Semangat Juang Pedagang Kue

(Foto: Annisa/PNJ)

Saat kumandang azan subuh bergema dilangit Ibu Kota Jakarta, seorang wanita paruh baya bergegas meninggalkan tempat istirahatnya, menuju pancuran air yang mengalir di belakang rumah, untuk segera menunaikan ibadah sholat subuh.

Berty (48), wanita dengan dua anak ini setiap malamnya harus melangkahkan kaki kepasar untuk membeli keperluan memasak. Rupanya, Berty baru saja mempersiapkan segala dagangannya. Dengan dapur yang menyatu dengan ruang tamu. Sudah 17 tahun ini Berty membuka usaha kue kecil dirumahnya. “pekerjaan saya selama ini hanya berdagang kue saja” ujar Berty.

Didapur terdapat 3 penggorengan, 7 buah wadah untuk penyimpanan kue serta beberapa dus kemasan kue. Berty yang dahulu sempat berjualan nasi uduk, hanya cukup bertahan hingga 2 bulan saja. Sejak awal beroperasi hingga saat ini keuntungan yang didapat tidak menentu.

Dengan keuntungan 80 ribu perharinya, dagangan yang ia jajakan setiap hari sering mengalami kendala, dikarenakan modal yang cukup besar dibandingkan keuntungan yang ia dapat. Namun wanita asli Bandung ini lebih bersyukur, walaupun keuntungan tidak seberapa, ia mampu menghidupi keluarganya.

Dizaman perekonomian sekarang, tentu pendapatan sebagai pedagang kue tidaklah seberapa, apalagi Berty masih menanggung biaya sekolah sang anak. “anak ikut membantu, mereka menjajakan kue-kue yang saya buat ke sekolah masing-masing”. Ungkap Berty.

Saat dagangannya tidak lancar, Berty harus meminjam uang kepada koperasi di sekitar rumahnya, hal tersebutlah yang terkadang menjadi kendala bagi Berty untuk berjualan.

Bila modal yang didapat berkurang dan harus menerima pesanan tambahan, Berty harus kembali ke pasar untuk membeli semua bahan kue. Hal tersebutlah yang membuat Berty kelelahan.

setiap harinya, anak dari Berty ini selalu membantunya dalam berdagang, sang anak selalu mengantarnya jika ia kepasar. Sehingga Berty tidak bersusah payah berjalan kaki dari rumahnya hingga ke pasar. “Anak pertama saya yang selalu mengantar, kalau dia kerja, saya harus ngojek” ungkapnya.

Walaupun denngan keterbatasan Ekonomi, keluarga Berty selalu menjaga sikap baiknya kepada tetangga, sehingga tak segan pula tetangganya selalu membeli dagangannya. “kalau ada dagangan lebih atau ada rezeki lebih, Saya selalu mengasihnya kepada mereka” tutur Berty, dengan seperti itulah yang membuat kerukunan tetangga dengan dirinya tetap terjaga.

Berty mengajarkan bahwa untuk menjaga cita rasa dalam pembuatan kue, ia selalu mencoba mentakarkan kembali bahan-bahan yang ia olah. “saya hanya bisa tersenyum, ketika pelanggan mengatakan kue yang saya buat itu enak” Ungkap Berty. Menurutnya sebelum membuat kue, kebersihan perlengakapan dan tangan pun harus di utamakan.

Dengan ia membuka usaha kue kecil, Berty berharap bisa mencicil modal untuk membangun toko kue sendiri “belum tau dimana, yang penting, bisa mencukupi kebutuhan keluarga dulu dan membiayai anak sampai selesai sekolah” ucap Berty dengan senyum.

Ditulis oleh Annisa Ramadhannia, Mahasiswi PNJ