejar nilai sebagus mungkin. Tak jarang ia mengajarkan materi yang bagiku sulit terlebih karena ia memang murid berprestasi di kelas. Yang membuatku kagum terhadap dirinya, ia mampu mengimbangi antara waktu bermain dan belajarnya sehingga nilainya selalu memuaskan.

Jarak bahkan ternyata tidak menjauhkan persahabatan kita. Saat memasuki bangku Sekolah Menengah Atas kita tidak lagi satu sekolah. Ia diterima di SMA Negeri 6 sedangkan aku mendapat di SMA Negeri 9. Kita pernah membuat janji bahwa jika kita tidak satu sekolah lagi nantinya, tetap sempatkan waktu untuk bertemu walau hanya sebentar. Sampai telah menjadi mahasiswa dan kembali terpisah karena berbeda kampus, janji kita tetap sama yaitu sempatkan waktu bertemu untuk berbagi cerita masing-masing.

Jika ditanya apa yang paling kuingat dari pertemanan kita , akan kujawab ialah pada waktu kita saling memberikan dukungan di titik terendah kita masing-masing saat itu. Aku masih ingat perjuangan kita mengejar kampus impian usai lulus Sekolah Menengah Atas. Berkali-kali gagal tes seleksi masuk kampus kita lalui bersama. Kita masing-masing pada saat itu seperti saksi bisu atas perjuangan mengejar kampus impian.

Jika banyak orang berkata pertemanan kita adalah pertemanan yang terbilang sempurna tentu akan kujawab tidak. Mungkin banyak yang tidak menghetahui dibalik kebersamaan yang sering terlihat diantara kita tak jarang perselihan terjadi. Perbedaan pendapat dan pemikiran serta ego masing-masing seperti makanan sehari-hari dalam persahabatan kita.

Sampai pernah saat itu, karena suatu perdebatan hebat diantara kita membuat kita jauh. Kita tidak saling berkomunikasi bahkan sampai tidak bertemu selama beberapa waktu. Rasanya campur aduk, di satu sisi merasakan amarah namun di sisi lainnya merasa sedih dan begitu kehilangan sesosok teman yang begitu dekat.

Memaafkan dan meredam ego masing-masing adalah kuncinya. Mungkin sulit memang untuk melakukannya, namun hanya cara itulah yang membuat kita menjadi lebih dewasa satu sama lain. Tidak ada yang salah dari memaafkan, sekalipun kesalahan yang teman kita perbuat amat besar, namun percayalah memaafkan adalah kunci satu-satunya untuk menghapus masalah itu.
Adanya persahabatan diantara kita ini mengajariku banyak hal, bahwa memiliki satu teman namun mengerti apapun tentangmu lebih berarti daripada memiliki banyak teman yang hanya sekadarnya. Mengajariku bahwa ternyata memilih teman yang baik itu tidak mudah. Maka dari itu jangan sia-siakan sahabat yang telah kita miliki. Pertahankan persahabatan yang telah ada sampai kapanpun.

Untukmu sahabatku, Nabila Putri. Terima kasih sudah menjadi teman,kakak,guru dan ibu untuk diriku. Terima kasih untuk tidak pernah lelah dan bosan mendengar setiap ceritaku. Terima kasih telah menjadi teman yang membawa pengaruh baik terhadap diriku. Terima kasih untuk selalu mengingatkanku mengenai kebaikan. Tetaplah menjadi Nabila yang kukenal. Teruslah kita beriringan sebagai sahabat untuk saling memberikan dukungan demi menggapai impian masing-masing. [Ashfia Fuada Ersterina/PNJ]