Diet Kok Nyiksa?

Pada tahun 2018, dua orang remaja putri mendatangi dokter karena mengeluh sangat lemas, jantung berdebar-debar dan berkeringat banyak. Setelah diperiksa, ternyata nilai hormon estrogen keduanya hampir 0 dan mengalami osteoporosis. Setelah menggali informasi lebih lanjut, keduanya melakukan diet ekstrim yang sembarangan dengan menahan makan dalam kurun waktu yang panjang.

“Bukannya mendapat tubuh yang ideal, pasien saya malah mengalami masalah osteoporosis. Usia mereka masih remaja dan ini cukup berbahaya,” ungkap dr. Ade Tobing SpKO. Setelah didiagnosa mengalami osteporosis, kedua remaja tersebut mendapat penanganan khusus dari bidan untuk mengembalikan hormon estrogennya..

Kedua remaja tersebut merupakan sebagian kecil dari banyak kasus diet menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Kasus ini bukan yang pertama dan mungkin masih akan muncul kasus-kasus lainnya jika pengetahuan remaja masih kurang terkait diet yang aman.

Dokter Ade spesialis Kedokteran Olahraga mengatakan, “Kami menyarankan untuk jangan lakukan diet sembarangan dengan tujuan hanya untuk menurunkan berat badan dan semata-mata ingin kurus. Kalau memang ingin mendapat tubuh ideal, tentunya harus mendapat resep dari ahli gizi agar asupan makanan terjaga dengan baik.”

Sebenarnya di Indonesia belum ada angka pasti mengenai perilaku diet pada remaja putri namun berdasarkan data rata-rata prevalensi remaja di Indonesia diprediksi sebesar 42,6 persen remaja melakukan diet. Hasil survei (Firman, 2008 dalam Septrilianti, 2015) di Semarang menunjukkan prevalensi sebesar 52,1%, di Surabaya 65,5%, dan di Sleman sebesar 57,3%.

Remaja perempuan seharusnya belum diet berat karena mereka masih membutuhkan banyak nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Ketidakpuasan terhadap citra tubuh memang umum terjadi pada remaja namun ini haruslah disikapi dengan benar. Untuk mencapai tubuh yang ideal dan sehat remaja tidak perlu melakukan diet berat namun dapat dilakukan dengan menyeimbangkan pola makan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dianjurkan oleh WHO untuk remaja adalah 60 menit per hari.

Penyelesaian dari permasalahan ini sebenarnya bisa didapatkan dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang yang mengatur pola makan dan angka kecukupan gizi untuk seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai golongan usia.

Dalam undang-undang ini dijelaskan mengenai empat pilar, 10 pesan gizi seimbang, dan komposisi dalam satu piring makan yang benar. Pedoman ini dapat menjadi solusi bagi remaja yang ingin mendapatkan tubuh sehat dan bebas dari kegemukan karena dalam pedoman ini telah diatur asupan yang seharusnya didapat remaja dan cara memenuhinya, seperti makan makanan bervariasi dan melakukan aktivitas fisik yang cukup.

Jadi tidak perlu menyiksa diri dengan berbagai cara diet yang belum terpercaya dan malah membahayakan kesehatan. Maka dari itu, untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan bebas dari kegemukan, remaja perlu merubah pola makan dan gaya hidupnya tanpa harus melakukan diet ekstrim.

 

Deasy Andesbrenta Sadikin, Putri Rizka Ameliah, Rif’ah Mawaddati, Salma Sundari
Mahasiswa Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia