Pemikiran Politik Taqiyuddin an-Nabhani

DEPOKPOS – Muhammad Taqiyuddin an-Nabhanii Ibrahim bin Mustafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani atau biasa dikenal dengan sebutan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah keturunan kabilah bani nabhan dari kota Arab di pendalaman Palestina. Taqyuddin an-Nabhani mendiami kampung Ijzim, masuk kwilayah Haifa, Palestina Utara.

Taqiyuddin an-Nabhani merupakan seorang aktifis politik dari gerakan Islam, Hizbut Tahrir. Pemahaman politiknya diperoleh dari kakeknya, Yusuf an-Nabhani sehingga ia mendapat pengaruh pemikiran darinya dan menimba ilmu yang luas.

Taqiyuddin an-Nabhani mulai mengerti politik-polik penting karena kakeknya terjut langsung pada peristiwa-peristiwa yang mempunyai hubungan erat dengan para penguasa daulah Utsmaniyah saat itu. Taqiyuddin an-Nabhani juga banyak mendapat ilmu atau pelajaran dari majelis dan diskusi fiqh yang biasa diadakan oleh kakeknya.

BACA JUGA:  Rahasia Rumah Tahan Gempa: 7 Hal yang Wajib Dicek di Rumah Anda

Taqiyuddin an-Nabhani sering terlibat dalam majelis dengan orang-orang yang terpengaruh peradaban barat, seperti Muhammad Abduh yakni pengikut ide pembaharuan dan pihak-pihak lain yang membangkang terhadap Daulah Utsmaniyah.

Taqiyuddin an-Nabhani menaruh perhatian dengan sangat terkait upaya pembaharuan Islam yang dilakukan oleh para penjajah seperti Inggris dan Perancis. Ia tidak ingin kepemimpinan Islam mengalami medernisme dan melupakan sejarah kepemimpinan islam Daulah Utsmaniyah.

Pada kegiatannya beliau selalu menyerang sistem-sistem pemerintahan yang merupakan rekayasa Barat dan salah satu sarana penjajah barat agar dapat terus mencengkeram negeri-negeri Islam. Tak hanya itu, beliau juga sering membongkar strategi politik dari ide negara barat dan membeberkan niat mereka untuk menghancurkan Islam dan umatnya.

Pandangan politik yang diterapkan oleh Taqiyuddin an-Nabhani adalah bahwa seluruh umat muslimin memiliki kewajiban untuk mendirikan partai yang berlandaskan atau berasaskan Islam. Pemikiran dasar taqiyuddin an-Nabhani yang dinilai menyulitkan, membuatnya dianggap tidak layak untuk menduduki Majelis Perwakilan.

BACA JUGA:  Rahasia Rumah Tahan Gempa: 7 Hal yang Wajib Dicek di Rumah Anda

Namun, beliau tidak berhenti begitu saja, tekad yang ia miliki tidak pernah luntur. Dalam aktifitasnya, beliau terus mengadakan kontak dan diskusi, sehingga pada akhirnya beliau berhasil meyakinkan sejumlah ulama terkemuka serta para tokoh politikus dan pemikir untuk membentuk sebuah partai politik yang berasaskan islam.

Selanjutnya, pemikiran yang dimiliki oleh Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani dibagi dalam tiga jenis:

Pemikiran Dangkal, penetapan hukum atas penampakan sebuah fakta tertentu tanpa memperhatikan hakikat dari hukum tersebut.

Pemikiran Dalam, penetapan hukum atas sebuah fakta yang memerlukan pengetahuan yang sebenarnyadan tidak terbatas pada penampakan atau potensi semata. Dimana hal ini memerlukan pengetahuan yang lebh fokus dalam penetapan hukumnya.

BACA JUGA:  Rahasia Rumah Tahan Gempa: 7 Hal yang Wajib Dicek di Rumah Anda

Pemikiran Cemerlang, pemikiran jenis ini digunakan untuk mencapai kebangkitan yang memiliki karakter mendasar dan menyeluruh.

Dalam karyanya yang berjudul “Risalah Arab”, beliau menekankan bahwa misi yang benar dan hakiki dari Arab adalah islam; sehingga hanya diatas asas Islam lah pemikiran dan kebangkitan kembali politik umat Islam akan bisa dicapai. Dalam pemikirannya beliau sangat menginginkan kepemimpinan berasaskan Islam.

Beliau juga pernah menyatakan “Islam tidak mungkin berjaya lagi kecuali kembali pada masa dulu yakni dengan mengembalikan negara ottoman. [Norul Qomariyah Putri]

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui WhatsApp di 081281731818

Pos terkait