Filosofi Ngopi Bareng, Nikmat Tuhan Mana Lagi yang Kamu Dustakan?

Oleh: Syarifudin Yunus, Penikmat Kopi TBM Lentera Pustaka

Apa benar kamu belum pernah ngopi bareng? Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?

Ngopi barenglah dulu. Sebelum semuanya terlambat. Apalagi di masa Covid-19 begini. Banyak orang OTG tiba-tiba meninggal dunia. Karena sehat bukan hanya fisik. Tapi sehat itu lebih ke batin. Ngopi bareng itu obatnya batin.

Kenapa ngopi bareng?

Karena kopi atau ngopi bareng, segala hal dalam hidup jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan. Ngopi bareng kian mengingatkan manusia itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

New England Journal of Medicine (2012) pernah melansir hasil penelitian. Bahwa orang yang berusia 50 hingga 70 tahun memiliki risiko untuk meninggal dunia lebih kecil. Karena dalam waktu 12 tahun terakhir sering minum kopi secara signifikan. Apalagi yang masih muda atau milenial.

Ngopi barenglah dulu.

Karena saat ngopi bareng, sama sekali tidak masalah Jaksa Pinangki bersekongkol dengan siapa. Tidak masalah kata “anjay” tiba-tiba dipersoalkan. Bahkan rupiah anjlok pun sama sekali bukan petaka. Di kalangan tukang ngopi bareng, beda pandangan itu biasa. Apalagi beda pilihan. Semuanya boleh-bleh saja. Asal jangan bikin hoaks, jangan menebar ujaran kebencian. Apalagi menghujat dan caci maki atas dasar subjektivitas.

BACA JUGA:  Roti Buaya: Tradisi Seserahan dan Simbol Kesetiaan Masyarakat Betawi

Sebab saat ngopi bareng. Tidak ada kehidupan yang buruk-buruk banget. Tidak ada pula manusia yang berniat jahat. Hanya proses yang menjadikan beda pendapat, proses pula yang membuat hasil kurang memuaskan. Jadi ngopi barreng saja dulu. Agar semua tetap waras, tetap dihadapi dengan rileks. Selagi masih bisa ngopi, tidak ada hal yang tidak bisa diselesaikan.

Kata kawan saya. Orang yang jarang ngopi bareng hidupnya sempit alias sesak. Semua hal yang kurang dan jelek pada diri orang lain selalu dipersoalkan. Nyinyir atau mencibir, seolah dirinya sudah baik. Maka ngopi barenglah dulu.

Ngopi bareng. Sungguh mengingatkan “nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?”. Agar siapapun, punya imunitas tubuh yang lebih sehat Apalagi di masa Covid-19. Agar hidup lebih optimis menapaki hari-hari ke depan. Karena semuanya yang ada pada kamu dan pada kita sudah digariskan Ilahi Rabbi. Allah SWT sudah berkehendak atas apa yang dialami, atas apa yang terjadi. Semua kehendak Allah SWT. Maka yang tersisa, manusia hanya bisa ikhtiar yang baik dan doa yang baik.

BACA JUGA:  Tari Topeng Betawi: Tradisi Seni Teater Pertunjukkan Masyarakat Betawi

Ngopi bareng itu hanya simbol.

Agar manusia tidak perlu terlalu ngotot untuk berkuasa, tidak perlu terlalu benci untuk memusuhi. Tidak usah terlalu cinta bila akhirnya kecewa. Tidak usah pula terlalu bangga bila akhirnya duka. Jadi, hadapi saja semua dengan rileks. Tidak usah terlalu serius, karena sebaik-baik manusia itu pada akhirnya … saat dia tiada.

Kaum ngopi bareng itu sederhana. Sederhana dalam bersikap dan bertindak.

Tidak usah terlalu ngotot mengejar dunia bila membuat lupa akhirat. Tidak perlu membanggakan disik bila batinnya rapuh Tidak perlu pula membanggakan diri bila manfaatnya tiada. Karena harta, pangkat, jabatan dan apapun hanya titipan. Jangan pula menyebut diri kita baik sambil menjelekkan orang lain. Jangan mau menguasai tanpa mau dikuasai. Itu semua salah.

Ngopi bareng. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?

Karena kopi itu bisa pahit bisa manis. Seperti hidup manusia, selalu ada di dua kutub; baik atau buruk. Suka atau tidak. Senang atau benci. Tapi pada secangkir kopi, pahit dan manis itu selalu bisa “menyatu”, bisa tetap bersahabat lalu memberi kehangatan. Hebatnya lagi, tidak ada secangkir kopi di manapun yang memabukkan. Apalagi saat ngopi bareng.

BACA JUGA:  Mengenal Amicus Curiae dalam Sengketa Hasil Pilpres 2024

Mereka yang gemar “ngopi bareng” selalu apa adanya, bicara yang seharusnya. Kaum ngopi bareng tidak bisa merekayasa apapun. Bahkan tidak bisa berkamuflase. Saat ngopi bareng, pikiran boleh berseberangan, sikap boleh bertentangan. Tapi saat ngopi bareng pasti ada kehangatan, ada persahabatan. Homo homini socius, bukan homo homini lupus.

Jadi, ngopi barenglah dulu.

Agar pikiran kamu yang banyak itu tercerahkan. Agar sesak di dada kamu tiada. Agar nyeri di kepala kamu reda. Agar himpitan pusing itu pergi. Dan agar kamu tetap berpikir sebagai sosok yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hanya Allah SWT yang maha penguasa maha besar.

Karena ngopi bareng memang sumber semangat paling mumpuni.

Sambil mengingatkan. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?