DEPOKPOS – Kesehatan mental merupakan kondisi yang harus dijaga oleh setia individu, terlebih pada usia remaja, yang menjadi masa transisi dari kanak-kanak menuju kedewasaan. Remaja kerap mengalami perubahan fisik, emosional, sosial, dan psikologis yang signifikan.
Dalam prespektif Islam, Kesehatan mental adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan hidup dengan tetap berada pada jalan yang diridhai Allah SWT. sementara psikologi agama menawarkan pendekatan berbasis keyakinan untuk membantu individu mempertahankan keseimbangan jiwa.
Konsep Kesehatan Mental dalam Islam
Islam menekankan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan dirinya sendiri, sesama manusia, dan Tuhan. Remaja yang sehat mental menurut prespektif Islam adalah mereka yang mampu:
1. Melaksanakan Ibadah: Remaja diharapkan memahami dan menjalankan kewajiban agama seperti shalat, puasa, dan zikir. Praktik ini menjadi bentuk komunikasi dengan Tuhan yang memperkuat ketenangan jiwa.
2. Mengendalikan Emosi: Dalam Al-Qur’an dan Hadis, terdapat banyak ajaraan yang membantu individu mengendalikan emosi seperti sabar, tawakal, dan ikhlas.
3. Menjalin Hubungan Baik: Islam mendorong remaja untuk menjalin hubungan yang positif dengan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan masyarakat.
4. Beradaptasi dengan Perubahan: Islam mengajarkan agar setiap individu mampu menerima perubahan dan cobaan hidup dengan tetap berpegang pada nilai-nilai agama.
Peran Psikologi Agama dalam Kesehatan Mental
Psikologi agama mempelajari bagaimana kepercayaan dan praktik agama memengaruhi perilaku dan kesejahteraan seseorang. Dalam konteks kesejahteraan mental remaja, psikologi agama memiliki beberapa peran penting:
1. Sebagai Terapi Relaksasi: Doa dan Zikir dapat membantu seseorang merasa tenang, mengurangi stress, dan menghadapi masalah dengan lebih optimis.
2. Sebagai Pedoman Moral: Agama memberikan panduan moral untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, sehingga membantu remaja membuat keputusan yang lebih baik.
3. Mengatasi Rasa Takut dan Frustasi: Penyerahan diri kepada Allah SWT membantu remaja menbuat keputusan yang lebih baik.
4. Meningkatkan Ketahanan Mental: Keyakinan pada kekuasaan Allah memberikan harapan dan kekuatan dalam menghadapi masalah.
Faktor Pendukung dan Tantangan
Kesehatan mental remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal;
Faktor Internal: Keimanan yang kuat, kemampuan mengendalikan emosi, serta pemahaman agama yang baik dapat menjadi benteng menghadapi tantangan hidup.
Faktor Eksternal: Dukungan keluarga, lingkungan yang sehat, dan akses ke Pendidikan agama berperan penting dalam membentuk Kesehatan mental remaja.
Namun, remaja juga menghadapi tantangan seperti tekanan dari media sosial, pengaruh buruk lingkungan, dan konflik internal dalam mencari jati diri.
Solusi dan Implementasi
Untuk membantu remaja menjaga Kesehatan mental, berbagai pihak dapat berkontribusi:
1. Keluarga: Menjadi tempat pertama yang memberikan Pendidikan agama dan dukungan emosional kepada remaja.
2. Pendidikan: Lembaga Pendidikan perlu mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kurikulum untuk membentuk karakter yang kuat.
3. Masyarakat: Membentuk lingkungan yang mendukung tumbuh kembang remaja, bebas dari stigma negatif terhadap masalah Kesehatan mental.
4. Praktik Keagamaan: Membiasakan remaja untuk melakukan kegiatan keagamaan rutin seperti pengajian, shalat berjamaah, dan berbagi dengan sesame.
Kesehatan mental remaja dalam perspektif Islam dan psikologi agama merupakan kombinasi antara keseimbangan spiritual, emosional, dan sosial. Pendidikan agama yang baik dapat menjadi landasan kuat bagi remaja dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan dukungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan pendidikan, remaja dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara mental dan taat beragama. Praktik keagamaan, seperti zikir dan doa, bukan hanya memperkuat hubungan dengan Allah, tetapi juga memberikan ketenangan jiwa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dian Sekarningrum
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka