Rumah Terindah

logo-home-sweet-home-clipart-2
Ilustrasi

Tak seperti biasanya, sore ini begitu sunyi dan lengang. Suasananya santai dan udaranya sejuk untuk dihirup.
Langit sore ini berwarna kekuningan, ini semua karena sebelum senja tadi terjadi mencairnya air hujan. Ia membiaskan cahaya di langit, biasanya lahir si pelangi.,namun tak terlihat kali ini.

Ruang kamar kos ini lumayan nyaman, walaunpun penuh barang karena dihuni oleh dua gadis. Memang tidak senyaman kamar di rumah tetapi kamar ini bisa membuat nyaman saat tertidur lelap.

Tidak akan pernah ada tempat nyaman rumah sendiri. Ya, perasaan nyaman saat di rumah. Rasanya bisa membagi seluruh gundah gulana hingga keceriaan di rumah. Selalu menganggap rumah adalah surga. Sore yang sejuk ini mengingatkan pada sosok Ayah.

Seorang pria yang paruh baya itu selalu membersihkan gigi, menyisir rambut, mengantar kemanapun putrinya ingin pergi walaupun berkendara berpuluh-puluh kilometer, beliau selalu ada saat menengok kebelakang. Ayah adalah rumah.

Ayah adalah pria yang sangat pekerja keras, ulet, dan tidak pernah putus asa. Ia bekerja sebagai desainer grafis di perusahaan advertising swasta di Jakarta, kesibukannya kadang membuat ia tak bisa setiap hari berjumpa dengan putrinya. Setiap kali didekatnya, ada hal yang selalu menyenangkan untuk dilihat oleh mata. Terlihat saat guratan senyumnya muncul, senyumnya selalu berbinar walaupun wajahnya pucat pasi.

Hal yang paling indah yang bisa dibagikan itu ada tiga: waktu, ilmu, dan materi. Ketiga hal itu didapat dari ayah. Yang paling utama adalah ayah rela memberikan banyak waktu dan ilmunya. Itu yang paling berarti.

BACA JUGA:  Majlis Ta’lim dan Jejaring Keilmuan Masyarakat Betawi

Saat masih kanak-kanak putrinya jarang bisa bertemu dengan ayahnya. Karena sibuk mengurusi event di luar kota, ia pernah tidak bertemu dengannya selama enam bulan lebih. Hanya suara yang dapat mempertemukan keduanya. Setiap malam hal yang ditunggu adalah telepon dari ayah. Putrinya selalu merindukannya.

Rasanya tidak pernah ingin jauh dari Ayah, Ayah mengajarkan banyak hal. Ayah selalu menanamkan kepercayaan dan menjadikan putrinya anak perempuan yang berani. Hingga sekarang. Ia juga mengajarkan untuk selalu menjadi diri sendiri dalam keadaan apapun. Teringat pada perkataan ayah “Bekalmu nasi goreng maka kamu akan jadi nasi goreng, bekalmu mi goreng maka kamu akan jadi mi goreng, bekalmu cahaya maka jadilah cahaya” Ayah membekali anaknya dengan itu semua hingga menjadikan anaknya kuat seperti sekarang.

Ayah selalu berusaha untuk menafkahi keluarganya, dengan cara apapun asalkan halal ia rela. Dengan kuatnya ia melakukan itu semua agar aku bisa lanjut bersekolah dan makan makanan yang sehat setiap harinya. Kehebatannya menyembunyikan segala sedih dan kepiluannya hingga ini masih membuat takjub.

Saat ada masalah dan tidak tahu lagi harus bagaimana, ayah menjadi tempat berbagi cerita. Berbagi waktu dan cerita dengannya adalah hal yang paling nyaman dan menentramkan hati. ia selalu mau mendengarkan semua keluh kesah, Ayah selalu tertawa bila sedang bercerita sedih. “ya kalau temen atau dosen ngeselin kok ya jangan di balikin kesel dong, nanti juga dia capek sendiri hahahaha anak ayah enggak boleh cengeng ah” ujarnya saat bercerita.

BACA JUGA:  Tari Topeng Betawi: Tradisi Seni Teater Pertunjukkan Masyarakat Betawi

Setiap kali menghabiskan waktu rasanya tidak pernah cukup, rasanya ingin berbagi cerita dan tawa dengannya. Tapi bukankah memang begitu? Waktu memang tidak pernah selalu cukup.

Ayah selalu menegaskan “jangan pernah pelit sama siapapun, kalo punya ilmu, waktu atau uang ya bagi juga ke orang lain, jangan dimakan sendiri. Mau kamu jadi orang serakah terus perutnya buncit? ”

Sesungguhnya berbagi itu hal yang mudah jika kita mulai dari hal kecil hingga ke hal yang besar. Tidak peduli sesulit apapun itu, berbagi harus dilakukan. Karena sedari kecil hingga besar selalu diajarkan berbagi.

Rumah selalu memberikan tempat ternyaman untuk melakukan banyak hal, saat sedih pun bisa terasa nyaman di dalam rumah untuk mengobati rasa sedih. Ayah bak rumah yang menjadi tempat ternyaman, tempat di mana bisa meluapkan segala rasa yang ada dalam hati. Memang terkadang rasanya ingin pergi dan lari dari rumah untuk mencari banyak hal baru. Terkadang, rasanya ingin jauh dari Ayah agar bisa menghadapi dunia. Karena Ayah sudah menjadikan putrinya wanita yang hebat dan tidak takut akan apapun.

BACA JUGA:  Roti Buaya: Tradisi Seserahan dan Simbol Kesetiaan Masyarakat Betawi

Setelah jauh dari rumah, banyak bertemu orang, memperhatikan banyak hal, sekarang banyak orang yang tidak menjadi dirinya sendiri dalam usaha menjadi dirinya sendiri. Memang hal yang terlihat mudah namun sulit untuk dilakukan. Ayah bilang “tetaplah jadi diri sendiri, nggak ada yg kayak ade. Orang kepala batu ini cuma ada satu di dunia. Ade spesial pokoknya”.

Sebagai manusia pasti ingin mencari apa yang diinginkan bagaimanapun caranya. Walaupun hingga mengelilingi dunia, banyak bertemu orang, berkendara berpuluh-puluh bahkan ribuan kilometer, makan pagi dan makan siang di tempat yang berbeda, berbicara banyak hal hingga mendengarkan apapun yang ditemui telinga dan ini adalah apa yang kita inginkan, setelah itu baru setelahnya akan sadar sesungguhnya hal inginkan adalah pulang ke rumah.

Sonya Annasha Bonita
Mahasiswi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta