Indonesia Kaya akan Pisang
Menurut data produksi badan pusat statistika pertanian Pisang di indonesia pada tahun 2019 mencapai 7,2 juta ton. Produksi pisang yang tergolong tinggi diimbangi dengan jumlah konsumsi pisang di masyarakat indonesia yaitu sekitar 30 kg perkapita pertahun. Hal tersebut menunjukan bahwa Indonesia kaya akan pisang serta konsumsinya yang tinggi. Konsumsi kulit pisang yang tinggi tersebut akan diiringi dengan kulit pisang sisa yang berasal dari produksi dan konsumsi sehari-hari masyarakat Indonesia. Kulit pisang merupakan 40% dari berat total buah pisang, jika pada 2019 total Indonesia menghasilkan 7,2 ton maka kulit pisang yang dihasilkan sekitar 2,8 ton.
Sayangnya kulit pisang sampai saat ini hanya dianggap sampah dan belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang berguna untuk manusia. Tahukah kamu meskipun kulit pisang banyak dianggap sampah, ternyata memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat kesehatan pada manusia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hassan, Kulit pisang mengandung zat gizi yang berguna untuk tubuh diantaranya yaitu Karbohidrat, Protein, lemak, serat, dan mineral. Selain itu, ditemukan bahwa kulit pisang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.
Manfaat Kesehatan Kulit Pisang
Kandungan gizi dan antioksidan pada kulit pisang dapat memberikan beberapa manfaat untuk kesehatan diantaranya yaitu,
⦁ Menangkal radikal bebas
Antioksidan yang terdapat pada kulit pisang berdasarkan penelitian Anggi, menunjukkan aktivitas antioksidan kuat yang dapat mencegah terjadinya stress oksidatif pada tubuh. Radikal bebas dapat merusak sel-sel tubuh dan menimbulkan keadaan sakit. Antioksidan dapat menonaktifkan radikal bebas dengan memberikan elektron pada radikal bebas. Sehingga radikal bebas tidak lagi memiliki sifat merusak sel tubuh dan dapat mencegah kejadian sakit pada seseorang.
⦁ Kanker dan Penyakit Jantung
Selain melawan radikal bebas, ternyata senyawa polifenol dan flavonoid pada kulit pisang juga memiliki potensi untuk dapat menghambat perkembangan sel kanker dan Penyakit kardiovaskuler.
⦁ Manfaat Serat kulit pisang
Selain antioksidan, serat pada kulit pisang juga memiliki potensi kesehatan yang beragam. Menurut Penelitian Suresh, serat pada kulit pisang dapat bermanfaat mulai dari mencegah penyakit diare, disentri, radang usus besar, diabetes, dan asam urat.
Pengolahan Kulit Pisang Menjadi Tepung
Melihat manfaat kesehatan pada beberapa penelitian tersebut, sudah seharusnya kulit pisang tidak dapat dianggap sekedar sampah yang tidak berguna. Tentu saja kulit pisang tidak dapat dikonsumsi secara langsung karena tidak memiliki rasa, bentuk, atau warna yang menarik. Oleh karena itu penulis memberikan salah satu alternatif pemanfaatan kulit pisang adalah dengan dijadikan produk tepung, karena tepung kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat mie, kue, donat, cookies dan produk lainnya berbasis tepung. Sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi kulit pisang dan menerima manfaatnya. Selain itu, menurut penelitian oktavia kulit pisang mengandung karbohidrat jenis pati yang tinggi sehingga dapat dijadikan produk tepung.
Pengolahan kulit pisang menjadi tepung tidaklah sulit, terdapat 6 langkah pembuatannya yaitu:
⦁ Pertama, mengumpulkan kulit pisang yang dalam kondisi baik dan tidak busuk.
⦁ Kedua, kulit pisang dicuci sampai bersih.
⦁ Ketiga, potong kulit pisang menjadi bagian kecil sekitar 2 x 2 cm.
⦁ Keempat, rendam potongan kulit pisang dalam larutan garam selama 15 menit untuk mencegah kulit pisang berubah warna menjadi coklat.
⦁ Kelima, jemur kulit pisang di bawah terik matahari selama 48 jam atau menggunakan alat hot air dryer untuk mengeringkannya.
⦁ Keenam, giling kulit pisang dan saring dengan ayakan sehingga didapatkan bentuk tepung yang halus.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan produksi dan konsumsi pisang yang besar juga perlu melihat potensi pemanfaatan limbah kulit pisang, tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan namun juga dapat untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, kulit pisang pemanfaatan dan pengolahannya perlu terus dikembangkan agar tidak hanya menjadi sampah yang tidak bernilai.
Oleh : Adil Sidik & M. Rifky Fail H, FKM UI