Tantangan Peran Akuntan di Era Revolusi Industri 4.0

Tantangan Peran Akuntan  di Era Revolusi Industri 4.0

DEPOKPOS – Revolusi Industri 4.0, dengan kecanggihan teknologi yang menyertainya, tidak hanya melahirkan perubahan dramatis dalam sektor industri, tetapi juga merasuk ke dalam domain vital akuntansi. Transformasi ini menciptakan fenomena-fenomena unik yang memunculkan tantangan dan peluang baru di bidang akuntansi (Shanti and Kusumawardhany 2021). Dalam konteks ini, penelusuran perkembangan ini dengan pendekatan Teori Akuntansi Positif memungkinkan kita untuk memahami perubahan tersebut secara lebih mendalam. Revolusi Industri 4.0, dengan pilar-pilar utamanya seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), analisis data, dan komputasi awan, telah mengguncang paradigma kerja di berbagai sektor, termasuk dalam ranah akuntansi (Marota 2021). Seiring kita memasuki era ini, berbagai fenomena menarik mulai muncul, membawa tantangan sekaligus peluang bagi praktik akuntansi.

Transformasi Peran Akuntan

Salah satu fenomena utama adalah transformasi peran tradisional akuntan. Otomatisasi proses rutin oleh sistem berbasis kecerdasan buatan membuat akuntan lebih dapat fokus pada analisis mendalam, interpretasi data, dan pengambilan keputusan strategis. Sementara ini memberikan nilai tambah yang signifikan, muncul pertanyaan kritis terkait dengan potensi penggantian peran manusia oleh teknologi (Claudya Lefaan 2019). Teori Akuntansi Positif menyajikan pandangan bahwa profesionalisme akuntan akan terus relevan karena kemampuan manusia dalam menghadapi kompleksitas situasi dan membuat keputusan berbasis etika.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA:  AI dan Otomasi dalam Ekonomi Berdampak Terhadap Tenaga Kerja dan Produktifitas

Kemajuan dalam revolusi industri telah mengubah peran akuntan dari sekadar melakukan pembukuan menjadi seorang yang terlibat dalam pengendalian internal, melakukan analisis keuangan, dan berperan sebagai penentu strategi-strategi keuangan untuk perusahaan. Dalam konteks ini, peningkatan kompetensi non-teknis, seperti kemampuan berkolaborasi dan keahlian interpersonal, menjadi kunci untuk memastikan bahwa peran manusiawi dalam interpretasi dan pengelolaan data tetap terjaga.

Keamanan Data dan Privasi dalam Era Akuntansi Digital

Perkembangan teknologi tidak hanya membawa kemajuan, tetapi juga membuka risiko baru, terutama dalam konteks keamanan data dan privasi. Sistem akuntansi digital yang terhubung secara online meningkatkan potensi ancaman seperti peretasan dan pencurian identitas. Seperti yang terjadi pada lembaga perbankan di Indoneisa. Pada Oktober 2021, beredar kabar bahwa data nasabah Bank Jatim diduga bocor; Januari 2022, Bank Indonesia (BI) menjadi korban serangan ransomware jenis Conti ke dalam jaringan (Pratama 2023). Serta pada 08-15 Mei 2023 Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami gangguan layanan via mobile banking dikarenakan serangan ransomware. Tercatat ada 15 juta data nasabah yang diretas (Redaksi 2023).

Melalui pemahaman mendalam terhadap fenomena-fenomena ini, kita dapat membangun fondasi yang kokoh untuk menjawab tantangan serta memanfaatkan peluang yang muncul dalam transformasi akuntansi di era Revolusi Industri 4.0. Dalam konteks Teori Akuntansi Positif, perlu adanya pembangunan sistem akuntansi yang tidak hanya canggih secara teknologi tetapi juga tahan terhadap risiko keamanan. Pendekatan ini menjadi alat analisis yang kritis untuk memandu praktisi dan pemangku kepentingan di masa yang terus berubah ini.

BACA JUGA:  Generasi Z dan Media Sosial : Beban Mental di Era Digital

Solusi untuk Transformasi Peran Akuntan

Dalam menghadapi perubahan karakteristik dan fokus Industri 4.0, akuntan dihadapkan pada empat tahapan:

Signal Admit to Noise
Akuntan telah mengenali adanya ancaman dan bersiap untuk memanfaatkan peluang yang muncul dari perubahan tersebut. Mereka menyadari pentingnya mengambil keuntungan dari momen ini.

Changes Takes Hold
Akuntan merasakan perubahan dalam aktivitas mereka, tetapi belum merasa perlu mengambil sikap karena situasi masih belum menggangu “status quo”.

The Inevitable Transformation
Akuntan telah menyadari bahwa kinerja “status quo” terganggu oleh revolusi Industri 4.0, dan mereka harus segera melakukan transformasi perubahan dengan cepat, fokus pada aspek-aspek yang dianggap krusial.

Adapting to the New Normal
Transformasi profesi akuntan secara menyeluruh sesuai dengan tuntutan model baru Industri 4.0 menjadi suatu keharusan. Jika tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut, profesi akuntan mungkin menghadapi risiko kehilangan relevansi.

Dengan demikian, posisi akuntan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 sangat ditentukan oleh kesadaran akan perubahan, kesiapan untuk bertransformasi, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan “normal” baru yang diperlukan oleh era ini. (Claudya Lefaan 2019)

Solusi yang bijaksana adalah meluangkan waktu dan sumber daya untuk mengembangkan kompetensi non-teknis para akuntan. Pelatihan dan pengembangan keterampilan interpersonal, kepemimpinan, dan komunikasi menjadi sangat penting. Dalam menghadapi perubahan peran akuntan, Teori Akuntansi Positif menekankan pentingnya integritas dan etika dalam pengambilan keputusan. Akuntan perlu didorong untuk membuat keputusan yang tidak hanya berdasarkan analisis data, tetapi juga seimbang dengan nilai-nilai etika dalam konteks profesi akuntansi.

BACA JUGA:  Dampak Broken Home Akibat Keegoisan Orang Tua

Solusi untuk Keamanan Data dan Privasi

Investasi dalam Teknologi
Keamanan Solusi yang rasional adalah meningkatkan investasi dalam teknologi keamanan terkini. Sistem keamanan yang kuat, termasuk enkripsi data dan sistem firewall yang canggih, menjadi kunci untuk melindungi informasi sensitif dari ancaman eksternal.

Penguatan Regulasi dan Pengawasan
Teori Akuntansi Positif mendukung ide pengawasan yang ketat sebagai respons terhadap risiko keamanan data. Peningkatan regulasi yang bersifat preventif dan responsif dapat membantu mengelola dan meminimalkan risiko keamanan data di tingkat organisasi dan industri.

Penanaman Kesadaran Etika dalam Pengelolaan Data
Selain itu, solusi yang melibatkan penanaman kesadaran etika dalam pengelolaan data menjadi penting. Pelibatan akuntan dalam pelatihan etika digital dapat membentuk budaya organisasi yang lebih berfokus pada integritas dan privasi.

Melalui solusi-solusi ini, kita dapat merangkul perubahan dengan bijaksana, memastikan bahwa praktik akuntansi tetap adaptif dan mempertahankan nilai-nilai inti dalam era Revolusi Industri 4.0.

Yusuf Shalauddin

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait