Pengertian Menjadi Kunci Sebuah Persahabatan

Ilustrasi. (Istimewa)

“Everything has changed” mungkin kata-kata itu benar adanya dan sering kita rasakan dalam kehidupan. Terlebih lagi ketika terserang rindu. Sesuatu yang biasanya dilakukan berdua bersama sahabat, pasti akan berbeda rasanya jika dilakukan sendirian.

Apalagi ketika rindu kepada sahabat datang menyelimuti, yang bisa dilakukan kini hanya berdoa agar dia selalu bahagia. Berbeda dengan dulu, saat rindu dengannya, kita hanya tinggal singgah ke rumahnya, bercanda bersama, sambil menghabiskan cemilan di atas meja.

Lalu, bagaimana jadinya ketika sahabat kita memiliki sahabat baru? Persahabatan yang sudah jarang bertemu pasti akan banyak sekali kecanggungan. Apalagi jika sudah menemui sahabat baru yang lebih mengetahui cerita kita sehari-hari.

Bagi kebanyakan orang pasti itu merupakan hal yang menyebalkan. Rasa cemburu dan iri pasti akan muncul. “Ah, biasanya sama gue sekarang sama dia. Beda deh yang udah punya sahabat baru,” nah begini kurang lebih perasaan kita.

Sebenarnya, ketika sahabat memiliki sahabat baru, itu bukanlah masalah. Kita patut bahagia karenanya. Ketika kita berada jauh dengannya, setidaknya kita yakin sahabat kita akan baik-baik saja dengan sahabat barunya. Ketika sahabat kita terluka dan bersedih, ada yang mampu mendekapnya ketika tangan kita tidak mampu. Ketika sahabat kita memerlukan bahu untuk bersandar, ada bahu yang dapat menggantikan bahu kita di sampingnya.

Percaya deh, seberapa banyak pun sahabat baru yang dimilikinya, kita pasti punya tempat tersendiri di hatinya.
Jarangnya bertemu dengan sahabat bukan berarti persahabatan itu berakhir. Komunikasi yang terjalin juga pasti akan berkurang karena kesibukan masing-masing. Ada cara yang dapat kita gunakan agar persahabatan tetap terjalin dengan baik; saling mengerti, saling mendukung, dan tetap percaya.

Pengertian sangat dibutuhkan dalam persahabatan. Terlebih lagi banyaknya perbedaan yang dihadapi. Jika kita dapat memaklumi kesibukan sahabat kita, pasti ia juga akan merasa nyaman menjalaninya.

Perbedaan jadwal sehari-hari menjadi faktor utama jarangnya pertemuan. Namun, sahabat yang baik adalah ia yang selalu mendukung sahabatnya untuk menjadi lebih baik lagi. Kita harus mendukung semua keputusan yang sahabat kita ambil, selagi itu positif. Dan kita harus menjadi “support system” untuknya agar semangat meraih mimpi.

Selain itu, percaya kepada sahabat akan membuat kita merasa hubungan dengannya baik-baik saja. Selalu percaya kepada semua perkataannya dan selalu berpikiran postif kepadanya.

Dengan begitu, kita akan sadar bahwa persahabatan yang sejati, bukan diutamakan dengan pertemuan fisik. Melainkan dengan pengertian dan dukungan untuk menuju hal yang lebih baik lagi. Di dunia ini ada “mantan pacar” namun tidak akan pernah ada “mantan sahabat”. Sahabat sejati tidak diukur dari seberapa sering kita bertemu. Tapi dilihat dari seberapa kuat kita bertahan ketika pertemuan tidak lagi menjadi kebiasaan. (Clara Aprilia Sukandar/PNJ)