Mahasiswa Pengangguran, Apa Salah Kami?

Ilustrasi

Mahasiswa merupakan tombak terdepan generasi muda bangsa pembangun peradaban, namun apa jadinya jika ketika lulus hanya menjadi penyumbang angka dalam statistik pengganggura Indonesia, Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 yang ditinjau berdasarkan taraf pendidikannya, persentase lulusan sekolah dasar ke bawah yang menganggur menurun, yakni dari 3,61 persen menjadi 3,44 persen. Tingkat pengangguran tertinggi adalah lulusan sekolah menengah kejuruan dengan persentase 9,84 persen, meningkat dari 9,05 persen, persentase penduduk berpendidikan sekolah menengah pertama yang menganggur juga menurun, yakni dari 7,14 persen menjadi 5,76 persen. Begitu juga dengan persentase penduduk berpendidikan sekolah menengah atas menurun dari 8,17 persen menjadi 6,95 persen. Adapun persentase penduduk berpendidikan diploma I, II, dan III yang menganggur juga menurun. Namun tingkat pengangguran lulusan universitas malah meningkat dari 5,34 persen menjadi 6,22 persen.

BACA JUGA:  Roti Buaya: Tradisi Seserahan dan Simbol Kesetiaan Masyarakat Betawi

Meskipun tren pengangguran ditingkat pendidikan menurun, namun pada tingkat perguruan tinggi justru meningkat. Banyaknya lulusan perguruan tinggi menganggur karena adanya ketimpangan antara profil lulusan universitas dengan kualifikasi tenaga kerja siap pakai yang dibutuhkan perusahaan. Berdasarkan hasil studi Willis Towers Watson tentang Talent Management and Rewards sejak tahun 2014 mengungkap, delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang siap pakai.

Menurut pakar pendidikan Indonesia, Arief Rachman, kualitas lulusan perguruan tinggi yang tak sesuai kebutuhan dunia industri adalah akibat kesalahan sistem pendidikan Indonesia selama 20 tahun lalu. Selama ini mahasiswa hanya disuruh belajar untuk lulus jadi sarjana. Mereka hanya mengejar status bukan proses untuk menjadi sarjana. Akhirnya mereka jadi tak punya pemahaman apa-apa terhadap proses pendidikan yang sudah dilalui.

Indonesia mestinya merasa cemas dan mulai merubah model pendidikan kita dari teoritis ke praktis. Pendidikan kejuruan yang menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal perlu di perbanyak. Proses pendidikan dipandang terobosan yang paling baik dalam membangun wirausahawaan didalam masyarakat. Selain pendidikan kejuruan yang perlu ditingkatkan, kurikulum pendidikan umum juga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah khususnya pendidikan dasar untuk memasukkan pendidikan dan pengetahuan kewirausahawaan.

BACA JUGA:  Majlis Ta’lim dan Jejaring Keilmuan Masyarakat Betawi

Beruntungnya dewasa ini sudah mulai bermunculan universitas – universitas yang menerapkan sistem kurikulum kewirausahaan yang menggabungkan antara pendidikan praktis dan teoritis, mulai dari program studi bisnis di berbagai perguruan negeri maupun swasta. Pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ada ITB yang menjawab ketertarikan masyarakat akan program studi entrepreneurship, dan pada akhirnya di tahun 2013 ITB pun ikut membuka program studi Entrepreneurship. Selain untuk menanggapi minat para calon mahasiswa, mereka juga bertujuan untuk menciptakan banyak entrepreneur Indonesia, supaya perekonomian negara semakin meningkat, Sedangkan salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di kawasan Depok, dengan menerapkan kurikulum berbasis pendidikan dan pengetahuan berwirausaha adalah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI melalui program Beasiswa Eentrepreneur Muda. Dimana sistem pembelajaran mencakup 80% praktis dan 20% teoritis. Program beasiswa ini di harapkan dapat mencetak kader pengelola zakat yang profesional dalam rangka turut serta memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat Indonesia. Beasiswa diberikan kepada alumni SLTA dari keluarga mustahik untuk dididik dan dibina oleh STEI SEBI.

BACA JUGA:  Tari Topeng Betawi: Tradisi Seni Teater Pertunjukkan Masyarakat Betawi

Masih banyak lagi Universitas – Universitas yang menawarkan program studi serupa yang memiliki tujuan sama, diharapkan baik Pemerintah, lembaga – lembaga terkait dan masyarakat dapat terus mendukung penerapan kurikulum praktis dan teoritis ini agar tujuan besar kita bersama dapat terwujud yaitu mencetak generasi berkualitas demi terciptanya peradaban Indonesia yang lebih baik.

Vivi Fitriani