Dunia pada saat ini telah digemparkan dengan adanya penemuan virus baru yang menyebabkan kondisi pneumonia (Khader dkk., 2020). Kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya telah dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir tahun 2019 (Izzetti dkk., 2020).
Cina mengidentifikasi pneumonia tersebut sebagai coronavirus disease yang selanjutnya dikenal dengan istilah COVID-19 (Odeh dkk., 2020). Virus ini secara resmi diumumkan sebagai patogen penyebab COVID-19 oleh Chinese Center for Disease Control and Prevention pada 8 Januari 2020 (Li dkk., 2020).
Perluasan transmisi pada berbagai wilayah membuat WHO harus menetapkan kondisi tersebut sebagai kondisi kegawatdaruratan yang perlu mendapatkan perhatian internasional atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada akhir Januari 2020 (Mahase, 2020). Penyebaran kasus tersebut berlangsung cepat hingga ke luar wilayah Wuhan dan negara lain (Putrino dkk., 2020).
Berdasarkan data yang di laporkan oleh WHO pertanggal 18 Januari 2021, kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di dunia mencapai 93.611.355 dengan total orang yang meninggal 2.022.405, jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS-CoV) di tahun 2002-2003 dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) di tahun 2012. Kasus ini merupakan permasalahan global yang terjadi pada 185 negara di dunia dan terdeteksi pertama kali di Wuhan, China pada awal Desember 2019 (Cinar dkk., 2020).
Coronavirus kemudian dinyatakan oleh WHO sebagai pandemi (Kamate dkk., 2020). Permasalahan global ini memiliki angka kematian sebesar 2,08 % lebih rendah dari MERS-CoV yang memiliki angka kematian 34,77% dan SARS-CoV sebanyak 10.87%, tetapi COVID-19 memiliki transmisi yang lebih cepat dibandingkan keduanya (Meo dkk., 2020).
Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pertanggal 18 Januari 2021 melaporkan bahwa terdapat 917.015 kasus yang terkonfirmasi, 144.798 orang meninggal yang disebutkan berpotensi meningkat setiap harinya di Indonesia (BNPB, 2021). Sebagian besar orang yang terinfeksi merupakan masyarakat risiko tinggi yaitu usia lanjut, bayi, serta orang yang memiliki penyakit sistemik (Gambhir dkk., 2020)