Miliki Pikiran Positif selama Pandemi dengan Memperbaiki Kecerdasan Emosi

Pandemi Covid-19 yang telah mewabah selama satu tahun belakangan ini membuat sendi-sendi kehidupan berubah. Banyak problematika yang terjadi akibat krisis ekonomi yang melanda dunia yang disebabkan oleh wabah tersebut. PHK dimana-mana sehingga banyak orang kehilangan pekerjaan, tagihan listrik melonjak, kegiatan belajar mengajar yang harus dirumahkan sehingga membuat orang tua mengeluarkan biaya lebih untuk anggaran kuota, serta banyak lagi problematika yang belum dapat dipecahkan. Hal tersebut membuat tak sedikit orang yang mengalami depresi.

Depresi adalah gangguan emosional seseorang yang mewarnai proses berpikir, berperasaan dan berperilaku. Berdasarkan swaperiksa oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Gangguan Jiwa Indonesia per 14 Mei 2020, ada 69% orang di Indonesia yang mengalami masalah psikologis selama pandemi. Studi dilakukan terhadap 2.364 responden. Begitu juga pada mahasiswa, Menurut riset terbaru yang dilakukan penelit di Fakultas Kedokteran Unpad Bandung, berdasarkan asesmen yang dilakukan, sebanyak 47% mahasiswa mengalami gejala depresi sebgai dampak pandemi Covid-19.

Dilansir dari Direktur Departemen Kesehatan Mental WHO Devora Kestel kepada Reuters, bahwa Isolasi, ketakutan, ketidakpastian, dan kekacauan ekonomi dapat menyebabkan tekanan psikologis. Semenjak masyarakat dirumahkan, banyak dari mereka yang merasa kesepian, cemas, bahkn takut tertular virus yang mematikan itu. Walaupun sekarang sudah era new normal, namun tetap saja Covid-19 masih menjadi hal yang meresahkan karena menjangkit siapa saja tanpa memandang bulu.

BACA JUGA:  Hati-Hati Bangun Tangga di Rumah, Ini Pedomannya!

Depresi dapat dihindari apabila kita mampu menanamkan pikiran dan perilaku positif. Bagaimana caranya agar kita mempunyai jiwa yang positif? Yaitu dengan memiliki kontrol emosional dan spiritual yang baik. Mengapa demikian? Karena bukti-bukti menunjukkan bahwa nilai-nilai dan watak seseorang dalam hidup ini tidak berakar dalam IQ tetapi pada kemampuan emosional, seberapa pandai ia mengontrol emosinya dan seberapa sering ia bercengkrama dengan tuhannya. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mempu memotivasi dirinya walau keadaan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kemudian bagaimana caranya agar kita senantiasa memiliki kontrol emosi yang baik? Dari sisi kesehatan, yaitu dengan menjaga pola makan yang bergizi dan seimbang, memiliki pola tidur yang baik, olahraga minimal dua kali seminggu, hindari stres karena stres dapat memicu depresi. Kemudian sesekali rereshing atau liburan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Yang paing penting yaitu bersyukur. Bersyukur dan mengingat Allah membuat hati menjadi tenang, membuat jiwa yang resah menjadi tentram, dan membuat sedih menjadi bahagia.

BACA JUGA:  Membangun Keuangan yang Kuat: 5 Langkah Mudah Menuju Kebebasan Finansial

Yakini diri bahwa hidup terlalu singkat bila dihabiskan untuk bersedih. Lakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti berkebun, menulis, membaca, menolong sesama, memeihara binatang dan masih banyak lagi aktivitas yang dapat kita salurkan selama masa pandemi ini. Ketahuilah bahwa obat dari segala macam penyakit, baik itu fisik maupun mental adalah hati yang bahagia. Intinya bila kita mau hidup bahagia, tanamkan selalu pikiran dan jiwa yang positif.

Robert K Cooper, PhD DAN Ayman Sawaf memberikan sebuah metode untuk meningkatkan kecerdasan emosi, yaitu: Bangun lima menit lebih awal dari biasanya, dan luangkan waktu dua atau tida menit – “Duduklah dengan tenang, pasang telinga hati anda, keluarlah dari pikiran anda, dan masuklah ke dalam hati – dan yang terpenting di sini menulis apa yang anda rasakan.” Cara tersebut merupakan teknik membangun kesadaran diri dan dapat mendatangkan kejujuran pada emosi. Karena pada dasarnya manusia memiliki suara hati yang sama, hanya saja tinggat emosinya berbeda-beda.

BACA JUGA:  Membangun Keuangan yang Kuat: 5 Langkah Mudah Menuju Kebebasan Finansial

Bagi umat muslim, banyak cara yang dapat dilakukan agar emosional kita stabil. Yang terpenting adalah menjaga hubungan kita kepada Allah SWT. melaksanakan lima rukun islam yang dengan khusyu’ dan ikhlas. Contohnya dengan melakukan sholat secara rutin, maka sesungguhnya kita menciptakan pengalaman batiniah sekaligus pengalaman fisik yang mendorong paradigma ke arah positif.

Maka dari itu, yuk sama-sama kita buat masa sulit ini untuk mempercantik kehidupan, ubah mindset bahwa pandemi adalah penghalang aktivitas, namun berpikir positiflah bahwa banyak yang dapat kita lakukan selama jantung masih berdetak, selama nadi masih berdenyut dan selama nafas masih mengalun. Bangun jiwa dan hati yang positif, tanamkan selalu bahwa apa yang terjadi di dunia ini pasti terjadi atas izin-NYA. Dan dibalik kesulitan yang kita alami saat ini pasti ada makna tersirat yang telah Allah siapkan untuk hamba-hambanya. [Alvi Aulia Shofyani/SEBI]