DEPOKPOS – Akhir pekan merupakan hari istirahat warga Indonesia, banyak yang pergi untuk belibur bersama keluarga, ada yang menonton film di bioskop, ada yang beristirahat dirumah, dan lain-lain. Di akhir pekan saya mencoba untuk berkunjung ke Rumah Batik Palbatu yang berlokasi di kawasan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Dengan modal alat transportasi umum beserta google maps, saya dapat menemukan Rumah Batik Palbatu itu dengan mudah. Karena warga di daerah Rumah Batik Palbatu ini sudah tahu lokasi tersebut. Sehingga kita dapat bertanya-tanya dengan warga mengenai lokasi detailnya.
ketika di lokasi saya memasuki tempat tersebut lalu meminta izin untuk bertemu dengan founder Rumah Batik Palbatu. Saya bertemu dengan pak Budi Harry beliau seorang founder Rumah Batik Palbatu. Beliau menceritakan awalnya nama Rumah Batik Palbatu ini Bernama Kampung Batik Palbatu pada tahun 2011. Tetapi seiring berjalannya waktu dengan dukungan dari beberapa pihak akhirnya diputuskan untuk merubah namanya menjadi Rumah Batik Palbatu pada tanggal 2 Oktober 2013 silam. Beliau bercerita Rumah Batik Palbatu ini pernah memecahkan rekor muri dalam penyelenggara pengecatan jalan dengan motif batik terpanjang pada bulan juli 2013 Usaha ini mulanya didirikan untuk mengedukasi masyarakat sekitar tentang pembuatan batik dan pelestariannya.
Pak Budi Harry bercerita bahwa Rumah Batik Palbatu ini membuka pemberlajaran untuk membuat batik, dimulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, para disabilitas, dan wisatawan asing pun ingin ikut belajar membatik. Tidak hanya belajar membatik, Rumah Batik Palbatu ini membuka workshop atau seminar membatik.
Produk yang dihasilkan Rumah Batik Palbatu sangat beragam mulai dari kaus, jaket, tas, kain batik, dan lain-lain. Motif yang paling ditonjolkan Rumah Batik Palbatu ini yaitu mengusung tema Betawi yaitu monas, ondel-ondel, dan pulau seribu.
Setelah banyak perbincangan dengan Budi Harry, saya mencoba untuk membuat batik. Saya dikasih sebuah kain yang sudah ada skesa pensil motif bunga sepatu. Saya terkejut, membatik disini masih menggunakan alat tradisional yaitu canting. Lalu saya pun lanjut mencanting di kain yang sudah ada sketsa kasarnya. Ternyata mencanting itu memerlukan kesabaran dan konsentrasi yang sangat tinggi agar semua sketsa yang dibuat dapat tertutup dengan sempurna.