Bahaya yang Mengintai Pecinta Kucing dan Cara Mencegahnya

Hewan peliharaan berpotensi menularkan penyakit kepada manusia atau dikenal dengan penyakit zoonosis. Beberapa diantaranya yaitu anthrax, rabies, infeksi bartonella, toksoplasmosis, ringworm, scabies, salmonellosis, leptospirosis, dan infeksi giardia. Di antara penyakit tersebut yang paling sering menjadi momok menakutkan bagi beberapa kalangan, terutama pecinta kucing adalah toksoplasmosis.

Toksoplasmosis keberadaannya sering dikaitkan dengan kucing. Faktanya, memang benar kucing menjadi hospes definitif dari toksoplasmosis. Kucing mendapat infeksi toksoplasma melalui memakan hewan kecil hasil buruannya seperti tikus dan burung. Setelah memakan hewan tersebut ketika kucing buang air besar, feses itu yang menjadi sumber penyebaran toksoplasmosis. Feses kucing menjadi infektif karena terdapat ookista toxoplasma gondii yang dalam 1-5 hari akan menghasilkan spora.

Spora toxoplasma gondii dari feses kucing dapat mengontaminasi makanan. Jika makanan tidak diolah dengan baik, orang yang memakannya dapat tertular toksoplasma. Belum lama ini tahun 2019, Tantri ‘Kotak’, seorang penyanyi yang sedang hamil terdiagnosis toksoplasmosis. Dugaan penularan toksoplasmosis terhadap dirinya adalah melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi spora toxoplasma gondii.

Dari kasus di atas dapat dipahami bahwa risiko toksoplasmosis ada pada wanita. Hal ini sejalan dengan penelitian di China pada tahun 2018 yang menunjukkan wanita pemilik kucing lebih berisiko terjangkit toksoplasma. Risiko toksoplasmosis meningkat saat wanita sedang hamil. Faktor lain yang meningkatkan risiko toksoplasmosis adalah kondisi sistem imun yang lemah. Risiko terjangkit penyakit ini sangat bergantung pada bagaimana perilaku higiene dari pemilik kucing. Mulai dari perilaku membersihkan cat litter box, memasak makanan dengan matang, dan mencuci tangan.

Untuk mencegah risiko toksoplasmosis, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemilik kucing. Pertama, usahakan membersihkan cat litter box setiap hari agar ookista di feses kucing tidak memiliki waktu untuk berkembang menjadi infektif. Kedua, jika sedang hamil, cobalah meminta tolong orang lain untuk membersihkannya atau dapat menggunakan sarung tangan. Ketiga, setelah membersihkannya segeralah mencuci tangan dengan sabun. Keempat, pastikan ketika mengolah makanan dengan tepat dan matang.

Cara di atas dilakukan sebagai upaya mencegah toksoplasmosis untuk diri sendiri. Lalu, bagaimana jika pemilik yang hamil sudah terlanjur terinfeksi? Jika sudah terinfeksi, untuk mencegah penularan vertikal dari ibu ke janin dapat dilakukan sebuah tes yang disebut tes TORCH. Tes TORCH dilakukan untuk mendeteksi IgM dan IgG. Jika hasil positif, maka dokter akan memberikan penanganan yang tepat untuk mencegah penularan ke janin.

Jika tidak ditangani dengan tepat, toksoplasmosis dapat berdampak buruk pada janin. Beberapa diantaranya ada yang saat lahir memiliki kelainan sistem saraf, mata, hidrosefalus, hepatosplenomegali dengan penyakit kuning, keterbelakangan mental, chorioretinitis, dan penyakit lainnya. Oleh sebab itu, upaya pencegahan ini sangat penting dan perlu adanya kerjasama antarsektor. Misalnya, pemerintah dapat memberikan subsidi vaksin toksoplasma pada hewan peliharaan masyarakat. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi bahaya toksoplasma serta bagaimana seharusnya perilaku higiene terhadap hewan peliharaan di kalangan pecinta hewan melalui bantuan dokter hewan dan dokter obgyn.

Oleh: Firda Mawaddah Aulia
Mahasiswa Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia