DEPOKPOS – Kayu manis dikenal sebagai bahan rempah-rempah yang sering digunakan sebagai bahan masakan. Ternyata, tanaman ini menyimpan potensi besar dalam menyembuhkan beberapa penyakit. Salah satunya adalah gangguan memori pascastroke. Tim Cinneuron yang berasal dari UGM berhasil menguak potensi tersebut.
Stroke adalah penyebab kematian nomor 1 di Indonesia pada tahun 2019 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023) dengan 68% kasus berupa stroke iskemia. Stroke iskemia terjadi ketika aliran darah ke otak terhenti karena adanya sumbatan. Terapi utama stroke iskemia adalah penghilangan sumbatan menggunakan tissue plasminogen activator.
Ketika aliran darah kembali mengalir ke otak, darah akan membawa oksigen yang justru bereaksi membentuk radikal bebas sehingga menyebabkan inflamasi dan kematian sel.
Fenomena ini disebut dengan Cerebral Ischemia/Reperfusion Injury (CIRI). CIRI akan merusak s l saraf, terutama hipokampus yang berperan dalam pembentukan memori. Kerusakan ini akan menyebabkan gangguan memori pascastroke yang dikenal sebagai Post-Stroke Cognitive Impairment (PSCI).
Akhir-akhir ini, banyak penelitian yang telah menguak potensi ekstrak kayu manis terhadap penyakit sistem saraf lainnya seperti Alzheimer dan Parkinson. Namun, belum ada penelitian yang berhasil menguak potensi kayu manis dalam menangani PSCI akibat stroke iskemia. Oleh karena itu, tim Cinneuron melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi potensi terapi dari ekstrak kayu manis terhadap gangguan kognitif pasca stroke.
Untuk mendapatkan ekstrak kayu manis, tim Cinneuron menggunakan berbagai langkah bertahap yang memanfaatkan alat-alat kompleks. Pertama, kayu manis dibersihkan dan dikeringkan dalam oven selama 1 hari. Lalu, kayu manis diblender, diserbukhaluskan, dan disaring. Senyawa kayu manis dikeluarkan dari dalam sel menggunakan gelombang ultrasonik melalui metode ultrasonic assited extraction. Setelah diuapkan menggunakan rotary evaporator, kayu manis telah sukses diekstraksi.
Penelitian ini dimulai dengan pemodelan stroke iskemia pada tikus untuk menyerupai kondisi stroke pada manusia melalui penjempitan pembuluh darah yang mensuplai otak. Setelah induksi stroke, tikus-tikus tersebut diberikan pengobatan menggunakan ekstrak kayu manis 2 kali sehari selama 4 kali melalui sonde oral. Setelah itu, tim Cinneuron melakukan uji fungsi memori selama 5 hari lalu mengisolasi otak tikus untuk dilakukan uji seluler dan molekuler.
Uji fungsi memori dilakukan dengan cara meletakkan tikus dalam kolam berbentuk lingkaran dengan diameter 2 m dan tinggi 1.63 m. Bak akan diisi oleh cairan opaque berupa campuran air dan susu. Kemudian, platform akan diletakkan pada salah satu kuadran dari delapan kuadran. Waktu dan jarak dari pertama kali tikus menyentuh air sampai mencapai platform akan didata. Analisis seluler dilakukan melalui prosedur Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) untuk mengukur ekspresi gen antioksidan, inflamasi, dan apoptosis. Gen-gen tersebut bertanggung jawab dalam peristiwa stroke iskemia.
Iffah Zakiya Yasmin, ketua tim Cinneuron, menyatakan, “Penelitian kami sudah berjalan tiga bulan dan kami mendapatkan data-data yang menjanjikan.” Iffah menyebutkan bahwa tikus yang diberi ekstrak kayu manis menempuh jarak dan waktu yang lebih singkat untuk mencapai platform. Selain itu, tikus yang diberi ekstrak kayu manis mengalami peningkatan ekspresi gen antioksidan, penurunan gen inflamasi dan apoptosis. Berdasarkan data tersebut, ekstrak kayu manis telah terbukti memiliki potensi dalam menyembuhkan penurunan memori pascastroke melalui aktivitas antioksidan, antiinflamasi, dan antiapoptosis.
Penelitian ini tidak hanya membuka peluang untuk pengembangan terapi berbasis ekstrak kayu manis yang terjangkau bagi semua kalangan, tetapi juga mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme pemulihan memori pasca stroke. Hal ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) ketiga (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), kesepuluh (Berkurangnya Kesenjangan), dan kedua belas (Konsumsi). Dengan semangat dan dedikasi, tim Cinneuron UGM yang beranggotakan Iffah, Erisa, Khansa, Tangkas, dan Ghina terus bekerja keras bersama dr. Nur Arfian, Ph.D selaku dosen pendamping untuk memberikan kontribusi positif dalam bidang kesehatan dan membuka harapan baru bagi mereka yang
membutuhkan.