PengaruhTingkat IFR Perusahaan Asuransi-Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia

Berkembangnya Teknologi dewasa ini berpengaruh pada hampir semua lini kehidupan, terutama dalam berkomunikasi dan penyebaran informasi. Hal ini bermula dari munculnya internet yang mudah diakses oleh masyarakat luas yang menawarkan cara baru komunikasi dan penyebaran informasi sehingga pola komunikasi konvensional beralih menjadi online atau modern. Peralihan ini dikarenakan budaya baru yang hadir dinilai lebih cepat dibanding budaya lama.

Internet Financial Reporting (IFR) menurut Amyulianthy dalam penelitiannya merupakan mentode penyebaran informasi keuangan perusahaan melalui internet dalam website perusahaan, hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan hubungan perusahaan baik dengan investor, analis, dan pemegang saham, ataupun para pengguna laporan keuangan lainnya. Laporan – laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan meliputi catatan kaki, laporan audit, dan laporan tahunan yang langsung terkoneksi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang merupakan regulator pasar modal dan Bursa Efek Indonesia.

Sebagai negara dengan jumlah pengguna internet melebihi setengah dari populasinya menurut Internet World Stats pada Juni 2017, Indonesia dan Malaysia memiliki banyak perusahaan yang menerapkan IFR meskipun masih ada perusahaan yang menggunakan cara tradisional melalui cetak. Secara hukum, peraturan penggunaan IFR sudah diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM – LK) Nomor Kep-431/BL/2012 Pasal 3 yang memutuskan kewajiban memuat laporan keuangan pada website perusahaan dengan tata cara yang telah diatur OJK dalam surat edaran Nomor 6/SEOJK.04/2014 tahun 2014.

BACA JUGA:  Lalamove Gandeng Baznas di Program CSR DeliverCare

Dalam urgensi penyebaran informasi laporan keuangan perusahaan saat ini, terdapat beberapa faktor yang menjadi pengaruh tingkat transparansi laporan keuangan perusahaan asuransi dan perbankan syariah. Berdasarkan penelitian Ilham Maulana, Bustanul Ashar, dan Peni Nugraheni (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) pada tahun ini dengan objek Asuransi Syariah dan Perbankan Syariah 66 (perusahaan Indonesia) dan 73 (perusahaan Malaysia) yang menguji beberapa variabel yaitu pengaruh Leverage, reputasi auditor, efisiensi, pertumbuhan, internasionalisasi dan tingkat dewan komisaris dari 66 data perusahaan di Indonesia dan 73 data perusahaan di Malaysia.

Leverage
Leverage merupakan ukuran tingkat hutang perusahaan dalam struktur modalnya. Pengukuran Leverage diukur menggunakan rasio DER (hutang terhadap ekuitas). Tingkat Leverage perusahaan Asuransi Syariah dan Perbankan Syariah Malaysia dan Indonesia tidak berpengaruh pada IFR. Hal ini disebabkan oleh tingkat Leverage perusahaan pada objek tinggi karena sebagian besar aktivitas bisnisnya dibiayai oleh pihak ketiga.

BACA JUGA:  OYO Sediakan Modal Investasi bagi Mitra untuk Standarisasi Properti di Indonesia

Reputasi Auditor
Dalam publikasi laporan keuangan di Internet, reputasi auditor/KAP berpengaruh pada kepercayaan publik pada informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Faktor ini berpengaruh positif pada tingkat IFR kedua objek tersebut. Perusahaan yang menggunakan KAP bereputasi tinggi dinilai telah berusaha memeberikan informasi yang lengkap dan akurat dalam laporannya.

Efisiensi
Para pengguna financial report akan menilai bagaimana kemampuan perusahaan mengelola aktivanya yang diukur dengan ROA. Hasil menunjukkan variabel ini tidak berpengaruh pada tingkat IFR karena jika perusahaan memiliki efisiensi yang baik atau buruk tetap akan dilaporakan dalam laporan yang dipublikasi di internet.

Pertumbuhan
Pertumbuhan perusahaan dalam berbagai aspek seperti laba, pengelolaan perusahaan yang baik dapat berpengaruh pada kepercayaan publik. Pengaruh pertumbuhan terhadap IFR di Malaysia dan Indonesia berbeda. Pertumbuhan berpengaruh pada perusahaan – perusahaan di Malaysia dan tidak di Indonesia. Menurut penelitian hal ini disebabkan adanya penurunan laba pada 17 perusahaan dari 66 perusahaan Asuransi-Perbankan Syariah di Indonesia.

Internasionalisasi
Pengungkapan IFR dapat menekan biaya perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan. Selain hal tersebut jumlah investor yang banyak dan jaringan yang luas menjadikan para perusahaan menggunakan IFR. Hal ini memiliki pengaruh positif pada kedua objek.

BACA JUGA:  Toko Kopi Tuku Satukan Tradisi Indonesia dengan Semangat Korea

Tingkat Pendidikan Dewan Komisaris
Salah satu yang menjadi sorotan investor atau pengguna laporan keuangan adalah bagaimana kualitas Dewan Komisaris yang menggambarkan manajemen pengelolaan konflik yang terjadi pada perushaan. Pada pengukuran ini menggunakan faktor latarbelakang pendidikan Dewan Komisaris. Peenggunaan faktor ini menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap perusahaan Asuransi-Perbankan Syariah kedua negara tersebut.

Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Internet Financial Reporting (IFR) pada 66 perusahaan Asuransi Syariah dan Perbankan Syariah di Indonesia dipengaruhi oleh reputasi auditor, dan ineternasionalisasi. Sedangkan di Malaysia 73 perusahaan tersebut dipengaruhi oleh reputasi auditor, pertumbuhan, dan internasionalisasi.

Perbedaan hasil faktor yang mempengaruhi perusahaan Asuransi Syariah dan Perbankan Syariah tersebut didasari oleh lingkungan bisnis setiap negara beberapa diantaranya adalah pola pikir masyarakat yang berbeda, kompetitor bisnis, pemerintah, Bahasa dan sosial.

*Ditulis oleh Annisa Rizkiyah – mahasiswa STEI SEBI