
Dilahirkan sebagai saudara dan dibesarkan dibawah atap yang sama tak selalu membuat segalanya menjadi sama dan seragam. Itulah yang terjadi antara aku dan kakakku, semua serba beragam.
Mulai dari aliran musik, buku bacaan favorit, bahkan model baju, selera kita ibarat bumi dan langit. Tapi dibalik segala perbedaan dan perselisihan, bukankah kita tetap sepasang saudara ? Tidakkah kamu juga seperti aku yang menyimpan rasa sayang dan cinta tetapi enggan mengungkapkannya ?
Terkadang, ada suatu hal yang membuat kita enggan saling bicara karena suatu hal yang spele, perihal uang saku dari orang tua dan pembagian tugas untuk bersih-bersih rumah. Aku dan kamu punya karakter yang jauh berbeda. Entah berapa kali kita pernah bertengkar dan saling mencela satu sama lain. tetapi apa boleh buat harus ada yang mengalah agar rasa damai itu hadir kembali.
Ada satu hal yang paling teringat di dalam hidupku dan terkenang, aku tidak pernah lupa dengan satu perhatianmu yang kamu berikan untukku disaat aku terbaring sakit. Kamu hadir saat aku memberikan pesan singkat via Whatsapp “ Kak, badanku demam, boleh anterin ke puskesmas sebentar saja ?
Tak kusangka ternyata kakak merelakan waktu untuk diriku yang lemah tak berdaya. Menghampiriku, membangunkanku dari nyamannya sebuah kasur, hingga pandanganku kepada kakak sempat berlinangan air mata dan kakak pun berkata “jangan nangis de, ini kakak udah berada disampingmu ayo kita periksa keadaanmu.”
Terlintas dipikiranku, aku belum bisa membahagiakan kakak, yang ada malah aku selalu merepotkan. Kini kita sudah sama-sama dewasa. Aku dan kamu tumbuh jadi dua perempuan dengan sifat dan karakter berbeda. Aku terkenal ramah sifatnya, paling suka mengobrol sedangkan kamu cuek, jarang bicara, bahkan sering marah-marah terhadapku, tetapi perhatian kakak tetaplah nomor satu bagiku. Kakak, kaulah bintang sejati, yang tertawa, menangis, berjalan dan tak henti berkelip dalam langit hidupku.
Kak, yakinlah meski aku terlihat benci dan marah padamu. Namun, aku sangat sayang padamu melebihi diriku sendiri. Seringkali aku memikirkan keadaanmu jika kau tahu, meski aku tak membantumu saat kau dalam masalah, tak menghiburmu saat kau sedih, tapi aku selalu mendoakanmu agar kasih sayang dan rahmat-Nya selalu tercurah padamu.
Hingga aku pernah bermimpi sang kakak memberi nasihat kepadaku bahwa semua perhatian yang kakak berikan kepadaku adalah kewajiban untuk menjaga seorang adik perempuan, harus mandiri, dan kesehatan adalah priotitas utama dalam kehidupan. Sekarang aku tersadar di titik terendah dalam hidupku, kakak bisa jadi sahabat tempatku berbagi keluh kesah dan kegalauan yang membuncah. [Eni Kurniawan/PNJ]