Lima mahasiswa Tim PKM-PM percaya bahwa energi listrik berbasis sampah yang dihasilkan dari alat yang mereka ciptakan menjadi bagian dari implementasi ekonomi sirkular
DEPOKPOS – Pengelolaan dan pemilahan sampah saat ini masih menjadi isu lingkungan yang mendesak dan membutuhkan solusi yang inovatif di berbagai kota besar di Indonesia, tidak terkecuali di Kelurahan Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.
Masih kurangnya pasokan aliran listrik di desa tersebut menyebabkan tidak semua jalan memiliki penerangan yang memadai.
Berangkat dari dua keprihatinan tersebut, Mahasiswa UGM melalui Tim PKM-PM mengenalkan program mengolah sampah menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk lampu jalan di sepanjang Dusun Bojong.
Program yang diberi nama Sustainable Streetlight ini berkolaborasi dengan Karang Taruna Pelangi Senja yaitu organisasi pemuda yang beranggotakan remaja usia 16-25 tahun.
Tim riset PKM-PM Sustainable Streetlight beranggotakan lima mahasiswa, yaitu Adinda Putri Romadhon, Lafendra Amalia, Idam Sholikhah, Jane Angguningtyas Deanani, dan Qorina Nisrina Hafshah, berasal dari bidang keilmuan yang berbeda.
Mereka tidak hanya memberikan pelatihan dan pengetahuan mengenai pengolahan sampah rumah tangga menjadi energi listrik, tetapi juga berfokus pada pengolahan abu keluaran yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pertanian.
“Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini meliputi beberapa tahap, yaitu koordinasi, sosialisasi, pelatihan teknis, serta evaluasi berkala untuk menilai efektivitas program,” ujar Ir. Eka Firmansyah, S. T., M. Eng., Ph. D., IPM., selaku dosen pembimbing.
Koordinasi internal antara tim PKM-PM dan Karang Taruna Pelangi Senja dimulai sejak 1 Mei 2024 yang dilanjutkan dengan sosialisasi pemilahan sampah dan sosialisasi program Sustainable Streetlight pada 19 Mei 2024.
Pelatihan dan praktik pembuatan alat Sustainable Streetlight berlangsung dari 6 Juni hingga Juli 2024. Pada 10 Juli 2024, dilakukan pembentukan struktur organisasi, yang diikuti oleh pelatihan dan praktik pengolahan abu menjadi pupuk kompos pada 18 Juli 2024.
“Pelatihan yang kami berikan tidak hanya memberikan keterampilan baru bagi Karang Taruna, tetapi juga memberikan peluang agribisnis yang berkelanjutan, bernilai jual tinggi, dan ramah lingkungan,” ungkap Qorina, salah satu anggota Tim PKM-PM.
Adinda, ketua Tim PKM-PM, mengungkapkan bahwa Program Sustainable Streetlight telah memberikan perubahan pada masyarakat Dusun Bojong. Jika sebelum program, banyak anggota Karang Taruna tidak mengetahui cara memilah sampah dengan baik, kini mereka mampu memilah sampah dan membuat pupuk kompos secara mandiri.
“Selain itu, alat Sustainable Streetlight membantu permasalahan warga dalam memanfaatkan sampah anorganik yang sulit terurai dan dibakar di dalam alat menjadi energi listrik yang dapat menyalakan lampu penerangan jalan,” tuturnya.
Tiara, salah satu anggota Karang Taruna, memuji keberhasilan program Sustainable Streetlight yang menurutnya menjadi inspirasi bagi para pemuda di Dusun Bojong.
“Para pelajar bahkan sering menanyakan cara membuat alatnya, mereka ingin menduplikasi sehingga manfaat yang dirasakan juga merata ke seluruh dusun tidak hanya di RT 05,” ujarnya.
Tim PKM-PM berharap Program Sustainable Streetlight mampu menciptakan kemandirian mitra Karang Taruna dan membantu menciptakan Dusun Bojong Bebas sampah 2025.
Lima mahasiswa Tim PKM-PM percaya bahwa energi listrik berbasis sampah yang dihasilkan dari alat yang mereka ciptakan menjadi bagian dari implementasi ekonomi sirkular, yang mampu mendukung beberapa tujuan seperti kebersihan lingkungan, pengurangan konsumsi bahan bakar fosil, dan pemanfaatan material sisa untuk penyediaan energi.
Penulis: Triya Andriyani