Suka ngemil? Perhatikan nilai gizinya!

Ditulis oleh : Fadia Ramadhanti Taufani dan Lulu Kultsum Athiya Adha
Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Ditengah masa pembatasan akibat terjadinya pandemi covid-19 masyarakat mengalami peningkatan frekuensi makan dan jumlah konsumsi makan yang mengakibatkan terjadinya peningkatan berat badan. Penyebabnya karena peningkatan jumlah konsumsi makanan ringan dan snack yang juga meningkat. Namun, masyarakat sering melewatkan membaca informasi yang terdapat dalam kemasan seperti label pangan. Label informasi gizi membantu konsumen untuk lebih memahami nilai gizi makanan dan membandingkan nilai gizi dari produk makanan serupa dan membuat pilihan makanan yang sehat dan tepat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2020) dari 201 responden selama pandemi covid yang mengalami peningkatan frekuensi makan sebanyak 54,5% dan jumlah konsumsi makan yang meningkat sebanyak 51%. Responden mengalami peningkatan berat badan 54,5% pada masa pandemi. Kenaikan berat badan ini disebabkan oleh konsumsi berlebih dibanding biasanya selama masa pembatasan. Konsumsi makan ringan dan snack juga diketahui mengalami peningkatan selama masa pembatasan. Konsumsi makanan ringan dan snack diduga meningkat karena stres yang muncul selama pembatasan aktivitas di luar rumah.

BACA JUGA:  Roti Buaya: Tradisi Seserahan dan Simbol Kesetiaan Masyarakat Betawi

Masyarakat modern saat ini lebih memilih makanan siap saji dan makanan dalam kemasan karena lebih praktis, mudah dibawa, dan mudah dikonsumsi. Pergeseran kebiasaan ini perlu dicermati karena pangan dalam kemasan memiliki kandungan sodium, gula, asam lemak jenuh, asam lemak trans, maupun pengawet, yang mana jika kita konsumsi secara terus – menerus dalam jumlah yang berlebihan dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2018) dapat disimpulkan bahwa responden berstatus gizi obesitas memiliki pengetahuan cara membaca label informasi gizi tergolong kurang baik daripada mahasiswa berstatus gizi normal. Hal ini disebabkan karena perilaku memilih makanan kemasan yang dikonsumsi oleh seseorang memiliki kandungan nilai gizi yang berbeda, yang nantinya akan mempengaruhi status gizi orang tersebut. Seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah akan sulit menerapkan perilaku pemilihan makanan kemasan yang baik dalam kesehariannya sehingga dapat memicu timbulnya masalah gizi.

BACA JUGA:  Majlis Ta’lim dan Jejaring Keilmuan Masyarakat Betawi

Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat berkaitan erat dengan perilaku yang akan dilakukannya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik pula perilaku yang dilakukan oleh orang tersebut. Sedangkan menurut Peraturan Kepala BPOM (Peni Kusumastuti Lukito), Informasi Nilai Gizi yang selanjutnya disingkat ING adalah daftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan.

Contoh aplikasi penghitung kalori yang gratis adalah fatsecret, fatsecret dikembangkan pertama di negara Australia. Fatsecret menyediakan informasi nutrisi dari makanan dan produk makanan sehingga pengguna dapat melakukan pemilihan informasi nutrisi makanan yang dimakan. Fitur yang terdapat di aplikasi fatsecret meliputi catatan harian makanan untuk melacak makanan yang dimakan; koleksi resep sehat; informasi nilai gizi untuk semua makanan, merek, dan restoran; catatan latihan/olahraga untuk mencatat kalori yang terbakar; serta grafik dan catatan jurnal berat badan.

BACA JUGA:  Mengenal Amicus Curiae dalam Sengketa Hasil Pilpres 2024

Aplikasi fatsecret menyediakan fitur scan barcode sebuah produk makanan kemudian aplikasi tersebut akan menampilkan label informasi gizi produk makanan tersebut dan di-record dalam catatan makanan pengguna. Menurut jurnal yang ditulis oleh Dute et. al. (2016), menunjukkan bahwa kesadaran dan motivasi individu terkait gaya hidup yang lebih sehat dapat meningkat dengan penggunaan aplikasi mobile karena dapat digunakan untuk membantu membuat target dan pengawasan mandiri asupan makanan dan aktivitas fisik.

Melalui label pangan, diharapkan masyarakat mendapatkan informasi dasar yang penting tentang produk pangan yang akan mereka dikonsumsi, seperti komposisi produk, cara penanganan produk, tanggal kadaluarsa, label halal, takaran per sajian, dan kandungan gizi yang terdapat pada produk pangan. Membiasakan diri membaca label khususnya informasi nilai gizi yang tertera pada kemasan pangan perlu dilakukan untuk memudahkan konsumen memilih makanan yang sesuai kebutuhannya, terutama terkait makanan dengan kandungan yang perlu dibatasi seperti gula, garam, dan lemak.